Part 13

4.9K 631 100
                                    

"Apakah cocok?" Lalice memutar badannya agar Minnie bisa menilai apakah pakaian yang dia pakai saat ini cocok untuk dikenakan pada pesta.

Minnie memperhatikan sahabatnya itu dengan teliti. Dia bersikap seolah-olah sedang melakukan penilaian kepada peserta Miss Universe. Dia menghabiskan waktu selama menit hanya untuk memperhatikan tanpa memberikan komentar sedikit pun.

Karena Minnie terlalu lama memberikan pendapatnya, Lalice mengambil bantal sofa, lalu melemparkannya kepada sahabatnya. "Ya! Kenapa lama sekali?!"

Minnie terkekeh pelan, menghindari bantal yang melayang ke arahnya. "Arasseo, arasseo... Dress itu sangat cocok sekali untuk dipakai ke acara pesta, juga cocok untukmu."

"Jinjja?" Ucap Lalice tidak percaya. Dia berjalan mendekati cermin full body yang berada di sudut ruang santai.

Kedua mata bundar Lalice mematut dirinya yang saat ini memakai dress selutut berwarna cokelat dengan motif rumit. Gadis berponi itu juga memakai pita berwarna hitam agar rambutnya terlihat lebih rapi. Lalice memutar badannya berkali-kali karena merasa tidak yakin dengan penampilannya saat ini.

"Aigoo! Kenapa kau keras kepala sekali, eoh?!" Minnie menatap Lalice dengan kesal, jika dibiarkan mungkin gadis berponi itu akan menghabiskan waktu selama berjam-jam di depan cermin.

"Ya! Sekalipun kau mengenakan pakaian robek, kau akan tetap terlihat cantik!"

Lalice menatap Minnie dengan tajam dari cermin. Tidak bisakah sahabatnya itu memakai kalimat yang lebih bagus untuk meyakinkannya? Dia tahu jika Minnie baru saja memujinya, hanya saja kalimat 'pakaian robek' memberikan kesan yang buruk.

"Terima kasih atas pujiannya!" Ketus Lalice, kemudian memilih untuk duduk disebelah Minnie.

Atas bujukan serta paksaan dari Minnie sejak tadi pagi, akhirnya Lalice bersedia untuk menemani Hye Kyo datang ke pesta tersebut. Sebenarnya tanpa dibujuk oleh Minnie pun, Lalice akan tetap pergi. Tidak mungkin dia menolak ajakan seseorang yang telah berjasa dalam hidupnya, apalagi sampai membuatnya kecewa.

Saat ini jam menunjukkan pukul enam sore. Lalice hanya tinggal menunggu Hye Kyo datang menjemputnya.

Drrttt... Drrttt... Drrttt...

Perhatian Lalice beralih ke arah ponselnya yang bergetar di atas meja. Lalice langsung mengambil ponsel tersebut, dia mengira jika itu adalah panggilan dari Hye Kyo.

Begitu Lalice melihat layar ponselnya, ternyata yang menghubunginya saat ini bukan Hye Kyo. Melainkan Lay. Ada apa Lay menelponnya sekarang? Bukankah hari ini dia sedang diberi hari libur?

"Yeoboseyeo?" Lalice langsung menjawab panggilan tersebut.

Dari ujung panggilan sana Lalice bisa mendengarkan betapa paniknya Lay saat ini. Deru napas pemilik akademi dance tersebut terdengar dengan jelas di telinganya. Lalice mencengkram erat ponselnya saat mendengarkan penjelasan dari Lay.

"A-arasseo, aku akan kesana!" Tepat setelah itu Lalice memutuskan panggilan tersebut.

Dalam satu gerakan, Lalice beranjak berdiri dan menyambar tas kecil miliknya sekaligus. Dia bergegas melangkah menuju pintu depan, memakai high heels nya dengan cepat.

"Aku pergi dulu!" Lalice berpamitan kepada Minnie, lalu menghilang dari balik pintu apartemen.

Minnie mengkerutkan alisnya bingung melihat Lalice yang pergi dengan tergesa-gesa. Padahal masih ada satu jam lagi sebelum pesta itu dimulai, jika mereka berangkat sekarang mungkin saja mereka datang tepat waktu atau lebih awal. Untuk apa terburu-buru?

Memory (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang