Part 33

5.2K 649 68
                                    

Padahal sudah berlalu lima menit, akan tetapi suara Lisa barusan terus terngiang-ngiang di dalam kepala Minnie dan Eunha. Mereka berdua menatap Lisa nanar.

Minnie mengepalkan tinjunya. Ini tidak mungkin. Lisa tidak mungkin melupakan mereka... Atau mungkin saja itu terjadi?

Kedua mata Lisa menatap datar ke arah Minnie dan Eunha yang masih terdiam di tempat. Tidak ada lagi tatapan hangat yang selalu dia berikan kepada kedua teman terbaiknya itu. Saat ini status mereka adalah orang asing bagi Lisa.

"Lalice-ya... A-apa yang kau katakan?" Eunha mencoba memastikan jika dia tidak salah dengar.

"Masih kurang jelas?" Kepala Eunha langsung tertunduk mendengar intonasi suara Lisa yang dingin.

'Jadi ini yang ingin disampaikan oleh Hye Kyo-ahjumma?' Minnie mengatupkan rahangnya. Tatapannya tertuju ke lantai, menatap ujung sepatunya.

Tadi, ketika di dalam lift yang membawa mereka menuju lantai ruang rawat Lisa berada, Hye Kyo terlihat hendak menyampaikan sesuatu kepada Minnie. Namun, batal dikarenakan suara denting lift yang telah sampai di lantai tujuan.

Minnie juga akhirnya mengetahui kenapa Hye Kyo menolak ajakannya untuk menjenguk Lisa bersama-sama. Dengan alasan jika dia masih memiliki pasien yang harus diperiksa. Ternyata ini penyebabnya.

Helaan napas berat keluar dari mulut Minnie. Diam-diam gadis berdarah Thailand itu berusaha meredam rasa sesak yang tengah dia rasakan saat ini.

Satu-satunya sahabat terbaik yang dia miliki selama hidupnya, secara tiba-tiba melupakan dirinya begitu saja. Melupakan semua kenangan yang telah mereka lalui bersama selama sepuluh tahun ini.

Bukankah seharusnya Minnie merasa senang? Ingatan sahabatnya itu telah kembali dan dia dipertemukan lagi dengan keluarga sesungguhnya. Tetapi kenapa dia merasa sangat sedih?

"Pffttt... Hahahahaha!" Tanpa diduga, tiba-tiba Lisa tertawa dengan keras sambil memegangi perutnya.

Hal tersebut berhasil membuat Minnie dan Eunha saling pandang, lantas menatap Lisa dengan bingung sekligus khawatir.

"Hahahaha... Aigoo," Lisa menyeka matanya yang berair, masih diikuti dengan sisa-sisa tawanya.

"Aku tidak percaya jika kalian menganggapnya dengan serius. Ternyata bakat akting Jisoo-eonnie juga menurun kepadaku." Sambung Lisa setelah tawanya reda.

Satu detik, dua detik, hingga sepuluh detik terlewati akhirnya Minnie dan Eunha langsung menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Wajah mereka yang tadinya terlihat shock dan sedih, seketika berubah menggelembung marah.

"YA! Sialan kau, Song Lalice, Kim Lalisa, atau siapa pun namamu!" Minnie bergerak maju mendekati Lisa yang tengah memasang wajah menyebalkan, tetapi Eunha dengan sigap menahannya.

"Lepaskan aku, Eunha-ya! Biarkan aku menghajarnya! Berani-beraninya dia bercanda disaat seperti ini!"

"Aku tahu itu, tetapi saat ini kondisi Lalice sedang tidak memungkinkan." Ujar Eunha yang sedikit kesusahan menahan tubuh Minnie yang terus memberontak.

"Kita akan membalasnya saat dia sudah sembuh nanti."

Lisa yang tadinya merasa senang karena Eunha membelanya, langsung terdiam mendengarnya.

"Ide bagus. Begitu dia kembali kuliah kita akan mengurungnya semalaman di gudang jurusan kedokteran yang terkenal angker itu. Bagaimana, call?" Usul Minnie yang sudah tidak memberontak lagi.

Eunha mengacungkan jempolnya. "Call!"

"Kalian sadis sekali." Dengus Lisa kesal.

"Ya! Kau yang lebih sadis! Kau kira yang tadi itu lucu--"

Memory (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang