Part 2

7.7K 791 68
                                        

"Mwo! Kau bertemu dengan Kim Jisoo?! Jinjjayo?!" Seru Eunha tidak percaya ketika mendengar cerita dari Minnie. Mereka berjalan beriringan menuju gerbang kampus bersama para mahasiswa yang lainnya.

Jam kuliah selesai bertepatan dengan tenggelamnya matahari di kaki langit barat sana. Lampu-lampu di sekitar gerbang kampus mulai di hidupkan oleh petugas, juga lampu jalanan. Halte-halte bus yang semula kosong, mulai dipenuhi oleh mahasiswa yang hendak pulang.

"Eoh, jika kau tidak percaya ini aku ada buktinya. Kau tahu, Kim Jisoo itu sangat-sangat ramah sekali! Dia bahkan mengajak kami berbincang sejenak, juga berfoto. Lihat! Ini fotoku bersama Kim Jisoo." Jelas Minnie dengan bersemangat, memperlihatkan layar ponselnya kepada Eunha.

Seketika mereka berdua sibuk membahas artis yang bernama Kim Jisoo tersebut, mengabaikan Lalice yang berjalan sendirian. Gadis berponi itu mendengus pelan, sejak tadi dia hanya berjalan dibelakang kedua temannya tersebut.

Kalaupun Lalice ikut mengobrol bersama Minnie dan Eunha, dia tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Dia sangat jarang sekali menonton drama. Hal yang lumrah bagi gadis seumuran dengannya. Namun, karena disibukkan dengan semua rancangan desainnya membuat Lalice tidak berniat untuk mengikuti kebiasaan teman-temannya tersebut.

Ketika Lalice hampir bosan karena terus dianggap tidak ada oleh kedua temannya tersebut, ponsel Lalice berbunyi dengan singkat. Ada pesan yang masuk. Sambil terus melangkahkan kakinya, tangan Lalice bergerak untuk mengambil ponsel tersebut. Dan memeriksanya.

Seul🐻 언니 :

Lalice-ya, setelah pulang kuliah nanti bisakah kau mampir ke akademi sebentar? Ada hal penting yang harus dibahas.

Lalice kembali menyimpan ponselnya setelah membaca pesan singkat tersebut. Mempercepat langkah kakinya, menyusul Minnie dan Eunha yang sudah jauh di depan.

"Ya! Minnie-ah, Eunha-ya... Jamkkanman!" Tangan Lalice dengan cepat menahan kedua lengan temannya tersebut.

Minnie segera berbalik. Menatap sahabatnya itu setengah terkejut, setengah lagi bingung. Dia terkejut karena tidak menyangka jika sejak tadi Lalice ada disekitar mereka. "Wae geurae?"

"Mianhae, Minnie-ah. Seulgi-eonnie memintaku untuk datang ke akademi sekarang, lagi-lagi kau harus pulang sendiri--"

"Pabbo! Kenapa kau minta maaf, eoh?" Potong Minnie cepat, menatap sahabatnya itu dengan gemas. Lalice kembali menutup mulutnya.

"Sudah berapa kali aku bilang, Song Lalice?! Kau tidak perlu meminta maaf jika meninggalkanku sendirian, apalagi itu menyangkut akademi dance yang telah membesarkan namamu! Aku tidak pernah mempermasalahkannya sedikit pun. Lagipula sekarang ada Eunha bersamaku, kau tidak perlu khawatir." Minnie kembali melanjutkan kalimatnya, tidak memberikan kesempatan untuk Lalice berbicara sepatah kata pun.

"Tapi--"

"Pergi atau aku akan benar-benar marah kepadamu." Tegas Minnie menunjuk gerbang kampus yang tidak jauh lagi dari tempat mereka berdiri.

Demi melihat raut wajah serius Minnie, Lalice segera mengangguk dengan cepat, lantas berlari terbirit-birit keluar gerbang kampus. Melintasi zebra cross untuk mencapai halte yang ada diseberang jalan.

Eunha terkekeh pelan melihat tingkah Lalice yang sama seperti anak kecil. Sampai sekarang Eunha tidak percaya jika sosok Lalice yang dulu dingin ketika dia ajak berkenalan pertama kali, memiliki sifat kekanak-kanakan seperti sekarang.

"Lalice benar-benar teman yang baik, bahkan dia tidak ingin meninggalkanmu pulang sendirian." Ucap Eunha pelan menatap Lalice yang sedang menunggu bus dari kejauhan.

Memory (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang