Ending

2K 400 102
                                    

"Layaknya biji bunga matahari yang berusaha hidup di sebuah tanah yang sukar tumbuh. Begitulah perjuangan dalam mengejar matahari versiku saat ini"

***

Darka bungkam menatap sebuah kediaman megah di hadapannya. Melalui penelusurannya, kediaman ini adalah tempat tinggal Ayah kandungnya. Pria yang tak pernah alfa mengirimkan uang bulanan, meski tak pernah menampakkan wajahnya secara langsung.

Pukul setengah enam sore, selesai menghabiskan waktu di hadapan makam sang Mama, Darka memutuskan untuk langsung mencari keberadaan Ayahnya. Hanya beliau satu-satunya keluarga yang ia punya sekarang.

Pandangannya tak sengaja bersitatap dengan seorang security rumah ini. Merasa perlu informasi, Darka turun dari motornya lantas mendekat.

"Benar ini kediaman Pak Andra?" Tanyanya.

Pria tak langsung menjawab. Beliau memerhatikan Darka dari atas hingga bawah sekilas. "Ada perlu apa?"

"Saya ingin bertemu dengan Pak Andra. Ada yang ingin disampaikan." Jawab Darka.

"Pak Andra sibuk. Kalau mendesak, bisa hubungi nomor managernya, biar beliau yang bantu sampaikan."

Darka bungkam. Sesulit itukah bertemu dengan Ayah kandungnya?

***

Hari-hari berlalu. Perasaan Yuri kini campur aduk. Ini adalah hari terakhir yang berkesan di masa SMA nya. Hari ini mereka akan merayakan perpisahan sekolah dengan mengadakan study tour. Dan kebetulan, Adelia akan melangsungkan tunangan hari ini.

Tadinya Yuri berniat tidak hadir, mengingat ia tak punya teman, dan rasanya mungkin akan garing. Tapi karena dorongan dari sang Mama yang mengatakan bahwa ini adalah kesempatan terakhirnya menghabiskan waktu dengan teman-teman SMA, Yuri akhirnya pasrah.

"Ci, ikutan foto yuk." Ajak Rani saat Yuri baru saja menatap sekeliling mencari keberadaan teman yang nganggur. Ia tersenyum, lantas ikut berfoto bersama teman-teman perempuan.

Selanjutnya, masuk ke dalam bus kelas masing-masing. Semuanya heboh. Berebut memilih teman sebangku yang nyaman, kecuali Yuri.

"Gue duduk bareng lo ya." Tawar Rani tiba-tiba. Yuri tentu saja tak menolak.

"Jeng, gue duduk bareng lo ya. Di kelas kan kita duduknya bareng. Masa di sini enggak." Ujar Bima.

"Diem lo! Sok-sokan manggil Jeng, biasanya juga manggil Anjeng. Pasti lo kangen sama gue. Secara kita udah dua minggu gak ketemu."

Yuri tak henti tersenyum melihat tingkah konyol teman-temannya.

"Btw, hari ini Adel bakal tunangan ya." Ujar Rani.

Yuri mengangguk.

"Ntar kita vc Adel ya. Dia pasti kangen sama kita-kita."

Sekali lagi Yuri hanya mengangguk.

"Ada yang mau donat kentang gak?" Teriak Salsa di bangku deretan belakang. Orang-orang sontak berlari menyerbu gadis itu. Untung saja bus nya belum berangkat.

"Lo mau donat kentang gak?" Tanya Rani.

"Boleh deh." Balas Yuri.

Rani lantas beranjak dan ikut berlari ke belakang.

Yuri menatap ke jendela samping. Sejak study tour di semester ganjil, ia memang langganan duduk di samping jendela. Namun kali ini rasanya berbeda. Padahal ia belum sampai di tujuan. Tapi kesannya seperti akan menyenangkan untuk beberapa jam ke depan.

Chasing of the Sun (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang