Part 37

5.2K 627 86
                                    

Satu bulan sudah Lisa menjalani kehidupannya bersama keluarga sesungguhnya. Hidupnya berubah drastis. Terlebih lagi setelah berita tentang kembalinya Lisa ke keluarganya dipublikasikan ke seluruh penjuru negeri.

Sampai detik ini berita tersebut masih hangat diperbincangkan oleh semua orang, tidak terkecuali mahasiswa dan mahasiswi yang ada di kampus tempat gadis berponi itu menimba ilmu.

Sebagian besar orang turut senang mendengarnya, seakan-akan mereka bagian dari keluarga Raejun. Apalagi setelah mengingat-ingat kembali seperti apa perjuangan Raejun dalam mencari keberadaan cucu keempatnya itu sepuluh tahun yang lalu.

Semua penjelasan yang dimuat pada berita sesuai dengan fakta. Tanpa ada yang dilebih-lebihkan, dikurangi, atau direkayasa. Semuanya murni.

Tapi masih ada saja yang berkomentar buruk tentang berita tersebut. Lisa pernah mendengarnya langsung dari telinganya sendiri.

Dua hari yang lalu Lisa tidak sengaja mendengar percakapan sekelompok mahasiswi saat dia hendak masuk ke dalam toilet. Mereka terus membicarakan Lisa, tanpa tahu jika orang yang sedang mereka bicarakan tengah mendengarkan.

"Aku tidak percaya berita itu!" Salah satu dari mereka berseru nyaring.

"Eoh, majayo! Tidak mungkin ada yang selamat dari kecelakaan hebat seperti itu!" Teman yang lainnya menimpali.

"Aku curiga, ternyata dia hanya mengaku-ngaku agar bisa terkenal!"

"Ternyata kita sepemikiran!"

Dan yang hanya bisa Lisa lakukan hanya diam dan segera pergi menjauhi toilet tersebut. Bukannya dia menerima begitu saja apa yang mereka katakan tentang dirinya, hanya saja gadis berponi itu tidak ingin reputasi kakek dan ketiga kakaknya berubah menjadi buruk dikarenakan tindakan cerobohnya.

Lisa memilih untuk bersabar. Menutup telinganya rapat-rapat karena dia tahu, semua perkataan yang seperti itu tidak akan pernah habis-habisnya.

"Sepertinya kau ada masalah."

Kedua mata bundar Lisa yang tadinya terpejam, menghayati suara Rosé pada lagu demo yang sempat dia minta kepada kakak kembarnya itu, kembali terbuka. Disampingnya telah duduk sosok Seulgi, tengah menyodorkan minuman soda dalam kemasan kaleng.

Sebelum menerima minuman tersebut, Lisa lebih dulu melepaskan earphone yang terpasang di telinganya.

"Gomawoyo, eonnie."

Seulgi mengangguk sekilas, lalu segera membuka kaleng soda miliknya. Meminumnya beberapa teguk sambil memperhatikan murid-murid akademi dance yang sedang istirahat sejenak setelah latihan berjam-jam.

Hari ini kuliah Lisa selesai lebih cepat dari biasanya dikarenakan Tiffany berhalangan hadir. Dosen sekaligus designer terkenal itu harus terbang ke Paris. Lisa tidak tahu tujuan utama Tiffany pergi ke negara yang memiliki menara Eiffel itu, tetapi yang pasti itu urusan yang sangat penting dan mendesak.

Malas pulang cepat ke mansion kakeknya, gadis berponi itu memutuskan untuk singgah sebentar di akademi dance, meski dia tidak memiliki jadwal untuk melakukan evaluasi hari ini.

"Biar aku tebak, sepertinya kau masih memikirkan tentang berita itu. Benarkan?"

"Eoh." Lisa menjawab lemah. Tatapannya ikut tertuju ke arah murid-murid akademi dance yang saat ini sedang berkerubung melihat video musik terbaru milik sebuah grup idol ternama.

"Jujur, saat pertama kali membaca beritanya aku cukup terkejut dan tidak menyangka jika selama ini rekanku berasal dari keluarga yang terkenal." Lisa melambaikan tangannya, menyuruh Seulgi agar tidak terlalu membesar-besarkan keluarganya.

Memory (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang