Part 7

5.7K 655 76
                                    

"Annyeong, Lalice-ya! Sampai jumpa besok!" Minnie melambaikan tangannya ke arah Lalice yang berhenti di persimpangan jalan, sedangkan dirinya terus berjalan melintasi zebra cross.

Lalice tersenyum lebar ke arah sahabatnya itu, ikut melambaikan tangan. "Ne... Annyeong, Minnie-ya!"

Minnie balas tersenyum lebar di seberang jalan. Setelah itu segera melangkahkan kakinya menuju jalan rumahnya. Meski mereka tinggal di satu lingkungan yang sama, letak rumah Lalice dan Minnie berbeda jauh. Diibaratkan jika rumah Lalice berada di sebelah utara, maka rumah Minnie berada disebelah selatan.

Lalice mulai melangkahkan kakinya ketika punggung Minnie hilang di kelokan jalan. Sambil terus berjalan menuju rumahnya, Lalice bersenandung pelan untuk menghilangkan rasa bosan.

Hari ini adalah hari pertama Lalice bersekolah di sekolah menengah pertama yang cukup ternama di kota Seoul. Lalice merasa sangat senang sekali, apalagi ketika mengetahui jika Minnie-sahabatnya sejak sekolah dasar tersebut-ternyata juga bersekolah disana.

Lalice tidak sabar untuk segera menceritakan pengalaman pertamanya di sekolah tersebut kepada Hye Kyo, jika eomma-nya itu tidak sedang berada di rumah sakit.

Ditengah-tengah perjalanan Lalice bertemu dengan seorang polisi yang sedang berpatroli. Lalice tersenyum dan membungkuk sekilas kepada polisi tersebut ketika berpapasan dengannya.

Polisi tersebut membalas senyuman ramah Lalice, lalu meneruskan kegiatan patrolinya. Setelah berpisah beberapa meter dengan Lalice, mendadak polisi tersebut teringat dengan selebaran yang dia dapatkan dari kantor.

Dia langsung mengambil selebaran itu dari dalam saku seragamnya. Kedua matanya menatap foto anak perempuan yang terpampang disana dengan seksama.

"Anak itu mirip sekali dengan anak yang ada difoto ini. Jangan-jangan itu memang dia?! Lebih baik langsung aku hampiri saja." Ujar polisi tersebut bermonolog.

"Ya! Jeogiyo! Nona muda! Jamkkanman!" Teriaknya sambil berlari menghampiri Lalice.

Langkah Lalice terhenti ketika mendengar teriakan polisi tersebut, kepalanya menoleh ke segala arah. Siapa tahu yang dipanggil orang lain, bukan dirinya. Tapi tidak ada satu pun orang lain yang berada disekitar daerah tersebut.

"Kamu... Hah... Nona muda..." Ucap polisi tersebut dengan napas tersenggal.

"Jeoyo?" Tanya Lalice bingung sambil menunjuk dirinya sendiri.

Polisi itu mengangguk, napasnya masih tersenggal. "Ne, majayo... Apakah... Apakah kau yang ada difoto ini?"

Kedua mata bundar Lalice menatap selebaran yang diperlihatkan oleh polisi tersebut. Dia langsung tertegun ketika melihat foto tersebut. Wajah anak perempuan itu mirip sekali dengannya, tapi dalam usia yang lebih muda. Mungkin sekitar usia tujuh atau delapan tahun.

Jika itu memang dirinya, lalu mengapa Lalice tidak pernah merasa jika dia pernah mengambil foto tersebut. Bahkan Lalice tidak tahu kapan dan dimana foto tersebut diambil. Atau bisa saja orang lain yang memiliki wajah yang mirip dengannya?

"Aniyo, ahjussi." Lalice menggelengkan kepalanya.

"Ne? Tapi wajahnya terlihat sangat mirip denganmu." Ujar polisi tersebut membandingkan wajah Lalice dengan wajah anak perempuan yang ada difoto.

"Tapi aku memang bukan anak yang ada di foto itu, ahjussi. Bahkan aku tidak pernah mengambil foto seperti itu, fotonya terasa asing bagiku. Mungkin aku kebetulan memiliki wajah yang sama dengannya." Jawab Lalice dengan cerdas.

Memory (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang