Satu

8.4K 847 543
                                    

"Layaknya bunga matahari yang selalu menghadap ke arah sang Surya. Bunga matahari tak akan berhenti mengejar sinarnya. Begitulah difinisi rasaku padamu."

***


Empat buah bus pariwisata, terparkir di depan gerbang SMA Garuda. Siswa-siswi kelas dua belas yang kini sedang memakai seragam sekolah berbondong-bondong memasuki bus kelas masing-masing. Mereka kompak mengenakan seragam khusus di hari kamis, padahal saat ini sedang hari sabtu. Alasannya simpel. Seragam hari kamis mereka tampak aesthetic dari seragam lainnya.

SMA Garuda hendak mengajak murid-muridnya study tour ke sebuah lokasi peninggalan sejarah. Sekalian untuk refreshing, mengingat di semester genap nanti, murid-murid kelas dua belas itu akan sibuk dengan ujian-ujian berat lainnya. Kegiatan study tour ini diperuntukkan bagi seluruh siswa SMA Garuda. Minggu ini, giliran kelas dua belas. Minggu depannya lagi akan dilanjut dengan kelas sebelas, lalu kelas sepuluh.

Seorang gadis yang kini duduk di kursi bagian depan bersama sahabatnya, menoleh ke sisi jendela dan tersenyum. Dengan ikat rambut berhiaskan bunga matahari seukuran tangan anak-anak, juga dengan gelang tangan bermotif bulatan bunga matahari di sekelilingnya, membuat penampilan gadis itu tampak sangat mencolok dari siswa-siswi lainnya.

Dia Abyuri Pitaloka. Si gadis penggemar berat bunga matahari. Semua hal yang berkaitan dengan bunga kuning itu, telah menjadi favoritnya.

Bunga matahari selalu mengejar matahari. Kira-kira begitulah anggapan beberapa orang tentang si bunga kuning. Yuri membenarkan hal itu. Jika diibaratkan ke dalam kisah-kisah percintaan klasik anak remaja, bunga matahari tampak seolah mengangumi sang Surya dalam diam. Perbedaan jarak antar keduanya tak membuat bunga matahari goyah membunuh perasaannya. Bunga matahari mengenal sang surya, tapi sang surya belum tentu mengenal bunga matahari. Begitulah rumitnya kisah mengagumi dalam diam.

Persis seperti kisahnya. Nyaris selama dua tahun setengah ini, Yuri menganggumi teman seangkatannya, Dewa Anugrah. Jika bunga matahari itu diibaratkan sebagai Yuri, maka Dewa Anugrah lah yang menjadi sang Surya nya. Itu perumpamaan dari Yuri, tolong jangan dihujat.

Yuri tak henti menatap jendela. Sebab persis di sebelahnya, terparkir sebuah bus yang dihuni oleh siswa-siswi kelas 12 IPA 1. Yap! Kelas Dewa Anugrah. Yuri dan Dewa memang seangkatan. Hanya saja, mereka berbeda jurusan kelas. Yuri duduk di kelas 12 IPS 2, sementara Dewa berada di kelas 12 IPA 1. Kebetulan, Dewa Anugrah duduk di tepi jendela, seperti dirinya, hingga membuat Yuri puas menatap lelaki itu dari samping.

Alasan Yuri mengangumi Dewa Anugrah sebab... lelaki itu tampan. Tidak. Bukan itu saja. Selain tampan, Dewa Anugrah juga menguasai beberapa bidang olahraga. Dia juga berbakat memainkan alat musik. Dan banyak hal lain yang tak bisa Yuri ungkapkan dengan kata-kata.

Dewa Anugrah termasuk salah satu lelaki yang populer di sekolahnya. Bukan karena kecerdasan. Lelaki itu sama sekali tak berbakat dalam bidang akademik. Meskipun begitu, banyak gadis yang tergila-gila padanya. Termasuk Yuri, tentu saja.

Yuri paham betul dengan sifat yang dimiliki Dewa Anugrah. Lelaki itu baik hati. Buktinya, dia memacari semua gadis yang menyatakan cinta padanya, tentunya satu-persatu. Jika tak salah hitung, Dewa Anugrah telah memiliki 67 mantan semenjak kelas sepuluh. Yuri memantaunya dalam diam.

Dewa Anugrah bukan buaya. Dia hanya menikmati masa-masa remajanya, begitulah pikiran positif Yuri terhadap lelaki itu.

"Ci? Mau permen gak?" Suara milik sahabatnya, Adelia, mampu membuyarkan lamunan Yuri. Ia menoleh, lantas menggeleng. "Yaudah deh, baguslah," ucap Adelia seraya memasukkan kembali bungkusan permen miliknya ke dalam ransel.

Chasing of the Sun (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang