Hoony hanya bisa terdiam dan menatap kosong ke arah Hye Kyo yang terus memberontak ingin masuk ke dalam ruang operasi. Sedangkan Yunhyeong dengan susah payah menahan tubuh ibunya sambil terus berucap menenangkan. Semua kejadian ini sangat tidak terduga dan terjadi dengan tiba-tiba.
Rapper terkenal itu mengusap wajahnya gusar. Ini adalah salahnya. Jika saja dia tidak melamun saat membawa mobil tadi, mungkin gadis yang berada di dalam ruang operasi itu tidak akan tertabrak olehnya. Mungkin dia masih sempat menghindarinya.
Hoony mengacak rambutnya frustasi. Ini semua terjadi karena dia terus memikirkan kejadian yang terjadi di rumahnya beberapa saat yang lalu, lebih tepatnya ketika dia menguping pembicaraan dan perubahan sikap ibunya yang sangat aneh. Sehingga dia tidak fokus saat mengendarai mobil.
"Izinkan aku masuk! Kau tidak berhak melarangku! Dia adalah anakku dan aku harus menyelamatkannya! Apa kau tidak tahu siapa aku, hah?! Aku dokter terbaik disini!" Sejak tadi Hye Kyo terus berseru kepada perawat yang berjaga di depan pintu ruang IGD.
Perawat itu menghela napasnya prihatin. Tentu saja dia mengenal Hye Kyo, bahkan semua orang yang ada di rumah sakit ini mengenalinya. Dia merupakan salah satu dokter yang sangat berbakat, handal dalam menangani segala jenis operasi, mulai dari yang mudah hingga yang paling sulit. Kemampuannya tidak bisa diragukan lagi.
Akan tetapi, sekarang Hye Kyo diselimuti oleh emosi yang tidak terkontrol. Jika dia tetap melakukan operasi dalam keadaan seperti itu, kemungkinan besar operasinya akan berjalan dengan buruk. Sehebat apapun dia.
"Dokter Song, tenanglah--"
"Bagaimana aku bisa tenang?! Apa kau tidak tahu jika sekarang putriku dalam kondisi kritis?!" Suara Hye Kyo terdengar menggelegar disepanjang lorong rumah sakit.
"Kau tidak tahu apa yang aku rasakan--"
"Tentu saja kami tahu," Suara berat seorang pria berhasil memotong ucapan Hye Kyo. Seketika emua orang yang ada disana menoleh ke arah sumber suara, termasuk Hoony.
Perawat tersebut segera membungkuk kepada pria tersebut yang diketahui sebagai kepala rumah sakit. Hye Kyo menatap pria tersebut dengan mata sembabnya.
Pria tersebut tersenyum menenangkan Hye Kyo. "Kami tahu apa yang kau rasakan, Hye Kyo-ssi. Geundae, sebagai wakil kepala rumah sakit dan seorang dokter seharusnya kau tahu akan kondisimu saat ini. Apakah kau pantas melakukan operasi atau tidak? Apakah sesuai dengan standar protokol?"
Mulut Hye Kyo langsung tertutup rapat. Kepalanya tertunduk menatap lantai rumah sakit, menggigit bibirnya dengan kuat. Ucapan dari kepala rumah sakit sekaligus rekan kerjanya itu berhasil membuatnya tersadar.
"J-jeosonghamnida..." Lirih Hye Kyo samar.
"Gwenchana, kau tidak akan dikenakan sanksi." Pria itu menepuk lembut bahu Hye Kyo yang bergetar.
"Setidaknya kau bisa mempercayakan operasi ini kepada dokter Jo Jung Suk. Seharusnya kau tahu jika dia juga memiliki kemampuan yang sama denganmu ketika menangani suatu operasi." Hye Kyo hanya mengangguk lemah menanggapi ucapan pria tersebut.
Setelah memastikan Hye Kyo benar-benar tenang, pria tersebut pamit undur diri karena dia mendapatkan panggilan darurat.
Tubuh Hye Kyo langsung meluruh ke bawah, jatuh terduduk di atas lantai begitu pria tersebut menghilang di kelokan lorong rumah sakit. Tangisannya yang sempat terhenti tadi kembali keluar. Kedua belah telapak tangannya yang masih dilumuri oleh darah Lalice terangkat menutupi wajahnya.
Yunhyeong mendongakkan kepalanya. Tidak sanggup melihat ibunya yang tampak begitu frustasi atas semua kejadian ini.
"Yunhyeong-ssi." Merasa dipanggil Yunhyeong menolehkan kepalanya ke samping. Terlihat Hoony berjalan mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory (DISCONTINUED)
FanfictionAkibat kecelakaan yang menimpanya pada masa lalu, membuat Lisa harus kehilangan semua ingatannya. Semua memori yang ada dikepalanya terhapus total. Tidak ada yang tersisa, walau hanya sedikit. Namun, pada suatu hari Lisa dihadapkan dengan rentetan k...