Tiga puluh delapan

1.5K 436 149
                                    

"Jenuh berada di situasi yang nyaris itu-itu saja. Semesta, apa tak mau berbaik hati membuatku sedikit bahagia?"

***

Begitu Yuri membuka kenop pintu, benda itu langsung terbuka hingga menampilkan sosok Adelia. Gadis itu sudah memantau kepulangan Yuri sejak tadi melalui balkon dan sengaja menunggu di depan pintu.

"Ci, gue bisa jelasin semuanya sekarang." Adelia lebih dulu buka suara, meski Yuri bersikap tak acuh dan beralih mengambil baju ganti di lemari.

"Gue gak ada rasa apapun sama mantan lo." Adelia berusaha menjelaskan, meski terkesan tak diacuhkan.

"Dan kalaupun kami pernah jadian, kita udah putus. Gue udah blokir nomornya. Gue bisa tunjukin supaya lo percaya."

Yuri tetap bersikap tak acuh. Kini ia telah mengganti pakaiannya. Ia membaringkan diri di ranjang sekalipun Adelia tak berhenti bicara.

"Oke, gue tau lo gengsi nanyain ini. Gue kenal Dewa sebelum gue kenal sama lo. Waktu itu lagi MOS. Dia berusaha deketin gue lewat chat. Beberapa minggu setelahnya, gue malah ketemu sama lo. Ternyata lo malah suka sama dia. Sejak itu gue putusin untuk jauhin dan gak pernah lagi respon dia."

Adelia mengembuskan napasnya dengan berat. "Alasan gue gak pernah suka liat lo sama dia karena gue tau Dewa itu cowok yang kayak gimana. Dewa itu player. Gak kehitung udah berapa banyak hati yang dia sakitin di luar sana termasuk lo."

Adelia menghentikan ucapannya sebab ada bunyi notifikasi pesan dari ponselnya. Ternyata pesan itu berasal dari Yuri.

Aci

Dia cuma suka sama lo

"Ci, gue gak pernah bilang kalau dia suka sama gue karena gue gak mau lo kecewa. Gue gak mau ngerusak pertemanan kita, tapi lo... Lo malah nembak dia. Gue gak keberatan lo mau curhat seribu kalipun tentang dia, asal lo masih ada di garis aman. Tapi nggak. Lo malah maju dan nyiksa diri lo sendiri. Gue harus apa? Gak ada pilihan lain selain ngikutin cara main lo, Ci."

Aci

Lo terlalu sempurna untuk ada di posisi rumit ini

Adelia mengembuskan napas dengan kasar. Ia melangkah mendekati Yuri lantas memaksa gadis itu untuk duduk. Adelia mencengkram bahu Yuri cukup kuat. "Lo liat gue sempurna dari sisi mana?!"

Yuri akhirnya bersuara, "Lo cantik, pintar, mudah bergaul, lo dikelilingi sama orang-orang yang sayang sama lo. Lo sempurna!"

Pandangan Adelia menunduk. Ia malah tertawa sinis. Yuri mengernyit tak suka. Detik selanjutnya terdengar bunyi dering ponsel milik Adelia. Gadis itu baranjak ke sudut ruangan dan mengangkat panggilan teleponnya.

"Halo?"

"Kamu tau, akhirnya hari yang kita takutkan malah kejadian. Orang tua kita sekarang lagi diadili sama warga." Itu suara laki-laki. Adelia tampaknya sengaja mengaktifkan loudspeakernya hingga Yuri dapat mendengarnya juga.

"Oke. Thanks infonya." Adelia mematikan sambungan teleponnya.

Yuri bangkit dan menyusul gadis itu. "Del?"

Adelia menoleh padanya. Gadis itu tersenyum. "Nyokap akhirnya ketauan, Ci."

Yuri tahu arti senyum itu. Ia lantas membawa Adelia ke pelukannya.

"Gue kayak anak durhaka yang seneng ngeliat orang tuanya menderita ya. Tapi mau gimana. Ini salah satu cara untuk bikin nyokap sadar kalau apa yang dia lakukan itu dosa."

Adelia menarik napasnya lebih dulu. "Ci, jujur gue sakit hati pas lo bilang gue sempurna. Padahal lo tau gue banyak kurangnya. Lo tau kalau perilaku nyokap gue menyimpang. Padahal gue sering cerita kalau gue malu liat nyokap pacaran sama janda. Lo tau kan, gue punya nyokap yang lesbi."

Chasing of the Sun (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang