Part 27

4.9K 691 95
                                    

Pukul empat pagi. Ketika matahari belum keluar dari persembunyiannya. Saat keadaan di luar masih terlihat gelap. Lampu-lampu bangunan belum dinyalakan. Jalan raya terlihat lengang dan sepi.

Raejun dengan langkah terburu-buru beranjak keluar dari mansion megahnya. Sebelum itu dia sempat berteriak kepada para maid yang masih terjaga untuk menyiapkan mobil.

Beberapa menit yang lalu, saat Raejun masih berkutat dengan berkas-berkas yang ada di ruang kerjanya, mendadak sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya. Dan itu dari Jisoo. Dengan suara seraknya, Jisoo meminta kakeknya itu segera datang ke rumah sakit karena Lisa mengalami kecelakaan dan sedang dalam keadaan koma.

Tanpa membuang waktu, Raejun langsung beranjak pergi. Tidak memperdulikan pakaian serta wajahnya yang terlihat kusut. Dia harus sampai ke rumah sakit secepatnya.

Dalam waktu yang singkat, mobil yang dinaiki oleh Raejun telah sampai di rumah sakit tempat Lisa dirawat. Selain jalanan masih lengang, Raejun juga menyuruh supir pribadinya untuk melaju lebih cepat, bahkan melewati kecepatan normal. Sehingga dia bisa sampai lebih cepat.

Raejun memasuki lobby rumah sakit dengan rusuh. Kepalanya menoleh kesana-kemari, mencari petunjuk arah yang menunjukkan lokasi ruang ICU berada.

Pria yang telah berusia lanjut itu kembali berlari begitu menemukannya. Suara langkah kakinya menggema di sepanjang lorong yang sepi.

"Soo-ya!" Seru Raejun saat kedua matanya menangkap sosok Jisoo yang sedang duduk sendirian di depan ruang ICU. Tidak ada Jennie dan Rosé disana, sehingga memunculkan kerutan pada dahi Raejun.

Kepala Jisoo langsung tertoleh ketika mendengar suara sang kakek yang memanggil namanya. Segera beranjak berdiri menyambut kedatangan Raejun.

"Harabeoji..." Lirih Jisoo pelan. Kedua matanya segera berkaca-kaca.

Jisoo merupakan seseorang yang pantang sekali menunjukkan sisi lemahnya, terutama di depan adik-adiknya. Namun, akan ada saat dimana Jisoo akan memperlihatkan tangisannya ketika dia tidak sanggup lagi menahan kesedihannya. Dan hal tersebut akan dia perlihatkan ketika sedang bersama orang tuanya dan juga Raejun, sosok pengganti Junwo dan Yenna.

Seakan mengerti dengan perasaan Jisoo, Raejun langsung membawa cucu pertamanya itu kedalam pelukannya. "Sssttt... Tenanglah, harabeoji sudah ada disini."

Perlahan-lahan tangisan yang telah Jisoo tahan sejak tadi mulai keluar. Kedua tangannya mencengkram erat kemeja yang digunakan oleh Raejun. Semakin membenamkan kepalanya pada dada bidang Raejun.

"Harabeoji... Wae?... Kenapa harus Lisa?.... Kenapa harus adikku?..." Raejun hanya bisa diam sambil mengusap kepala Jisoo lembut. Membiarkan cucu pertamanya itu mengeluarkan semua yang dirasakannya.

"Harabeoji... Apa salah adikku?... Kenapa takdir begitu kejam kepadanya?..." Jisoo semakin terisak.

"A-aku... Aku takut jika Lisa tidak pernah bangun lagi, harabeoji..."

"Aniya, Soo-ya. Jangan berkata seperti itu, kita harus yakin jika Lisa pasti akan sadar dan kembali kepada kita. Percayalah." Ujar Raejun, suaranya terdengar bergetar. Dia tidak sanggup mendengar isak tangis Jisoo.

"Aku takut... Aku sangat takut, harabeoji..." Lirih Jisoo dengan suara yang hampir tidak bisa didengar.

"Lisa tidak akan pernah meninggalkan kita, Soo-ya... Tidak akan pernah." Bisik Raejun semakin mengeratkan pelukannya pada Jisoo.

Butuh waktu lama bagi Jisoo untuk kembali tenang. Bahkan kemeja Raejun yang awalnya kering, kini telah basah oleh air mata Jisoo. Raejun tidak mempermasalahkannya karena dia tahu Jisoo sudah lama sekali menahan tangisannya.

Memory (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang