"Perihal masa depan, kurasa semua makhluk berhak untuk bahagia. Namun perkara tujuan hidup, biar aku dan takdir yang mengurusnya. Kau tidak usah ikut campur!"
***
Anda
Ka, hari ini gue pulang malem gapapa kan?
Nanti bantuin gue masuk ke kamar ya
Merasa terganggu sebab ada yang bergetar di saku celananya, Darka lantas merogoh ponselnya. Masih dalam keadaan kepala di atas meja, Darka membaca pesan singkat yang Yuri kirimkan. Tak butuh waktu lama, Darka menutup ponselnya lantas meletakkan kembali benda itu pada sakunya.
Yuri mengembuskan napas pasrah. Darka tak memberi respon apapun. Mungkin ia harus mengatakannya secara langsung ketika bel berbunyi nanti.
***
Lima menit bel pulang berbunyi, barulah Darka bangun dan mulai mengemasi peralatan sekolahnya yang nyaris tak tersentuh hari ini.
"Ka..." panggil Yuri.
"Hmm." Darka hanya berdehem sembari tetap melanjutkan aktivitasnya.
"Gimana?"
"Apanya?" Darka melayangkan tatapan tak suka padanya.
"Yang di-chat."
Darka memalingkan wajahnya ke depan. "Hmm."
Yuri tersenyum bahagia. "Thanks ya, Ka. Gue janji gak akan pulang lama."
Bersamaan dengan itu, bel pulang sekolah berbunyi. Darka bangkit dan beranjak tanpa mengatakan apapun. Yuri ikut bangkit, tapi tidak untuk menyusul lelaki itu, melainkan untuk mendatangi kelas sang pacar.
Setibanya di depan kelas IPA, Yuri mendapati bahwa kelas itu sudah kosong. Tumben. Hatinya mendadak deg-degan. Bagaimana jika Dewa lupa dengan janjinya lagi?
Yuri mempercepat langkahnya menuju parkiran. Tapi akhirnya, ia bisa bernapas lega. Dapat dilihatnya bahwa Dewa sedang berdiri di samping mobilnya sembari berbicara dengan beberapa anak perempuan. Yuri mempercepat langkahnya, dan Dewa menyadari akan hal itu.
Dewa melihatnya, lantas menyudahi obrolannya dan menyusul Yuri untuk sama-sama masuk ke dalam mobil.
Kali ini Yuri tak akan marah jika melihat Dewa dekat dengan perempuan lainnya. Ia mencoba damai dengan semuanya. Lagipula tak ada bedanya dia dengan Dewa. Dewa mungkin kelihatan murahan di matanya sebab sering berinteraksi dengan banyak perempuan. Lantas apakabar dengan dirinya yang jelas sudah pernah disentuh oleh laki-laki? Jika Dewa tahu, lelaki itu pasti akan mundur secara teratur.
Yuri mengembuskan napas panjang. "Aku gugup."
Mendengar itu, Dewa malah tertawa. "Kenapa?"
Yuri kesal melihat Dewa yang menertawakannya. "Wajar dong. Ini kan kali pertama aku ketemu sama Mama kamu."
Sembari menyudahi tawanya, Dewa geleng-geleng kepala. "Santai aja. Mama gak semenakutkan itu kok."
"Tapi tetep aja aku gugup, Dewa."
"Tenang aja. Kan ada Dewa." Mendengar itu, Yuri tak bisa berkutik lagi. Setidaknya ada Dewa. Ya, semoga saja hari ini berjalan lancar, dan Dewa benar-benar selalu ada di sampingnya nanti.
***
Apa yang harus Yuri katakan untuk menyapa Mamanya Dewa nanti?
"Sore, Tante. Kenalkan, saya Yuri, teman sekolahnya Dewa."
![](https://img.wattpad.com/cover/252506927-288-k485234.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing of the Sun (Completed)
Novela JuvenilYuri, si gadis penggemar berat bunga matahari. Segala hal yang berkaitan dengan bunga kuning itu telah menjadi favoritnya sejak lama. Dewa Anugrah adalah teman seangkatan yang berbeda jurusan kelas dengannya. Yuri menyukai lelaki itu dalam diam. Ka...