"Perihal hubungan persahabatan, semestinya aku sadar bahwa nanti akan datang masanya kita takkan lagi sejalan. Semua akan kembali seperti semula. Asing, bahkan tak lagi saling mengenal."
***
Yuri mengerjapkan kedua mata. Kepalanya masih terasa pusing. Namun nuansa pink, serta sebuah tempat yang asing ini mampu membuat Yuri berusaha untuk memperjelas pengelihatannya. Kalau tidak salah, Yuri sekarang berada di sebuah kamar. Dan ini jelas bukan Rumah Sakit.
Apa yang terjadi? Tempat apa ini? Kenapa dia bisa di sini?
Pandangannya berhenti pada sebuah sofa, Yuri kaget kala melihat seseorang yang sedang duduk di sana sembari menatapnya. Dia Darka. Lelaki itu mengenakan baju lengan pendek, serta celana pendek. Kaki serta tangannya yang terekspos benar-benar memperlihatkan betapa putih dan bersihnya kulit lelaki itu. Ia juga mengikat rambut atasnya dengan ikat rambut pink. Tanpa sadar, Yuri meneguk salivanya dengan susah payah. Penampilan Darka, seketika membuatnya merasa insecure sebagai seorang perempuan.
Yuri spontan melihat ke bawah, dan kaget saat mendapati pakaiannya yang kini sudah berganti. Tangan dan sudut kepalanya juga tampak di perban. Ia lantas menatap Darka dengan sorot tajam.
“LO-”
“Diam! Jangan teriak.” Ujar Darka seolah tahu jika Yuri hendak melakukan itu.
“Gimana gak teriak kalau lo gantiin baju-”
“Bukan gue,” potong Darka dengan cepat. “Mama yang ganti dan obatin lo.”
Yuri sontak bungkam. Ia kembali melihat tubuhnya. Semua pakaiannya benar-benar diganti oleh Mamanya Darka. Tapi tunggu! Jangan bilang bahwa wanita itu juga sempat mengganti pakaian dalamannya?! Tapi ngomong-ngomong, darimana asal semua pakaian ini? Pakaian yang Yuri kenakan saat ini tampak feminim dan sedikit longgar di tubuhnya. Apa ini adalah pakaian milik Kakak atau Adik perempuan Darka?Yuri beralih menatap Darka. Lelaki itu bergeming di tempatnya.
“Kenapa gue bisa ada di sini?”
“Lo abis kecelakaan dan pingsan,” jawab lelaki itu.
Yuri berdecak pelan. “Iya, gue tau. Tapi kenapa gue bisa dibawa ke sini? Harusnya kan di rumah sakit.”
“Kalau gue gak bawa lo ke sini, mungkin lo masih tiduran di jalan kayak tadi.”
Yuri mengernyit heran. “Jadi, pas gue pingsan tadi, mereka sama sekali gak bantuin gue?!”
Darka berdehem pelan, dan itu mampu membuat batin Yuri kembali sesak. Dia jelas-jelas pingsan, dan orang-orang itu sama sekali tak membantunya? Lantas bagaimana dengan Dewa, pacarnya? Kenapa lelaki itu ikut-ikutan bersikap tak acuh padanya?!
Rasa kesal di batinnya, kini menguap kala melihat Darka keluar kamar begitu saja. Yuri hendak menyusul lelaki itu, namun rasa remuk di tubuhnya membuat ia mengurungkan niatnya. Tapi samar-samar, Yuri bisa mendengar suara obrolan yang ia tebak adalah suara Mamanya Darka.
“Nggak! Sekarang udah malem, kalau kamu nganterin dia, trus kamu pulangnya gimana? Kalau kenapa-napa di jalan gimana? Kali ini, Mama biarin dia nginep di sini. Besok pagi baru kamu anterin pulang. Kamu denger Mama kan, Dara?”
Dara? Nama panggilan itu lagi-lagi mengusik pikiran Yuri. Kenapa Darka dipanggil Dara?
Begitu Darka masuk ke kamar, Yuri berpura-pura membalik badan dan seolah tak acuh. Tapi saat melihat Darka yang kini mendekat ke arahnya, Yuri sontak panik.
“Lo mau apa?!” tanya Yuri was-was. Terlebih saat Darka mulai duduk di atas ranjang.
Lelaki itu mengambil alih bantal kosong, serta selimut yang tadinya digunakan oleh Yuri. Tak lama setelah itu, Darka bangkit sembari bersuara, “Gue mau tidur di luar.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing of the Sun (Completed)
Novela JuvenilYuri, si gadis penggemar berat bunga matahari. Segala hal yang berkaitan dengan bunga kuning itu telah menjadi favoritnya sejak lama. Dewa Anugrah adalah teman seangkatan yang berbeda jurusan kelas dengannya. Yuri menyukai lelaki itu dalam diam. Ka...