Tiga puluh dua

1.8K 423 51
                                    

"Kita adalah remaja yang dipikul beban. Dipaksa kuat oleh keadaan. Dibuat runtuh oleh permasalahan. Serta ditambah remuk oleh percintaan."

***

Sembari menutup sebagian wajahnya dengan masker berwarna hitam, Yuri kini pamitan dengan sang Mama. Sebelah tangannya memegang sebuah amplop pemberian Bu Nindi. Tak ada waktu yang tepat untuk memberitahukan berita buruk ini pada Mamanya. Jadi Yuri memutuskan untuk tetap memberikannya pagi ini.

Setelah selesai pamitan, Yuri mengulurkan surat yang sejak tadi ia pegang.

"Surat apa ini?"

Tanpa menjawab pertanyaan dari Mamanya, Yuri segera beranjak dari tepat itu. "Yuri berangkat dulu, Ma."

Beruntungnya ojek pesanannya sudah menunggu di luar.

"Yuri, tunggu!" Sang Mama bahkan berlari keluar untuk mengejarnya.

"Jalan, Pak." Ujar Yuri hingga akhirnya mereka melesat pergi dari rumah itu.

"YURI!" Teriakan sang Mama tak mampu menghentikannya.

Katakanlah bahwa Yuri anak kurang ajar. Intinya Yuri sudah menyampaikan Amanah sang guru. Sekarang terserah pada Mamanya mau hadir atau tidak.

Mungkin setelah ini, Yuri tak akan dianggap menjadi siapa-siapa lagi...

***

Di tengah proses belajar-mengajar berlangsung, Yuri kembali dipanggil ke ruang BK. Jangan tanya bagaimana kondisi perasaannya saat ini. Jika dia diberi kesempatan untuk bercerita, Yuri tak akan menyia-nyiakannya sedetik pun. Detik ini, Yuri merasa nyaris mati akibat memendam semua sakit di hatinya.

Begitu masuk ke ruang BK, dapat dilihatnya sang Mama sudah duduk di hadapan Bu Nindi. Yura yang saat itu duduk di sebelah Ayuni, kini bangkit dan memberi kesempatan Yuri untuk duduk. Entah bisikan baik darimana, Yuri malah memangku adik tirinya.

"Ini laporan absensi Abyuri selama semester genap." Bu Nindi memberikan sebuah data absensi murid dua belas IPS pada Ayuni. "Dua tahun belakang, saya mendapat laporan bahwa Abyuri adalah salah satu murid berprestasi di kelasnya. Tapi di kelas tiga ini, semuanya menurun pesat."

Ayuni hanya bungkam ketika melihat absensi Yuri yang kotor di selembar kertas yang ia pegang.

"Saya tidak tahu apa alasan Abyuri atas kenakalan yang dia lakukan. Apa dia merasa tidak nyaman, atau dia tertekan. Mungkin karena sudah kelas tiga, jadi kamu sedikit terkejut saat mempelajari materi-materinya? Tapi saya rasa bukan itu penyebabnya."

Memang bukan itu penyebabnya! Yuri hanya mampu membatin.

"Dikarenakan sering absen, Abyuri jadi kehilangan kesempatan untuk memperbaiki nilai. Ulangan, Latihan, pr, semuanya menumpuk dan kemungkinan tidak akan terkejar sampai Ujian Nasional nanti."

Semua pertanyaan yang dilayangkan Bu Nindi, tak ada satupun yang Yuri jawab. Yang ia lakukan hanyalah membunyikan sebagian wajahnya pada tubuh Yura. Ayuni di sampingnya tak bereaksi apapun.

"Mungkin pihak sekolah sudah terlambat untuk memanggil Ibu datang ke sini. Tapi kami sudah kehabisan cara. Kemarin kami berniat memanggil Abyuri, tapi dia tidak hadir selama berhari-hari. Dan ketika dia hadir, dia datang membawa masalah baru."

Yuri takut jika gurunya benar-benar membongkar semuanya.

"Sebelumnya saya ingin bertanya tentang keseharian Abyuri saat di rumah. Apa dia sering melawan kepada Ibu?"

Ayuni menggeleng.

"Apa Abyuri sering keluar malam?"

Ayuni menatap putrinya sekilas, sebelum akhirnya menggeleng.

Chasing of the Sun (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang