"Mengendap-endap memasuki hatimu, begitulah jalan ninjaku. Namun sayang, hatimu sudah lebih dulu kau blokir untukku."
***
Yuri sedang sakit. Gadis itu sakit gara-gara bertemu dengan Mamanya Dewa tadi malam. Sebenarnya bukan itu saja. Efek hujan-hujanan tadi malam lebih masuk akal ketimbang opsi pertama.
Lalu Darka harus apa? Ikut bolos demi merawat gadis itu? Yang benar saja! Mamanya pasti curiga dan menanyakan alasan kenapa ia tak sekolah. Lagipula kemarin telinga Darka sudah panas mendengar omelan sang Mama yang tidak mengizinkannya keluar gara-gara hujan. Darka nekat keluar dengan alasan membeli peralatan sekolah, jika hari ini ia tak masuk dengan alasan tak enak badan, maka sang Mama pasti akan menelpon gurunya dan kembali marah-marah.
Akhirnya, tanpa mengatakan apapun pada Yuri, Darka mengunci pintu kamarnya dan berangkat ke sekolah.
***
"Rani?" Itu suara Bu Beta.
"List masa depan Maharani. Lulus PTN, kuliah di jurusan administrasi negara, jalan-jalan ke Bali, Selfie di depan gedung Hybe-"
"Sok-sokan selfie di gedung Hybe, ke monas aja lo belum pernah!" celetuk Ridwan sontak membuat tawa murid sekelas pecah. "Gak berbobot banget list masa depan lo semua."
"Heh! Daripada lo! Tamat sekolah langsung kawinin anak orang! Udah sukses lo?!" Rani tentu tak tinggal diam.
"Kok tau." Balas Ridwan tanpa dosa.
Meski sedang di posisi merebahkan kepala di atas meja, Darka tak sepenuhnya tidur. Sejak tadi dia mendengar dengan jelas list yang dibacakan oleh masing-masing temannya yang ditunjuk Ibu Beta secara random.
"Sekecil apapun keinginan kalian, jangan sungkan untuk tulis di kertas itu. Gak ada yang tau apa yang kalian lewati di masa yang akan datang. Anggap list di kertas itu sebagai penyemangat untuk kalian meraih life goals versi kalian." Ujar Ibu Beta.
Darka tak punya masa depan. Ia hidup, tapi berasa mati. Life goals nya sudah pupus sejak ia kecil. Hidupnya berwarna hitam. Bahkan ketika ia berusaha untuk memberi warna pun, rasanya masih tetap sama. Gelap.
"Selanjutnya Darka Hara!" Darka sudah yakin bahwa Ibu Beta pasti akan menujuknya.
"Ka! Bangun woi!" Ridwan di sebelahnya mengguncang lengannya hingga membuat Darka terpaksa bangun. Ia menatap Ridwan dengan tatapan tak suka, meski Ridwan tak peduli sama sekali.
"Ayo sebutkan list masa depanmu."
Semua tatapan kini mengarah padanya. Mereka tentu kepo denga nisi list masa depan seorang Darka Hara, yang hari-harinya hanya diisi dengan tidur di kelas hingga bel pulang berbunyi.
"Gak ada, Bu." Jawab Darka santai.
"Serius? Kalau gitu mendingan list gue dong. Kawin." Ujar Ridwan mengundang gelak tawa murid sekelas. Selera humor mereka benar-benar rendah.
Bu Beta hanya bisa geleng-geleng kepala. "Tulis sekarang list masa depanmu, minggu depan Ibu tagih lagi. Saya tidak terima alasan apapun! Kamu dengar itu Darka?"
***
Darka menghisap rokoknya dalam-dalam hingga akhirnya mengembuskannya secara perlahan. Asap mengepul lainnya berasal dari orang di hadapannya, Ridwan. Saat ini mereka sedang berada di dalam toilet untuk merokok secara diam-diam.
"Besok giliran gue yang bawa rokok untuk kita." Ujar Ridwan lantas diangguki oleh Hadi. Total mereka tiga orang. Rokok yang mereka isap saat ini adalah milik Darka. Sebenarnya Darka cukup sering membawa rokok serta mancis ke sekolah, hanya saja ia jarang merokok, jika bukan terlalu stress.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing of the Sun (Completed)
Novela JuvenilYuri, si gadis penggemar berat bunga matahari. Segala hal yang berkaitan dengan bunga kuning itu telah menjadi favoritnya sejak lama. Dewa Anugrah adalah teman seangkatan yang berbeda jurusan kelas dengannya. Yuri menyukai lelaki itu dalam diam. Ka...