Part 35

4.5K 615 105
                                        

Setengah jam terakhir, kursor yang ada pada layar komputer Lisa hanya berkedip-kedip. Halamannya masih kosong, belum ada satu pun huruf yang diketik. Gadis berponi itu hanya diam melamun di depan perangkat canggih tersebut.

Tadi, setelah makan malam bersama Raejun, Jisoo, Rosé, dan Jennie yang telah pulang dari pemotretan, Lisa pamit meninggalkan meja makan lebih dahulu, bermaksud hendak mengerjakan tugasnya di kamar.

Ada banyak tugas yang harus dia selesaikan. Tugas-tugas itu dikirimkan oleh Tiffany melalui e-mail, persis sebelum makan malam. Semua tugas itu nantinya akan melangkapi nilai-nilai Lisa yang kosong selama dia masih berada di rumah sakit. Oleh karena itu, Lisa ingin menyelesaikan semua tugasnya sekarang juga.

Akan tetapi, nyatanya yang dia lakukan selama setengah jam terakhir hanya duduk melamun. Memandangi layar komputer dengan tatapan kosong.

Lisa menghembuskan napasnya kuat-kuat. Mengusap wajahnya dengan kasar. "Kenapa aku terus memikirkan percakapan kedua pria itu?"

Sampai saat ini Lisa masih merahasiakan percakapan yang dia dengar dari kedua pria yang mendatangi mobilnya setelah mengalami kecelakaan. Gadis berponi itu tidak akan mengatakannya sebelum semuanya benar-benar jelas.

Dia masih memerlukan bukti yang kuat. Terlalu beresiko jika dia menjelaskannya tanpa disertai bukti.

"Knock... Knock..." Lisa tersentak, kepalanya tertoleh ke arah pintu kamar. Itu suara Rosé.

Tidak berselang lama, pintu itu terbuka. Menampakkan sosok Jisoo, Jennie, dan Rosé yang dalam balutan busana piyama. Lisa tersenyum lebar menyambut kedatangan ketiga kakaknya itu.

"Apa tugasmu telah selesai?" Jennie berjalan menghampiri adik bungsunya itu dengan membawa segelas susu cokelat hangat.

Lisa tidak menjawab, lebih memilih untuk menerima susu cokelat yang diberikan oleh Jennie.

"Eoh? Kenapa masih kosong?" Tanya Rosé yang ikut menghampiri Lisa. Hanya Jisoo yang langsung menghamburkan dirinya ke atas kasur king size milik Lisa begitu masuk ke dalam.

"Bukankah kau sudah mengerjakannya sejak setangah jam yang lalu?"

"Kau kira mengerjakan tugas semudah membalikkan telapak tangan?!" Lisa berucap kesal setelah menghabiskan susu cokelatnya. Rosé hanya terkekeh sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Apa perlu eonnie bantu?" Ujar Jennie menawarkan bantuan.

"Aniya, tidak perlu, eonnie. Aku bisa menyelesaikannya sendiri, setengah jam tadi aku gunakan untuk membaca materi." Lisa terpaksa berbohong.

"Kau yakin?" Sebagai jawabannya Lisa menganggukkan kepalanya, tersenyum meyakinkan.

"Arasseo. Selesaikan tugasmu, kami akan menunggu disini." Jennie mengusap kepala Lisa lembut, setelah itu mengajak Rosé untuk bergabung bersama Jisoo yang sudah berbaring dengan nyaman diatas kasur.

Selepas Jennie dan Rosé menjauh, Lisa mencoba untuk fokus. Tangannya terangkat setengah senti di atas keyboard, mulai mengetik.

Halaman yang tadinya kosong, kini sudah penuh dengan kata-kata. Yang kemudian berubah menjadi kalimat. Lantas menjadi paragraf.

Satu jam terlewati. Akhirnya tugas Lisa yang terdiri dari sepuluh halaman itu siap. Sebelum beranjak dari komputernya, gadis berponi itu lebih dulu mengirimkan tugasnya kepada Tiffany melalui e-mail.

"Ya! Rasakan ini!"

Pergerakan tangan Lisa yang hendak memijit pangkal hidungya mendadak batal. Telinganya menangkap suara Jisoo. Tidak hanya suara kakak sulungnya itu saja, suara Jennie dan Rosé juga turut terdengar.

Memory (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang