Dua belas

1.6K 437 23
                                    

"Untuk sekarang, aku mencoba ikhlas. Tapi besok, bahagiamu mungkin saja kurampas."

***


Dewa membawa Yuri ke kafe dekat sekolah. Sudah dipastikan jika pengunjungnya pasti didominasi oleh murid SMA Garuda sendiri. Baru saja masuk, perhatian orang-orang sudah tertuju pada mereka. Pengunjungnya didomonasi oleh perempuan. Dan perempuan yang saat ini sedang duduk sendirian di pojok ruangan lantas melambaikan tangannya pada Dewa dan dibalas senyum sekilas oleh lelaki itu.

Terdapat akses wi-fi gratis, membuat pengunjung di kafe ini betah dan menggunkannya untuk mencari tugas atau sekedar bermain gadget.

Dewa pergi memesan makanan, sementara Yuri menunggu di meja mereka. Dewa benar-benar menjadi pusat perhatian di sini. Bahkan saat memesan makanan saja, salah satu perempuan yang Yuri ketahui sebagai adik kelas malah ikut menyusul Dewa, dan mengajak lelaki itu mengobrol.

Cemburu? Ah, itu sudah biasa bagi Yuri.

Cukup lama, hingga akhirnya Dewa kembali sembari membawa makanan mereka. Mungkin ada baiknya mereka makan di mobil saja tadinya. Yuri risih saat pacarnya menjadi pusat perhatian orang-orang saat ini. Lebih tepatnya, Yuri merasa insecure sebagai pacarnya Dewa.

“Gimana?” tanya Dewa tiba-tiba. Yuri tak mengerti ke arah mana pertanyaan lelaki itu. Entah dia bertanya mengenai rasa makanan, atau bertanya mengenai perasaan Yuri terhadap sekitar saat ini.

“Not bad,” jawab Yuri.

“Kalau Yuri gak nyaman, kita pindah ke mobil aja gapapa.” Ini yang membuat Yuri kerap luluh pada Dewa. Lelaki itu peka dengan situasi.

“Nanti malem sibuk?” Tanya Yuri.

Dewa mengangguk. “Lumayan. Ketua kelas ngirimin tugas, katanya dikasih mendadak sama Pak Rama, dikumpulin besok.”

“Mau aku bantuin gak?” tawar Yuri dengan semangat.

"Memangnya Yuri ngerti? Ini tugas Kimia loh," ujar Dewa. Yuri memudarkan senyumnya. Dia hampir lupa, jika mereka sejak awal memang beda. Yuri anak IPS, sedangkan Dewa anak IPA. "Udah, jangan dipikirin. Dewa yang anak IPA aja gak paham, apalagi Yuri."

Perempuan yang tadinya melambaikan tangan pada Dewa, kini mendatangi meja mereka.

“Sorry ganggu ya.” Gadis itu melirik Yuri sekilas, lantas beralih duduk di samping Dewa. Ngomong-ngomong meja mereka memang terdapat empat kursi. “Wa, lo udah baca chat yang gue share di grup belum?”

“Udah, barusan.”

Yuri merasa tak suka dengan gadis yang bernama Dewi itu. Yuri membuang muka ke arah lain. Dia tak suka melihat Dewa dekat dengan gadis lain di depan matanya!

“Gimana? Lo mau angsur ngerjain sekarang? Gue join dong. Kalau lo mau, gue bisa ngajak anak kelas buat ke sini ngerjain bareng-bareng. Gue gak kuat kalau ngerjain sendiri doang.”

Dewa tak sengaja bersitatap dengan Yuri. Dapat Dewa nilai bahwa perubahan wajah Yuri keliatan tak bersahabat. Dewa berdehem pelan, "Yuri, kenalin ini Dewi. Dia ketua kelas IPA."

Yuri kembali menatap Dewa. Ia melirik Dewi sekilas lantas tersenyum tipis dan terkesan dipaksa.

Dewi tersenyum ramah pada Yuri. Ia lantas mengulurkan sebelah tangannya gua berjabat tangan dengan Yuri. "Dewi."

Yuri mengangguk sekali. "Yuri."

"Lo pacarnya Dewa?" tanya gadis itu basa-basi. Yuri mengangguk. Sebenarnya dia malas untuk melanjutkan obrolan dengan gadis itu. Yang Yuri inginkan saat ini adalah Dewi pergi dari hadapan mereka. 

Chasing of the Sun (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang