Selama dua jam Lalice menghabiskan waktunya untuk menemani Rosé berkeliling melihat stand setiap jurusan yang ada di kampusnya. Mereka hanya mengunjungi beberapa stand yang terlihat menarik, selebihnya hanya dilihat sekilas ketika mereka lewat.
Lalice cukup merasa lega karena sejak tadi tidak ada yang menyadari keberadaan Rosé. Dia berharap semoga tidak ada yang menyadarinya hingga Rosé pulang nanti.
Disisi lain Lalice juga bingung. Padahal Rosé sudah bersamanya selama dua jam, tapi tidak ada satu pun manager ataupun bodyguard yang mencari gadis blonde tersebut. Bahkan sejak awal Rosé memang sudah sendirian.
"Ya." Panggil Lalice kepada Rosé yang berjalan dengan riang disampingnya.
"Ne?" Rosé menolehkan kepalanya sambil terus berjalan.
"Dimana manager-mu? Apa dia tidak tahu kau pergi kesini?" Tanya Lalice sepelan mungkin agar tidak didengar oleh orang lain.
Langkah kaki Rosé mendadak terhenti yang membuat Lalice juga ikut berhenti. Dia berdiri dihadapan gadis blonde tersebut, memandanginya dengan bingung.
"Kau tahu? Kami juga manusia biasa, kami juga ingin bebas. Terkadang selalu dipantau dan diawasi seperti itu memberikan tekanan tersendiri bagi kami. Setidaknya biarkan aku bebas untuk satu hari ini saja."
Seperti ada sesuatu yang menampar Lalice dengan telak. Dia benar-benar menyesal karena telah menanyakan hal tersebut.
"Mianhae, aku tidak bermaksud untuk--"
"Gwenchana, itu bukan salahmu." Rose tersenyum dibalik maskernya, kembali melangkahkan kakinya. "Kajja, tadi kau bilang masih banyak lagi stand yang belum kita kunjungi."
Lalice mengepalkan tangannya erat, merasa tidak enak kepada Rosé. Dia segera menyusul solois tersebut, lalu berjalan tepat disampingnya.
"Kau suka es krim?" Tanya Lalice dengan tiba-tiba.
Rosé menoleh menatap Lalice tidak percaya. Sejak tadi gadis berponi itu tidak pernah mengeluarkan suara, dia hanya diam sambil terus mengikuti Rosé kemana pun dia pergi. Membiarkan Rosé yang memilih sendiri stand yang ingin dia kunjungi.
"E-eoh, aku menyukainya. Waeyo?" Jawab Rosé menyembunyikan keterkejutannya.
"Aku kebetulan ingin memakan es krim. Mungkin kau juga ingin atau bisa saja tidak. Terserah."
Rosé terkekeh mendengar ajakan Lalice yang terdengar aneh. Tetapi tidak mengapa, setidaknya Lalice mau mengajaknya berbicara lebih dulu. "Tentu saja aku mau! Tunggu apa lagi? Ayo, kesana!"
Tanpa Rosé sadari Lalice tersenyum tipis. Dia langsung menarik tangan Rosé yang berhasil membuat gadis blonde tersebut terkejut untuk kesekian kalinya. Namun, didetik berikutnya Rosé tersenyum lebar menatap punggung Lalice yang berjalan di depannya.
Salah satu jurusan membuka stand es krim. Disana tidak hanya menjual es krim biasa pada umumnya, mereka juga menjual es krim yang bisa dibilang 'tidak biasa'. Mereka melakukan eksperimen, sekaligus menciptakan inovasi baru pada es krim.
Stand tersebut cukup ramai dikunjungi oleh para pengunjung karena mereka merasa penasaran dan hendak mencoba rasa baru dari es krim tersebut. Padahal diantara rasa baru tersebut ada yang tidak masuk akal untuk dijadikan es krim.
"Kau ingin rasa apa?" Tanya Lalice saat mereka melihat-lihat berbagai rasa es krim yang ada di dalam pendingin.
Dia tidak melepaskan pegangannya pada tangan Rosé. Suasana ramai dan di tempat sempit seperti ini membuat Lalice merasa waspada akan sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory (DISCONTINUED)
Hayran KurguAkibat kecelakaan yang menimpanya pada masa lalu, membuat Lisa harus kehilangan semua ingatannya. Semua memori yang ada dikepalanya terhapus total. Tidak ada yang tersisa, walau hanya sedikit. Namun, pada suatu hari Lisa dihadapkan dengan rentetan k...