Part 25

5.1K 679 113
                                    

Langkah kaki Hoony yang melangkah menuruni satu-persatu anak tangga terdengar menggema karena suasana rumahnya terlalu sepi. Itu bukan menjadi suatu hal yang baru lagi bagi rapper tersebut. Dia sudah terbiasa. Lagipula apa yang dia harapkan, di rumah yg besar ini dia hanya berdua bersama ibunya. Dan juga beberapa maid.

Waktu menujukkan pukul delapan malam. Barusan dia mendapat panggilan dari agensinya untuk membahas single terbarunya. Saat sampai di ruang tengah, Hoony tidak sengaja melihat dua orang pria yang memakai pakaian serba hitam masuk ke dalam ruang kerja ibunya.

Karena terlihat mencurigakan, Hoony memutuskan untuk mendekat ke ruangan tersebut. Beruntung pintu tersebut tidak tertutup rapat sehingga Hoony bisa menguping pembicaraan dari luar.

Dahinya mengkerut, berusaha menangkap suara percakapan yang terdengar samar-samar. Membuat Hoony semakin curiga. Jika itu adalah rekan bisnis ibunya, kenapa mereka datang ke rumah ketika malam hari?

"Arasseo, anda tidak perlu khawatir. Kami akan melakukannya seperti yang waktu itu." Suara berat dari salah satu pria itu berhasil terdengar oleh Hoony.

"Pastikan tidak ada yang melihat, aku tidak ada waktu untuk mengurus masalah kalian." Hoony tertegun saat mendengar suara ibunya. Bukan karena kalimatnya yang terdengar aneh, melainkan intonasi suara ibunya yang terdengar berbeda dari biasanya.

Selama hidupnya Hoony tidak pernah mendengar intonasi suara sedingin itu dari mulut ibunya. Intonasinya sangat berbeda ketika sedang marah atau serius, Hoony tahu persis mengenai hal tersebut.

Bahkan tadi Hoony hampir tidak bisa mengenali suara ibunya sendiri. Seolah-olah yang barusan berbicara bukanlah ibunya.

"Kami tidak akan mengecewakan anda." Terdengar suara berat yang lainnya.

"Kalau begitu, silahkan keluar."

Tubuh Hoony seketika membeku saat pintu yang ada di depannya tiba-tiba terbuka. Dia tidak mendengar ucapan Saerin yang terakhir, terlalu larut dengan lamunannya. Langkah kedua pria itu terhenti, mereka menatap Hoony tajam. Hal tersebut berhasil memancing keheranan Saerin.

"Eoh? Seung Hoon-ah, sedang apa disana?" Saerin melangkah mendekat. Untuk kedua kalinya Hoony tertegun mendengar suara ibunya. Entah apa yang terjadi, sekarang suara ibunya terdengar ramah dan lembut seperti biasanya.

"Pergilah, dia anakku." Bisik Saerin kepada kedua pria itu. Tanpa memberikan reaksi apapun, mereka langsung melangkah pergi.

"Waeyo, Seung Hoon-ah? Kau mencari eomma?" Sambung Saerin setelah kedua pria itu menghilang dari pandangannya.

Hoony menelan ludahnya dengan kasar. Tiba-tiba dia merasa canggung sekaligus aneh saat berbicara dengan Saerin.

"Ya... Wae geurae? Kenapa wajahmu kaku sekali, eoh? Terlihat sangat lucu sekali."

Hoony memaksakan senyumnya menanggapi ucapan Saerin. Berhasil tersadar dari keterkejutannya. "A-aniya, aku hanya ingin... Ke agensi... Ne, aku ingin pamit pergi ke agensi."

"Ne? Jigeum? Aigoo... Kenapa agensimu itu suka sekali memintamu datang malam-malam seperti ini?" Hoony hanya bisa terkekeh samar mendengar gerutuan sang ibu.

"Aku pergi dulu, eomma." Pamit Hoony.

"Ne, josimhae!" Hoony tersenyum, kali ini lebih baik dari yang sebelumnya. Setelah itu dia berjalan menuju pintu rumahnya dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan.

***

"Eomma!" Tegur Yunhyeong melihat Hye Kyo yang terus melamun sejak tadi. Tidak kunjung menjawab pertanyaannya.

Memory (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang