"Diperlakukan istimewa olehmu membuatku tersipu. Yang bisa kulakukan hanyalah membisu. Dalam hati, aku ragu jika itu hanyalah palsu."
***
Yuri masuk ke kamarnya dengan mood hancur. Ini kali pertama setelah sekian lamanya dia akan bertemu dan tinggal seatap dengan suami baru Mamanya. Yuri tak suka dengan pria itu. Meskipun berduit, tapi Yuri merasa tak nyaman berada di dekat pria itu. Bara sama sekali tak menggambarkan sosok ayah di dirinya. Pria itu tak mampu menggantikan posisi ayahnya meskipun ayah Yuri sendiri bertingkah buruk.
Mood-nya untuk menata list masa depan langsung musnah. Yuri memilih merebahkan diri di ranjang sembari memainkan ponselnya.
Bagaimana cara mengembalikan mood-nya?
Apa Dewa adalah solusinya?
Tapi sepertinya percuma. Yuri sedang marah karena Dewa mengabaikannya saat jam istirahat tadi. Lelaki itu juga tak berusaha mengiriminya pesan atau sekedar bertemu dan mengantarnya pulang sekolah.
Ah, sial!
Yuri lupa jika Dewa hanya sebatas pacar yang menemuinya jika ia ingat bahwa Yuri adalah pacarnya. Selebihnya, lelaki itu tetaplah asing dan lebih mementingkan teman perempuan dan kesibukannya.
***
Paginya, ketika Yuri membuka pintu utama, hendak berangkat sekolah, ia kaget kala mendapati Dewa yang tiba-tiba sudah duduk di pelataran rumahnya.
"Hai," sapa lelaki itu yang sudah mengenakan seragam lengkap khas SMA Purnama.
Yuri sempat mematung selama beberapa saat. Ia merasa speechlees. Bersamaan dengan itu, ojek online yang Yuri pesan sudah tiba. Yuri bingung hendak berbuat apa. Seolah peka, Dewa beranjak mendekati ojek online, lantas mengatakan sesuatu. Tukang ojek itu manggut-manggut, lantas Dewa merogoh sakunya dan memberikan selembar uang kepada beliau. Ojek online itu mengucapkan terimakasih, dan segera pergi meninggalkan rumah Yuri.
Yuri tersenyum melihat tingkah Dewa. Lelaki itu selalu saja bisa membuat hatinya terbang. Bodohnya Yuri lupa jika semalam ia sempat galau dan merutuki Dewa di dalam hati.
Dewa kembali berjalan menuju pelataran rumah. Yuri tak henti mengulas senyumnya. Namun ia kaget kala seseorang yang tiba-tiba saja merangkul pundaknya.
"Siapa dia?" Suara bariton khas pria dewasa terdengar jelas di telinganya. Dia Pak Bara, Papa tiri Yuri. Yuri bahkan tak sadar jika pria itu sudah tiba ke rumah ini. Dewa tersenyum hangat pada pria di samping Yuri. Yang Yuri lakukan hanyalah diam. Senyumnya kini memudar, berganti dengan detak jantung yang berpacu tak karuan. Pria itu tak juga melepas rangkulan tangannya pada bahu Yuri.
"Saya Dewa, Om," ujar Dewa sembari mencium tangan Pak Bara dengan sopan. Saat itu pula, Pak Bara melepas rangkulan tangannya di bahu Yuri. Dan Yuri akhirnya bisa bernapas lega. "Saya ke sini mau jemput Yuri," lanjut Dewa.
"Oh, oke," ujar Pak Bara akhirnya. Pandangannya kini beralih pada Yuri. Sementara Yuri, membuang pandangannya secara asal. "Hati-hati di jalan," lanjutnya.
"Kita pamit, Om." Dewa kembali mencium tangan Pak Bara.
Yuri pun mau tak mau juga melakukan hal yang sama. Namun ketika ia mencium tangan Papa tirinya, pria itu malah melingkarkan tangannya di pinggang Yuri, berniat hendak memeluknya. Buru-buru Yuri mengelak, dan menarik tangan Dewa agar segera pergi dari sana.
Selama tinggal bersama Papa tirinya beberapa tahun lalu, Yuri sebisa mungkin menjaga kontak fisik dengan pria itu. Dan sekarang, Yuri benar-benar kaget kala pria itu sudah mulai berani memeluknya tadi. Astaga, Yuri benar-benar tak habis pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing of the Sun (Completed)
Novela JuvenilYuri, si gadis penggemar berat bunga matahari. Segala hal yang berkaitan dengan bunga kuning itu telah menjadi favoritnya sejak lama. Dewa Anugrah adalah teman seangkatan yang berbeda jurusan kelas dengannya. Yuri menyukai lelaki itu dalam diam. Ka...