Senyuman yang terukir di wajah cantik Rosé seketika luntur saat melihat sosok yang memasuki ruang rawatnya bukanlah seseorang yang dia harapkan. Kedua bola matanya bergetar menatap kemunculan Jisoo dan Jennie yang sama sekali tidak pernah dia duga dan dia harapkan.
Pintu ditutup oleh Jennie yang terakhir melangkah masuk. Tidak ada lagi yang masuk ke dalam ruangan tersebut, selain mereka berdua. Termasuk Hyeri, manager Rosé sendiri.
Jisoo memberikan senyuman hangatnya kepada Rosé, berniat untuk memulai semuanya secara baik. Namun, langsung dibalas dengan tatapan tidak bersahabat oleh gadis blonde tersebut.
Suasana canggung sekaligus tegang terasa lebih mendominasi di ruangan tersebut. Terasa begitu berbeda ketika mereka saling bertemu saat menghadiri pesta ulang tahun perusahaan milik Raejun kala itu.
"Chaeyoung-ah, bagaimana keadaanmu?"
"Dimana Lalice?" Rosé balik bertanya dingin, tidak memperdulikan pertanyaan dari Jennie.
Jisoo dan Jennie saling bertukar pandangan. Jisoo tersenyum, memberikan kode kepada adik keduanya itu agar membiarkannya berbicara dengan Rosé. Sebagai jawabannya Jennie mengangguk, mempersilahkan.
Pandangan Jisoo kembali beralih menatap Rosé, tersenyum penuh arti. "Lalice? Maksudmu Lisa? Uri Lili?"
Seluruh tubuh Rosé menegang mendengar pernyataan Jisoo barusan. "M-mwo?"
"Sebenarnya aku telah lama bertemu dengannya. Saat itu dia menahan temannya agar tidak bersikap diluar batas saat bertemu denganku di area parkir sebuah restoran, berdekatan dengan lokasi kampusnya berada." Jelas Jisoo berjalan menghampiri Rosé, lantas duduk di kursi lipat yang sudah tersedia disamping kasur soloist itu.
"Wajahnya terlihat sama persis, bukan? Bahkan tidak ada perbedaan sedikit pun. Sesaat aku mengira jika dia adalah Lisa, tetapi sedetik setelahnya aku langsung mengusir pikiran itu sejauh mungkin. Terus berpikiran jika dia hanya seseorang yang mirip dengan Lisa. Kau tahu kenapa aku melakukan hal tersebut?"
Jisoo menjeda kalimatnya sejenak. Raut kesedihan dan penyesalan terpampang jelas pada paras cantik aktris terkenal itu.
"Karena aku takut berharap. Takut jika semua yang aku harapkan tidak sesuai dengan keinginanku. Aku tidak ingin jatuh ke lubang keputusasaan untuk yang kedua kalinya."
Tangan Jisoo terkepal. Dadanya terasa sesak mengingat kejadian sepuluh tahun yang lalu. Disaat dia berharap sepanjang malam menunggu kepulangan Junwo dan Yenna yang membawa Lisa ke rumah sakit. Namun, yang dia dapatkan hanyalah kesedihan yang teramat dalam.
"Oleh karena itu, saat kau mengatakan kepadaku bahwa Lisa masih hidup, aku langsung menyangkalnya. Aku tidak ingin kau terlalu berharap kepada sesuatu yang nantinya akan membuatmu kecewa. Hatiku terasa sangat sakit saat melihatmu air matamu jatuh, Chaeyoung-ah."
"T-tapi dia memang Lisa... Lalice adalah Lisa..." Suara Rosé terdengar lirih. Mendengar cerita dari Jisoo berhasil mengundang air matanya.
"Eoh, kau benar. Dia adalah Lisa, uri Lili. Aku tidak memiliki bukti yang kuat seperti kalian berdua, sehingga aku terlambat mempercayai semua ini. Tetapi setelah mendengar cerita dari Jennie dan melihat gelang buatanmu yang berada padanya... Bagaimana pun caranya, aku akan membuat Lisa kembali kepada kita."
Hening sejenak. Jisoo dan Jennie terkesiap saat mendengar isakan kecil yang keluar dari mulut Rosé. Seharusnya mereka melihat Rosé menangis terharu sekaligus bahagia, bukan tangisan yang terdengar begitu pilu. Menyayat hati.
"Chaeyoung-ah..." Panggil Jennie bergegas mendekat, duduk di tepi kasur Rosé.
"K-kenapa kalian masih bisa berbicara dengan santai kepadaku?... Seharusnya kalian tidak datang... Untuk apa kalian mencemaskan seseorang yang menjadi penyebab atas terjadinya kecelakaan sepuluh tahun silam?!..." Ujar Rosé dengan nada penuh penekanan pada akhir kalimatnya. Semakin membuat bingung kedua kakaknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/222541410-288-k830379.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory (DISCONTINUED)
FanficAkibat kecelakaan yang menimpanya pada masa lalu, membuat Lisa harus kehilangan semua ingatannya. Semua memori yang ada dikepalanya terhapus total. Tidak ada yang tersisa, walau hanya sedikit. Namun, pada suatu hari Lisa dihadapkan dengan rentetan k...