Incheon International Airport.
Lalice menapakkan kakinya pada lantai bandara yang paling besar dan terkenal di Korea Selatan. Dia melirik pada jam tangannya, waktu menunjukkan pukul setengah tiga sore. Jam penerbangannya masih setengah jam lagi.
Jennie juga belum datang. Sehingga Lalice terpaksa menghabiskan waktunya menunggu model tersebut di lobby depan bandara. Sebenarnya kemarin Jennie menawarkan kepada Lalice untuk berangkat bersama ke bandara. Tetapi langsung ditolak oleh gadis berponi itu.
Bukannya bermaksud sombong, hanya saja Lalice akan merasa canggung jika berada di dalam satu mobil yang sama dengan Jennie. Ditambah lagi para awak media yang nantinya akan menyambut kedatangan model tersebut begitu mobilnya sampai di bandara.
Dengan keluarnya Jennie bersamaan dengan Lalice itu akan menimbulkan pertanyaan bagi para awak media tersebut. Siapa perempuan itu? Kenapa dia bisa satu mobil dengan Kim Jennie? Apa hubungannya dengan model terkenal itu?
Lalice mendadak merinding membayangkannya. Belum lagi para penggemar Jennie yang mungkin akan menyerbunya. Berdekatan dengan public figure ternyata memiliki resiko tersendiri.
"Apakah Kim Jennie-ssi sudah datang?" Kepala Lalice tertoleh menatap Hye Kyo yang berjalan menghampirinya. Pada masing-masing tangan wanita itu memegang segelas minuman.
Hari ini Hye Kyo sengaja mengambil cuti dari pekerjaannya di rumah sakit. Sehingga dia bisa mengantar Lalice ke bandara dan melepas kepergian putrinya itu pergi ke Paris. Kemarin gadis berponi itu telah menceritakan semuanya kepada Hye Kyo, termasuk jika dia akan pergi bersama model terkenal yang bernama Kim Jennie.
Sebagai jawaban, Lalice menggelengkan kepalanya. Kemudian menerima segelas minuman yang diberikan Hye Kyo. "Gomawo, eomma."
Hye Kyo tersenyum, beranjak duduk disebelah Lalice. Mereka menatap kesibukkan yang ada di lobby bandara tersebut sambil menghabiskan isi gelas masing-masing.
"Seharusnya dosenmu itu tidak perlu membayar biaya hotel dan tiket pesawatmu. Seharusnya eomma yang mebiayaimu ke sana." Ujar Hye Kyo setelah terdiam beberapa saat.
"Aku sebenarnya juga tidak setuju, eomma. Tapi Miss. Tiffany tetap bersikeras untuk membiayaiku, alasannya karena dia yang merekomendasikanku kepada pihak Chanel tersebut untuk melakukan study tour di workshop mereka."
Hye Kyo menghela napas tipis. "Tapi tetap saja eomma merasa tidak enak kepada dosenmu itu."
Lalice mengulas senyumnya. Dia sangat bersyukur bahwa orang yang menolongnya ketika itu adalah Hye Kyo. Dia tidak bisa membayangkan akan seperti apa hidupnya jika tidak bertemu dengan wanita berhati mulia tersebut.
Drrtttt... Drrtttt... Drrttttt...
Ponsel yang berada di tangan Lalice mendadak bergetar. Kedua mata bundarnya melirik menatap layar ponsel tersebut. Alisnya mengernyit bingung ketika melihat nama yang tertera disana.
Incoming call : Chaeyoungie💙
Ini pertama kalinya Rosé menghubunginya setelah pertemuan terakhir mereka ketika di acara festival kampus satu bulan yang lalu. Lalice tanpa berpikir lama, langsung menjawab panggilan tersebut.
"Yeoboseyo?"
"Eoh? Kau menjawab panggilanku? Jinjja?" Ujar Rose yang berhasil membuat Lalice mendengus kesal.
"Kalau begitu aku akan menutup panggilannya."
"Andwe!" Seru Rosé panik, lalu terkekeh pelan setelahnya. "Aku hanya bercanda. Aigoo... Kau terlalu serius sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory (DISCONTINUED)
FanfictionAkibat kecelakaan yang menimpanya pada masa lalu, membuat Lisa harus kehilangan semua ingatannya. Semua memori yang ada dikepalanya terhapus total. Tidak ada yang tersisa, walau hanya sedikit. Namun, pada suatu hari Lisa dihadapkan dengan rentetan k...
