Sembilan belas

1.5K 387 33
                                    

"Bertahan denganmu itu sakit. Namun aku tak bisa berkelit. Sebab melepasmu bagiku sangat sulit."

***


Yuri tiba di rumah dengan selamat, meski sedikit lemas. Ini kali pertama Yuri menghabiskan waktu lama di perjalanan untuk sampai ke rumahnya. Maklum saja, Yuri tak lagi tinggal di indekos yang jaraknya dekat dari sekolah. Lagipula sekarang Yuri pulang-pergi mengandalkan jasa ojek online dan angkutan umum.

Halaman rumahnya tampak kosong. Baguslah. Itu artinya Papa tirinya tidak datang hari ini. Yuri bisa bebas keluar-masuk kamarnya tanpa melihat wajah pria itu.

“Kaka Uyiii...” Tepat ketika Yuri memasuki rumahnya, Yura berlari lantas memeluk kakinya.

Yuri menatap gadis itu tak suka. “Namaku Yuri! Bukan Uyi!”

“Kaka Uyi,” panggil gadis kecil itu lagi.

Yuri mendengkus pasrah. “Terserah!”

Tanpa memedulikan adik tirinya, Yuri melangkah masuk begitu saja. Tubuhnya benar-benar terasa gerah. Namun saat hendak membuka kenop pintu, Ayuni datang, lantas bersuara, “Yuri, bisa tolong bantu Mama?”

Yuri menoleh ogah-ogahan. “Apa, Ma?”

“Susu Yura habis. Mama mau minta tolong belikan di toko depan. Kamu tau kan?” pinta wanita itu.

Yuri memasang wajah tak percaya. Lokasi toko yang dimaksud Mamanya memang tidak bisa dibilang dekat. Untuk bisa pergi ke sana, tentu saja Yuri harus berjalan kaki. Dengan kondisi perutnya yang sedang nyeri datang bulan, hal sepele ini jelas saja membuat mood nya hancur.

Yuri sebenarnya ingin membantah. Bahkan kalau bisa, dia akan menyuruh Yura untuk membelinya sendiri. Namun Yuri tak ada pilihan lain. Dengan setengah tak ikhlas, Yuri lantas menjawab, “Iya, Ma.”

***

Setelah mengganti pakaian, serta bersih-bersih, Yuri segera berangkat guna membeli susu untuk Yura. Setelah pulang nanti, Yuri ingin menghabiskan waktunya untuk tidur dan bangun di pukul satu malam guna melanjutkan pelajaran yang tertinggal saat tiga hari yang lalu.

Dulu, saat masih terfokus pada prestasi sekolahnya, Yuri kerap tidur lebih awal, dan bangun di malam hari guna belajar. Dia terbiasa melakukannya, bahkan saat tinggal di Indekos bersama Adelia. Gadis itu terkadang juga ikut belajar bersamanya di malam hari. Padahal di jam sebelumnya, Adelia belum tidur sama sekali. Berkali-kali Yuri menyuruh gadis itu untuk tidur saja, namun Adelia kukuh dan mengatakan bahwa ia akan tidur, jika Yuri juga tidur. Sekarang, Yuri rindu dengan momment-momment itu. Adelia sangat baik dan hangat baginya, dulu.

Setelah berjalan cukup lama, Yuri akhirnya tiba. Ia lantas bergegas membeli sekotak susu bervarisa madu milik Yura. Saat hendak beranjak menuju kasir, tak sengaja manik matanya menatap sebatang coklat. Yuri tersenyum sekilas. Kata orang, coklat bisa mengembalikan mood booster perempuan. Yuri akan mencobanya.

Tepat saat Yuri hendak meraih coklat batang itu, seseorang lebih dulu mengambilnya. Yuri sontak menoleh. Dan ternyata, orang itu adalah Dewa Anugrah.

Keduanya kini bersitatap. Namun Yuri memutus kontak matanya lebih dulu. Keinginannya untuk membeli coklat batang, kini sudah menguap. Detik selanjutnya, Yuri beranjak pergi menuju kasir dan membayar tagihan susu madu milik Yura.

Setelah menyelesaikan urusannya di sana, Yuri bergegas pergi. Dia sudah lama tak melihat wajah Dewa. Terakhir saat ia melihatnya, lelaki itu keluar dari Indekos mereka. Entah siapa yang sedang dikunjungi saat itu. Setelahnya, mereka tak lagi bertemu, juga berkomunikasi. Hubungan mereka terasa semakin hambar, entah karena apa.

Chasing of the Sun (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang