Empat puluh sembilan

1.4K 395 100
                                    

"Denganmu, logika dan batinku sibuk berperang. Sayangnya, logikaku kerap dicurangi oleh perasaan tak lazim tentangmu."

***

Flashdisk yang tak sengaja Yuri temukan di Indomart tadi malam hingga saat ini masih ada di tangan Yuri.

Sebenarnya ia penasaran, dengan siapa pemilik benda ini sebenarnya. Takut, jika pemiliknya saat ini sedang kecarian, atau bahkan banyak file penting yang tersimpan di benda ini.

Yuri sempat kepikiran untuk coba menghubungkannya ke laptop. Tapi ia lupa, jika laptopnya sedang berada di indekos saat ini.

Tadinya ia sempat berpikir bahwa benda ini milik Dewa. Ia bahkan sempat mencoba mengirmkan pesan pada lelaki itu, namun hasilnya ceklis satu. Yuri lupa bahwa nomornya mungkin saja masih diblokir oleh lelaki itu.

Jadilah pagi ini, Yuri berniat untuk mencari tahu siapa pemilik dari flashdisk di tangannya. Hitung-hitung mengeluarkan keringat dengan pergi keluar rumah. Yuri akan kembali ke Indomart. Siapa tahu pemiliknya sempat kembali untuk mencari benda ini.

"Nah, flashdisk ini. Tadi pagi banget, ada mas-mas yang nanyain apa barangnya sempat jatuh atau ketinggalan di sini. Dia ke sini pas malem, dan kebetulan temen saya yang jadi kasirnya tapi sekarang dia lagi shift siang. Soalnya sejak pagi kami gak nemuin ada barang berharga yang jatuh di lantai." Ujar kasir Indomart yang berbeda dari tadi malam.

"Ciri mas-masnya gimana, mbak? Dia ada nyebutin nama gak?"

"Orangnya tinggi, putih. Sayangnya dia gak nyebutin nama, mbak."

"Bentar." Yuri beralih mengotak-atik ponselnya, lantas menunjukkan foto seseorang pada sang kasir. "Orangnya yang ada di foto ini bukan."

"Nah, iya! Ini dia mas-mas yang nanyain flashdisk tadi pagi."

Yuri tersenyum. "Saya kenal orangnya, mbak. Dia temen sekolah saya."

***

Tak butuh waktu lama, pintu itu kini terbuka. Namun bukan Dewa yang membukakannya. Melainkan Mamanya. Mengingat pertemuan pertama mereka kala itu, Yuri ragu dan nyaris berpikir untuk langsung pulang saja. Namun mengingat Yuri masih beretika, ia lantas dengan cepat menyampaikan tujuannya.

"Saya mau cari Dewa, Tante." Ujarnya langsung.

"Dewa gak ada." Balas wanita itu dengan nada cepat. Seolah ia ingin mengakhiri percakapan saat ini juga.

Yuri menunduk. "Kalau gitu saya pulang aja, Tante." Ketika Mamanya Dewa nyaris saja menutup seluruh pintu, Yuri berubah pikiran dan berbalik. "Tapi saya ke sini niatnya cuma mau ngasih ini kok, Tante. Barangkali ini punyanya Dewa."

Ekspresi Mamanya Dewa berubah drastis. "Ya ampun! Ini dia flashdisk nya! Kenapa ini bisa ada di kamu?"

"Tadi malem gak sengaja ketemu sama Dewa di Indomart deket rumah, Tante. Flashdisk itu aku temuin jatuh di lantai kasir, tepat di kaki aku. Karena situasinya lagi ramai, aku mutusin balik lagi pagi ini. Ternyata kata mbak kasirnya Dewa sempat balik lagi nanyain ini. Makanya aku putusin untuk nganter langsung ke rumah."

"Oalah, anak itu emang suka ceroboh. Lain kali gak usah repot-repot. Padahal kalau digojekin aja lebih gampang kan?" Entahlah kalimat ini semacam sindiran, atau sekedar basa-basi. Tapi Yuri sudah terlanjur mengecap buruk atas semua ucapan yang terlontar dari mulut Mamanya Dewa.

"Gapapa, Tante. Tadi sekalian mau keluar juga. Kalau gitu saya pamit ya. Permisi."

***

Kebetulan sedang di luar, Yuri berniat mengunjungi seseorang. Kali ini ia ingin menghabiskan waktu. Bercerita panjang lebar, meski akhirnya dibalas dengan komentar fakta menampar hati. Siapa lagi jika bukan Darka.

Chasing of the Sun (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang