Dua puluh dua

1.6K 410 74
                                    

"Egois jika aku menyuruhmu untuk bertahan, sementara hatimu menginginkan kita udahan."

***

Jam digital di ponselnya menunjukkan pukul delapan tepat. Yuri telah menunggu Dewa sekitar satu setengah jam yang lalu. Ia memeluk tubuhnya sendiri, meredam hawa dingin yang semakin menusuk. Suasana tempat makan di pinggir jalan kini mulai ramai dikunjungi pembeli. Yuri bangkit lantas membayar tagihan makannya beserta milik Dewa.

Rasa lapar di dirinya mendadak hilang digantikan oleh rasa khawatir. Makanan milik Dewa nyaris tak tersentuh. Lelaki itu pergi meninggalkan Yuri dan makanannya demi orang yang Yuri tak ketahui.

Yuri melangkah, entah kemana. Berkali-kali ia menghubungi Dewa, namun lelaki itu tak kunjung mengangkat panggilannya.

Siapa yang ditemui oleh Dewa? Apa orang itu terlalu penting baginya? Atau apakah terjadi sesuatu padanya?

Yuri menghentikan langkahnya, dan beralih untuk mengirimkan pesan pada lelaki itu.

Anda
Kamu dimana?
Sibuk banget ya?
Udah jam 8
Aku pulang duluan ya

Yuri mendengkus pasrah. Sepertinya dia harus memesan ojek online sekarang. Bau asap rokok di sekitarnya, membuat Yuri menoleh ke kanan-kiri. Ternyata tak jauh darinya, terdapat seorang lelaki yang sedang menghisap sepuntung rokok. Yuri bersyukur di dalam hati, untung saja Dewa bukan tipe lelaki pecandu tembakau.

Satu hal yang baru Yuri sadari, ternyata ia sedang berada di depan club malam? Mungkin. Tempat ini tampak tak asing baginya. Ah iya, dulu Dewa juga pernah membawanya ke sini, dan dia juga sempat bertemu dengan-

Tunggu dulu!

Yuri kembali memerhatikan seorang lelaki yang sedang menghisap sepuntung rokok di belakangnya. Jika diteliti secara lamat-lamat, Yuri tampak tak asing dengannya. Penasaran, Yuri mendekat, dan benar saja.

"Darka?"

Lelaki yang sedang menghisap sepuntung rokok tadi ternyata memang Darka. Dia mengenakan kupluk hitam, serta pakaian lengan pendek. Kulit putihnya benar-benar terekspos jelas.

"Ngapain lo di sini?" tanya Yuri, sebab sejak awal ia juga penasaran dengan apa yang dilakukan Darka di tempat ini.

"Lo juga," balas lelaki itu terkesan tak acuh.

"Masuk yuk," ucap seseorang di belakang Yuri. Ia sontak berbalik badan dan kaget saat mendapati Wildan, teman sekelasnya. "Aci?" Lelaki itu juga kaget, sama sepertinya. "Ngapain lo di sini? Mau ikutan masuk juga?"

Yuri menggeleng. Ia bingung hendak menjelaskan mengapa ia bisa sampai di tempat ini.

"Ayolah have fun bareng, mumpung ada Adel di dalem."

Mendengar nama Adelia disebut-sebut, Yuri jelas kaget. Adelia yang ia kenal bukanlah tipe orang yang suka ke club malam. Ah, iya. Adelia nya yang dulu kini jelas sudah berubah.

Melihat tak ada respon apapun dari Yuri, Wildan melangkah mendekati Darka. "Bagi rokok, bro. Ntar gantinya gue traktir minum."

Darka mengeluarkan sebungkus rokok, lantas menyodorkannya pada Wildan. Setelah mengambil lima batang, Wildan kembali bersuara, "Gue masuk dulu. Tenggorokan gue kering. Ntar nyusul aja. Gue ada di tempat biasa."

Setelah itu, Wildan berlalu meninggalkan Yuri dan Darka berdua. Sebenarnya tidak berdua, sebab mereka kini sedang ada di parkiran, dan terdapat beberapa orang yang baru tiba juga di sini.

Chasing of the Sun (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang