"Sedekat-dekatnya hubungan antar sahabat, pasti ada satu rahasia yang tersimpan rapat."
***
Bahkan hingga hari ini, Yuri masih menunggu chat berisi permintaan maaf dari Dewa. Apa dia salah?
Dewa membuatnya menunggu selama satu jam tanpa kepastian. Padahal lelaki itu bisa menghubunginya ketika malam. Tapi apa? Nyatanya Yuri tak pernah dianggap spesial oleh lelaki itu.
Detik-detik menjelang bel pulang sekolah, Yuri yang duduk di kusi belakang merasa heran kala melihat teman-teman di deretan depan yang heboh, bahkan sambil menoleh ke belakang. Yuri merasa orang-orang itu sedang melihatnya.
“Cie dijemput pacar,” ujar salah satu di antara mereka.
Yuri yang tidak merasa hanya bersikap bodo amat. Tapi ketika Adelia ikut menatapnya, Yuri menaikkan sebelah alisnya, namun Adelia kembali menoleh ke depan.
Penasaran, Yuri lantas berdiri dan mengintip pada jendela kelas.
Blush!
Pipinya sontak memanas kala melihat Dewa sedang berdiri di tiang kelasnya. Lelaki itu bersandar pada tiang sembari memainkan ponselnya.
Sial!
Yuri merasa tubuhnya mendadak dingin. Ini bukan yang pertama, tapi reaksinya masih sama seperti dulu.
“Dewa keliatan makin ganteng ya.”
“Gue lagi nunggu Dewa putus biar gue bisa jadi pacarnya.”
“Si Aci beruntung banget dijemput di depan kelas gitu. Padahal seinget gue si Rani yang cantik aja gak diperlakuin gitu sama Dewa.”
“Tutorial jadi Aci dong.”
Samar-samar Yuri bisa mendengar omongan teman-teman tentang dirinya. Yuri tak peduli akan hal itu. Sebab ia tahu, teman sekelasnya sedang iri padanya saat ini. Lihat saja, Yuri tak akan memutuskan Dewa sampai mereka tamat nanti!
Bel pulang sekolah baru berbunyi. Ternyata anak IPA pulang lebih awal dari mereka hingga Dewa bisa menunggunya di depan kelas.
Ketika melangkah hendak keluar kelas, Yuri sadar bahwa Adelia berdiri menunggunya di meja depan. Begitu posisi mereka dekat, Adelia membisikkan sesuatu di telinga Yuri.
“Jangan lupa beli kuaci. Stoknya udah habis di kosan. Jangan sampai lo gila lagi malam ini.” Begitu mengucapkan kalimat itu, Adelia pergi bersama Rani.
Yuri melirik ke luar kelas, Dewa sedang dihampiri oleh tiga teman perempuannya. Yuri menahan rasa cemburunya sebab Dewa juga berusaha untuk mengakhiri topik dengan mereka.
Begitu Yuri keluar kelas, Dewa langsung merangkul bahunya dan membawa Yuri pergi dari sana.
Ya, kehadiran Yuri berhasil menyelamatkan Dewa dari teman perempuannya yang genit.
Yuri mempertahankan dirinya agar tak terpengaruh oleh rayuan Dewa. Maksudnya Yuri sedang mencoba bersikap seolah dia sedang marah. Yuri sedang menunggu permintaan maaf dari lelaki itu atas kejadian semalam.
“Coba tebak kita mau kemana?” Setibanya di dalam mobil, Dewa mulai mengajaknya bicara. Yuri membalas dengan gelengan kepala sekilas, setelah itu ia fokus dengan ponselnya, membuka aplikasi apapun agar terlihat sibuk.
Sepanjang perjalanan, Yuri merasa asing dengan jalan yang mereka lewati. Jika orang yang di sebelahnya ini bukanlah Dewa, mungkin Yuri tak akan bisa berpositif thinking. Entah kenapa Yuri merasa percaya pada Dewa bahwa lelaki itu pasti akan menjaganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing of the Sun (Completed)
Novela JuvenilYuri, si gadis penggemar berat bunga matahari. Segala hal yang berkaitan dengan bunga kuning itu telah menjadi favoritnya sejak lama. Dewa Anugrah adalah teman seangkatan yang berbeda jurusan kelas dengannya. Yuri menyukai lelaki itu dalam diam. Ka...