Part 19

4.9K 714 218
                                    

Ting... Tong... Ting... Tong...

Suara bel yang terus dipencet dari luar itu terdengar menggema disetiap sudut apartemen mewah milik Jennie. Apartemen itu terlihat kosong dan keadaannya terlihat temaram. Tidak banyak lampu yang hidup, hanya satu atau dua.

Ting... Tong... Ting... Tong...

Bel itu terus dipencet dari luar oleh seseorang, seperti memaksa Jennie untuk segera membukakan pintu unit apartemennya. Sang pemilik masih terlihat enggan untuk segera beranjak dari kamarnya. Gadis berpipi mandu itu masih betah duduk di tepi kasurnya, memandangi jendela kamar yang memperlihatkan suasana malam Kota Seoul diguyur gerimis hujan. Dengan tatapan kosong.

Seseorang yang berada diluar berdecak kesal, dia tidak akan berhenti menekan bel tersebut sebelum Jennie membukakan pintunya. Tidak cukup dengan memencet bel, kali ini dia menggedor pintu apartemen tersebut cukup kuat. Siapa tahu Jennie akan keluar karena hal tersebut.

Kedua mata kucing Jennie melirik keluar kamarnya. Suara gedoran tersebut sampai ke kamarnya. Seketika Jennie dilanda perasaan takut, marah, dan kesal.

Takut karena bisa saja itu adalah penjahat atau fans-nya yang bertindak diluar batas. Marah dan kesal karena siapa pun orang tersebut, dia telah merusak ketenangannya. Tidak tahukah orang itu jika saat ini dia sedang berkabung atas terjadinya kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tuanya sepuluh tahun silam?

Sebelum pintunya rusak parah karena terus digedor, Jennie segera keluar dari kamarnya. Berjalan menuju intercom apartemennya berada. Wajah Jennie yang awalnya terlihat was-was sekaligus marah langsung luntur begitu melihat wajah sosok yang berdiri di depan pintu apartemennya saat ini.

Seakan tahu jika Jennie telah berdiri di depan intercom, sosok itu mengalihkan tatapannya ke kamera yang berada diatas tombol akses pintu masuk.

"Jennie-ya, buka pintunya." Ucap seseorang itu dengan lembut.

Untuk beberapa saat Jennie masih berdiri mematung di depan intercom. Dia tidak percaya jika sosok yang berdiri di luar pintu apartemennya adalah Jisoo, kakaknya. Jennie menelan ludahnya dengan susah payah. Berbagai pertanyaan mulai muncul di dalam kepalanya.

"Lebih baik kau buka pintu ini terlebih dahulu, Jennie-ya." Lagi-lagi Jisoo kembali berkata dengan nada lembut.

Jennie meremas jemarinya erat. Berpikir sejenak, lantas menghembuskan napas kasar, bergegas membukakan pintu untuk Jisoo.

Tiit!...

Pintu itu terbuka. Sehingga Jisoo bisa melihat wajah adik keduanya yang nampak suram dan begitu redup, cahaya yang selalu menyinari wajahnya mendadak hilang tanpa bekas.

'Seharusnya aku melakukan ini sejak dulu...' Jisoo menghela napas prihatin.

Tanpa berucap sepatah kata pun, bahkan hanya untuk sekedar menyapa, Jisoo langsung menyeret tangan adiknya agar segera keluar dari apartemen tersebut.

"E-eonnie... Ada apa?" Tanya Jennie terbata karena terlalu terkejut. Dibelakang, pintu apartemennya telah tertutup dan terkunci secara otomatis.

"Ikut aku." Jawab Jisoo singkat, terus menarik Jennie menuju lift.

"E-eodi?" Jennie melirik ke arah Jisoo dengan penasaran.

"Kau akan segera tahu." Jisoo menekan tombol yang ada di lift tersebut. Langsung membawa mereka ke parkiran yang berada di basement.

Setelah itu tidak ada lagi percakapan yang terjadi diantara mereka. Jisoo langsung menyuruh Jennie untuk masuk ke dalam mobil mini cooper-nya. Jennie yang sudah pasrah sejak tadi, hanya bisa menuruti perintah kakaknya itu. Meski dia masih penasaran dengan tempat yang akan mereka tuju.

Memory (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang