Part 10

5.6K 690 83
                                    

Lantunan lagu Hope Not milik Blackpink terdengar mengiringi perjalanan pulang Rosé menuju apartemennya. Lagu tersebut berasal dari pemutar audio mobil.

Sejak memasuki mobil van mewahnya, Rosé tidak pernah mengalihkan perhatiannya dari tangan kanannya. Tangan yang mencengkram tangan Lalice sampai berdarah.

Kejadian tadi terus berputar-putar di dalam kepalanya. Rosé menghela napas berat, menangkupkan kedua tangannya untuk menutupi wajahnya yang terlihat lelah.

Siapa mahasiswi itu? Kenapa dia terlihat mirip dengan Lisa? Darimana dia mendapatkan gelang tersebut? Apakah dia benar-benar Kim Lalisa? Lisa-nya? Jika benar itu Lisa, lantas kenapa dia tidak kembali ke rumah? Kenapa Lisa tidak mengenali dirinya?

Berbagai pertanyaan terus berdatangan memenuhi kepala Rosé. Sehingga membuat kepalanya terasa ingin pecah.

... mannamyeon
For you nan apado joha
Hamkkehaneun dongan neoege
Sangcheoman namgyeojun nanikka

"Eonnie, bisa kau matikan itu?" Ujar Rosé datar.

"Ah, g-geurae..." Hyeri langsung mematikan pemutar audio tersebut, sambil terus fokus mengendarai mobil.

Seketika suasana hening langsung mendominasi. Menyisakan suara deruman halus mesin mobil yang terus melaju di jalanan. Hyeri menghela napasnya samar, melirik ke arah Rosé sekilas.

Sampai sekarang Hyeri belum berani menyanyakan langsung kepada Rosé tentang kejadian tadi. Dia tahu saat ini suasana hati gadis blonde tersebut dalam keadaan yang paling buruk dari yang sebelum-sebelumnya. Jadi Hyeri tidak ingin memperburuk suasana artis-nya dengan menanyakan hal tersebut.

"Dia terlihat mirip dengannya." Tiba-tiba Rosé membuka suaranya lebih dulu.

"Ne?" Hyeri cukup kaget, dia kembali menoleh menatap Rosé sekilas. Sedikit tidak percaya jika gadis blonde tersebut memilih untuk mengeluarkan isi hatinya sekarang.

Rosé melepaskan kedua tangannya dari wajah, lalu menoleh menatap Hyeri. "Mahasiswi tadi, dia terlihat seperti... Lisa."

"Jinjja? Apa kau yakin?" Sambil terus mengobrol, Hyeri tidak pernah mengalihkan fokusnya pada jalanan.

"Aku mengenali Lisa lebih dari siapa pun, eonnie. Wajahnya... Wajahnya sangat mirip, bahkan persis sama dengannya. Dia juga memiliki gelang yang sama dengan Lisa. Itu adalah gelang buatanku, aku tahu persis seperti apa bentuk gelang tersebut. Gelang itu aku buat khusus untuknya. Hanya ada satu di dunia."

Hyeri terdiam mendengar penjelasan Rosé. Pantas saja Rosé bertindak di luar kendalinya, pasti seluruh perasaan yang dia rasakan saat itu bercampur aduk, bahkan tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Rosé bertindak seperti itu karena perasaannya yang menginginkan sang adik untuk kembali pulang terlalu besar, sehingga dia tidak dapat mengendalikannya.

"T-tapi... Tapi kenapa dia tidak mengenaliku, eonnie?" Sambung Rosé dengan mata yang berkaca-kaca.

Hyeri mencengkram kemudi mobil dengan erat, ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Rosé saat ini.

"Mungkin dibalik itu semua terjadi sesuatu hal yang tidak kita ketahui, Rosé-ya. Kita akan segera mengetahuinya cepat atau lambat. Tapi saranku, jangan pernah untuk mendesaknya. Itu hanya akan memperburuk keadaan." Ucap Hyeri tersenyum hangat kepada Rosé. Kebetulan saat itu lampu lalu lintas berwarna merah.

Kedua mata Rosé melebar ketika mendengar respon dari Hyeri. "K-kau mempercayaiku, eonnie? Kau juga percaya jika Lisa adalah mahasiswi tadi?"

Memory (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang