Biasanya setiap membuka mata, Lisa selalu teringat akan identitas aslinya. Memikirkan siapa keluarganya yang sesungguhnya. Berharap semua yang dia jalani selama ini hanyalah sekedar mimpi.
Namun, sudah ratusan kali Lisa mencubit dirinya dia tetap tidak kunjung terbangun juga. Seiring waktu berjalan pikiran tersebut mulai membebaninya dan juga merubah kepribadiannya menjadi suka melamun ditengah keramaian karena terus memikirkan hal tersebut.
Semua hal itu dia lakukan semenjak usia tujuh belas tahun. Setelah Hye Kyo, ibu angkatnya, menceritakan fakta yang sebenarnya.
Tetapi hari ini, saat Lisa kembali membuka matanya, semuanya terasa sangat berbeda. Persis kedua mata bundarnya terbuka, Lisa tidak lagi merasakan beban berat yang selalu hinggap di kepalanya selama beberapa tahun belakangan.
Kepalanya terasa ringan. Dia tidak perlu melakukan rutinitas paginya tersebut yang selalu memikirkan siapa dirinya dan siapa keluarga sesungguhnya, karena sekarang dia telah berhasil mengingat semuanya. Tanpa ada yang terlewat sedikit pun.
Juga dulu, setiap pagi, orang yang pertama kali Lisa lihat setelah membuka matanya adalah Hye Kyo, ibu angkatnya. Wanita yang memiliki profesi sebagai dokter tersebut selalu menyambutnya dengan senyuman lebar dan hangat. Dan tidak pernah lupa memberikan kecupan pada dahi Lisa yang selalu tertutup poni tersebut.
Saat umurnya belum menginjak tujuh belas tahun, Lisa menerima perlakuan Hye Kyo tersebut dengan riang dan senang hati. Tapi tidak lagi ketika usianya telah menginjak tujuh belas tahun.
Gadis berponi itu masih merasa senang menerima perlakuan Hye Kyo yang selalu memperhatikan dan menjaganya dengan penuh kasih sayang. Hanya saja karena fakta tersebut, semuanya mulai terasa berbeda.
Akan tetapi, Lisa tidak pernah memperlihatkannya kepada Hye Kyo. Dia tidak ingin menyakiti perasaan seseorang yang telah berjasa dalam kehidupannya.
Dan tepat pada hari ini, setelah selama sepuluh tahun berpisah. Bertahun-tahun mencari jawaban. Akhirnya Lisa dipertemukan dengan keluarganya setelah dia kembali membuka matanya, tersadar dari koma.
Kedua mata bundar Lisa menatap satu-persatu kakaknya yang kini telah berada di kedua sisi ranjangnya, menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca, kecuali Jisoo. Seketika rasa haru, bahagia, sekaligus sedih membuncah di dalam dirinya.
Saking bahagianya Lisa tidak dapat mengeluarkan sepatah katah pun dari mulutnya. Sebagai gantinya dia hanya bisa menangis tanpa suara. Tangannya mencengkram selimut dengan kuat.
Jisoo, Jennie, dan Rosé yang melihatnya menangis langsung panik.
"Lisa-ya, gwenchana? Apa ada yang sakit?" Tangan Jennie segera terulur untuk mengusap kepala Lisa dengan lembut.
"Apa kepalamu terasa sakit? Kau bisa mengatakannya kepada eonnie." Ujar Jisoo menggenggam tangan Lisa erat.
Lisa hanya diam. Tidak menjawab pertanyaan dari kedua kakaknya. Dia juga menahan tangan Rosé yang hendak menekan tombol emergency.
"A-ani..." Ucap Lisa dengan susah payah. "A-aku hanya merasa sangat senang bertemu dengan kalian lagi... Jisoo-eonnie, Jennie-eonnie, dan Chaeyoungie..."
"Aku merindukan kalian... Sangat merindukan kalian..." Lisa menatap mereka bertiga secara bergantian dengan matanya yang telah basah.
Rosé terkekeh samar, meski matanya ikut mengeluarkan air mata yang mulai membasahi pipinya. Gadis blonde itu menggenggam tangan adik kembarnya itu, lalu diciumnya.
"Nado, Lili-ya... Kami juga sangat merindukanmu."
"Apa kau sudah puas menghilang selama sepuluh tahun, eoh?!" Lisa tertawa pelan mendengar seruan Jennie. Apalagi melihat tatapan tajam kakak keduanya itu yang sudah lama sekali tidak dia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory (DISCONTINUED)
FanfictionAkibat kecelakaan yang menimpanya pada masa lalu, membuat Lisa harus kehilangan semua ingatannya. Semua memori yang ada dikepalanya terhapus total. Tidak ada yang tersisa, walau hanya sedikit. Namun, pada suatu hari Lisa dihadapkan dengan rentetan k...