"Tertawa dan terluka dalam waktu yang sama mampu membuatku sadar bahwa rasa itu hanya kudapatkan bila bersamamu, sahabat putih abu-abuku.
***
Paginya, ketika hendak berangkat sekolah, Yuri tak lagi memakai ikat rambut berhiaskan bunga matahari. Yuri juga melepas gelang kesayangan yang notabennya juga bermotif bunga matahari. Mulai sekarang, Yuri berusaha untuk tidak lagi memakai benda-benda kekanakan seperti itu. Yuri ingin berubah menjadi gadis kekinian. Yuri juga memoles bibirnya dengan liptint kepunyaan Adelia. Lagipula, Dewa memang tidak suka dengan bunga. Hal itu semata-mata, dilakukan Yuri demi Dewa.
Di jam pelajaran pertama, guru Ekonomi mereka datang tiga puluh menit setelah bel masuk berbunyi. Hal itu sudah biasa terjadi di kelas IPS. Guru-guru memang kurang betah berlama-lama di kelas itu.
"Keluarkan kertas selembar. Hari ini kita ulangan," ucap Bu Phita.
Mampus!
Yuri tampak cemas saat ini. Semalam, dia pulang tepat di pukul sepuluh malam. Butuh waktu lama untuk menunggu Adelia membukakan pintu belakang untuknya sebab gadis itu harus meminjam kunci cadangan pada penghuni lantai atas. Setelah tiba di kamar kos, Yuri lantas melempar tubuhnya di atas ranjang. Dia benar-benar lelah, dan tak sempat membuka buku pelajaran. Dan sekarang, Yuri benar-benar menyesal.
Bu Phita menuliskan lima soal singkat yang selalu diawali dengan kata 'Jelaskan!'. Yuri ingin mati saja rasanya.
Bu Phita memberikan waktu satu jam untuk menjawab soal ulangan. Setengah jam lainnya, akan beliau gunakan untuk menagih tugas-tugas siswa yang belum tuntas di ulangan sebelumnya.
Setengah jam berlalu, Yuri benar-benar frustasi. Hari ini, dia tidak membawa ponsel, hingga kesempatannya bertanya pada Mbah Google terpaksa pupus. Sebenarnya Yuri bisa saja menggunakan cara lain dengan membuka buku Ekonomi secara langsung. Tentunya dengan mengendap-endap, seperti yang dilakukan sebagian teman-temannya di kelas itu. Namun Yuri tak punya keberanian melakukannya, mengingat ia duduk di kursi depan.
Lima belas menit berlalu, Yuri belum juga menuliskan satu jawabanpun di lembaran kertas putihnya. Kali ini Yuri pasrah. Mungkin dia akan mengikuti sesi remedial minggu depan.
Sebuah remukan kertas kecil tiba-tiba saja terlempar ke atas mejanya. Yuri menoleh. Ternyata pelakunya Adelia. Ah iya, semenjak semalam, gadis itu belum bicara sepatah katapun padanya. Padahal Yuri sudah membelikan sebungkus makanan untuknya malam itu. Namun Adelia tak juga menyentuhnya hingga pagi tadi. Yuri hanya beranggapan bahwa Adelia mungkin sedang diet.
Yuri meraih remukan kertas kecil itu dan memilih untuk membukanya di dalam laci. Yuri kaget saat melihat isinya. Ternyata, kertas kecil itu berisi jawaban ulangan Ekonomi dari awal hingga akhir. Adelia menuliskannya dengan huruf yang teramat kecil, namun masih bisa terbaca oleh Yuri.
Yuri berniat hendak mengucapkan terimakasih pada gadis itu, namun Adelia sedang tak menoleh padanya. Mungkin ada baiknya Yuri menyalin contekan itu lebih dulu.
***
"Del, makasih untuk contekannya," ujar Yuri. Dia baru bisa mengucapkan kalimat itu saat bel istirahat berbunyi. Pasalnya, setelah pergantian jam pelajaran Ekonomi tadi, guru Matematika mereka mendadak datang tepat waktu.
"Sama-sama," jawab Adelia seolah tak acuh. Gadis itu tampak sibuk mengetikkan sesuatu di ponselnya.
"Adel, lo marah ya?" tanya Yuri, sembari membuka bungkusan kuacinya. Yuri mulai memakan satu biji bunga matahari, tentunya dengan membuka kulitnya lebih dulu.
![](https://img.wattpad.com/cover/252506927-288-k485234.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing of the Sun (Completed)
Teen FictionYuri, si gadis penggemar berat bunga matahari. Segala hal yang berkaitan dengan bunga kuning itu telah menjadi favoritnya sejak lama. Dewa Anugrah adalah teman seangkatan yang berbeda jurusan kelas dengannya. Yuri menyukai lelaki itu dalam diam. Ka...