Part 36

4.2K 601 69
                                    

"Mian, eonnie lupa jika kau belum bisa mengemudikan mobil."

Lisa melirik Jennie yang duduk di bangku kemudi, menggelengkan kepalanya, tersenyum. Sudah tidak mempermasalahkan masalah di garasi tadi.

Beruntung hari ini Jennie tidak ada jadwal, jadi dia bisa mengantar Lisa ke kampus menggunakan mobil mewah berwarna kuning tersebut. Tentu saja atas kemauan adik bungsunya itu.

"Sebenarnya aku sudah bisa mengemudikan mobil, dulu Hye Kyo-eomma sempat mengajariku saat baru masuk kuliah. Hanya saja aku belum berani untuk membawanya ke jalan raya."

Jennie mengangguk-anggukan kepalanya. Kedua mata kucingnya fokus memperhatikan jalanan.

"Bagaimana lain kali kau mencoba mengemudi di jalan raya? Eonnie akan mengajarimu ketika waktu luang."

"Geurae." Lisa menganggukkan kepalanya setuju. "Tapi pakai mobil eonnie, ya?"

Jennie mengkerutkan dahinya bingung. "Kenapa mobil eonnie? Kenapa tidak pakai mobilmu saja langsung? Supaya kau terbiasa mengemudikannya."

"Karena aku tidak ingin mobil baruku rusak atau lecet, jika menabrak sesuatu nantinya." Jelas Lisa dengan polosnya.

"Ya! Jadi kau menggunakan mobil eonnie sebagai tumbal, eoh?!" Seru Jennie kesal setelah tahu maksud Lisa.

Gadis berponi itu tertawa tanpa merasa bersalah. "Bukankah uang eonnie sangat banyak? Eonnie bisa membeli mobil yang baru, seandainya yang lama itu benar-benar rusak."

"Dasar!" Sebelah tangan Jennie bergerak untuk mengusak rambut hitam Lisa.

Dari kejauhan gerbang kampus tempat Lisa menimba ilmu sudah terlihat. Jennie memperlambat laju mobil Lamborghini Urus tersebut. Merapat ke trotoar jalanan, lalu berhenti.

Namun, siapa sangka ternyata kemunculan mobil kuning mewah tersebut menarik perhatian para mahasiswa yang ada disekitar gerbang. Semua pasang mata memandangi mobil tersebut sambil berbisik satu sama lain.

Lisa yang belum menyadari hal tersebut, segera melepaskan sabuk pengamannya.

"Nanti kau pulang jam berapa? Eonnie akan menjemputmu." Ucap Jennie sebelum Lisa beranjak keluar dari dalam mobil.

Awalnya Lisa ingin menolak, tapi mengingat seperti apa sifat ketiga kakaknya itu kepada dirinya selama beberapa minggu terakhir, membuatnya terpaksa untuk menerima tawaran tersebut.

"Nanti akan aku kabari. Kalau begitu, aku pergi dulu--" Lisa yang hendak membuka pintu mobil tersentak ketika tangan Jennie menahan lengannya. Gadis berponi itu pun menoleh.

Sebelah alisnya terangkat melihat Jennie yang mendekatkan pipi mandu-nya ke arahnya.

"Mwo?" Tanya Lisa tampak kebingungan.

"Apa kau lupa dengan kebiasaanmu dulu?" Jennie malah balik bertanya. Lisa terdiam. Segera memutar otaknya untuk mengingat kembali kenangan masa kecilnya.

Setelah berhasil mengingatnnya, Lisa menggelengkan kepalanya dengan cepat. Menolak permintaan kakak keduanya itu.

"Sireo! Itu sudah sangat lama sekali. Lagipula saat itu aku masih anak-anak, sekarang aku sudah besar!"

"Arasseo. Kalau begitu kau tidak boleh keluar." Jennie menekan tombol yang berfungsi untuk mengunci semua pintu mobil.

Lisa berdecak kesal, mengacak rambutnya frustasi. Jika sudah seperti ini, dia tidak memiliki pilihan selain melakukannya.

Memory (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang