Part 21

5.2K 677 133
                                    

"Kau mengajakku minum? Jinjjayo?" Lalice memandang Jisoo yang duduk dihadapannya tidak percaya.

Setelah menebak-nebak disepanjang perjalanan, ternyata aktris terkenal tersebut malah mengajaknya ke restoran kecil yang menjual makanan rumahan serta menyediakan soju. Beruntung restoran itu sedang sepi, tidak ada siapa pun selain mereka berdua.

"Wae? Memangnya tidak boleh?" Jisoo bertanya dengan polosnya. Masker yang menutupi wajahnya sejak tadi telah dilepas.

Lalice menepuk pelan dahinya. Benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikir Jisoo. "Ani, bukan begitu! Pada umumnya orang-orang meminum soju pada malam hari, bukan disiang hari seperti ini! Dan terlebih lagi kau seorang..."

Kalimat Lalice menggantung. Gadis berponi itu mengusap wajahnya kasar, dia tidak tahu kesalahan apa yang telah dia perbuat di masa lalu, sehingga dia selalu berurusan dengan sosok public figure. Pertama kali dia berurusan dengan Rosé, setelah itu Jennie, dan sekarang dia harus berurusan dengan Jisoo.

Sampai sekarang Lalice masih merasa tidak percaya dan juga merasa bingung. Disetiap kejadian yang dialaminya akhir-akhir ini, ketiga saudari itu selalu terlibat didalamnya. Seakan-akan mereka memiliki keterikatan satu sama lain.

"Aku apa?" Jisoo mengangkat alisnya sebelah. Menunggu Lalice melanjutkan kalimatnya.

"Apakah kau tidak merasa takut jika ada... Ng... Awak media yang mengikutimu kemari? Lalu mereka menyebarkan berbagai rumor yang mungkin tidak sesuai dengan kenyataan?"

Kedua sudut bibir Jisoo tertarik ke atas, melengkung membentuk sebuah senyuman. Menompang wajahnya pada salah satu tangan. "Untuk apa aku merasa takut? Ini adalah hidupku, mereka tidak berhak untuk mengaturnya. Lagipula aku tidak melakukan sesuatu yang salah."

Jawaban dari Jisoo berhasil membuat Lalice bungkam seketika. Padahal tadi dia sempat mengira jika Jisoo merupakan sosok yang selalu bertindak sesuka hatinya tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi. Namun, dugaan Lalice salah.

"Kau ingin pesan apa?" Ujar Jisoo setelahnya.

"Tteokbokki saja, aku tidak minum."

Kedua mata Jisoo langsung menyipit setelah Lalice menyelesaikan ucapannya. "Ne? Biasanya anak kuliah yang seumuran denganmu sudah bisa minum soju."

Lalice mendengus kesal. "Aku belum pernah minum soju, jadi jangan paksa aku untuk meminumnya."

Jisoo tertawa melihat wajah kesal Lalice. Hilang atau tidaknya ingatan Lisa, hal tersebut tidak menghalangi Jisoo untuk melakukan kebiasaannya. Yaitu mengerjai adik bungsunya itu hingga merasa kesal.

Setelah itu Jisoo memanggil salah satu pelayan yang ada di restoran tersebut. Segera memesan pesanan mereka. "Aku pesan satu tteokbokki, satu pajeon, dan satu botol soju."

Pelayan itu mengangguk, mengingat pesanan Jisoo di dalam kepalanya. Kemudian berlalu menuju dapur restoran tersebut.

Mereka terdiam lama. Tidak tahu lagi harus membicarakan apa. Untungnya persis setelah itu datang seorang pelayan yang berbeda, membawakan satu botol soju pesanan Jisoo, menyelamatkan mereka berdua dari situasi canggung.

"Kamsahamnida." Ucap aktris itu menampilkan senyum ramahnya. Bersiap-siap untuk membuka soju tersebut.

"Jeosonghamnida." Lalice berucap tiba-tiba. Membungkuk dalam posisinya yang sedang duduk. Intonasi suaranya terdengar bersungguh-sungguh. Tulus meminta maaf dari lubuk hatinya paling dalam.

Gerakan tangan Jisoo yang hendak membuka tutup botol soju seketika terhenti. "Ne?"

"Maaf karena kemarin aku telah bersikap kasar dan tidak sopan kepadamu. Sungguh, sebenarnya aku tidak bermaksud untuk melakukannya. Tapi entah kenapa aku..." Lalice menggigit bibirnya. Saat itu dia benar-benar bingung dengan dirinya sendiri.

Memory (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang