Dua puluh

1.5K 397 36
                                    

"Bagiku kamu adalah prioritas. Namun bagimu, aku hanyalah selintas."

***

Saat ini kelas dua belas IPS sedang melangsungkan pelajaran olahraga. Yuri berbaris di bagian depan. Biasanya , Adelia selalu berbaris di belakangnya. Namun sekarang tidak lagi. Adelia memilih baris di belakang bersama Rani. Yuri paham betul bahwa Adelia paling anti dengan pelajaran olahraga.

Materi olahraga kali ini adalah lari sprint. Setiap murid akan disuruh berlari mencapai garis finish, lantas kembali ke garis start dan kembali lagi ke garis finish, begitu seterusnya hingga 15 menit kemudian. Setiap kali menginjak garis finish, maka akan dihitung 1 poin, dan mereka harus mencetak poin berlari sebanyak-banyaknya.

Murid-murid di suruh duduk di tempat teduh sembari menunggu giliran, dan Yuri kini duduk bersebelahan dengan Adelia. Andai saja keadaannya masih sama, mungkin keduanya akan menunggu giliran dengan happy, bercerita apapun dan sibuk dengan dunianya sendiri. Tapi sekarang, Adelia sibuk dengan teman barunya dan Yuri sibuk dengan dirinya sendiri.

Tak sengaja, keduanya bersitatap. Adelia yang tadinya tersenyum sehabis bercerita dengan Rani di sebelahnya, kini memudarkan senyumnya.

Yuri berdehem pelan. “Apa kabar, Del?” ujarnya sangat pelan. Nadanya seolah tercekat. Ada rasa sesak baginya saat menanyakan pertanyaan asing itu.

“Baik. Lo sendiri gimana? Udah sembuh?” respon gadis itu. Yuri hanya membalas dengan seulas senyum, sebab detik selanjutnya Rani menepuk bahu Adelia dan mengajak gadis itu kembali bercerita.

Yuri mengembuskan napas pasrah. Kegiatannya hanya terpokus ke depan, memerhatikan teman-temannya yang sedang mendapat giliran lari sprint.

Seseorang tiba-tiba saja duduk di sebelahnya, Yuri menoleh dan ternyata orang itu adalah Bima.

Lelaki itu tersenyum sembari menaikkan sebelah alisnya, jenaka. “Eh Aci, udah lama gak keliatan ya. Gimana? Udah sembuh.”

Yuri mengangguk. “Udah kok.” Akhirnya ia punya teman cerita.

Bima kembali bersuara, “Ci, boleh geseran dikit gak? Gue mau ngobrol sama Adel.”

Yuri tersenyum sekilas. Harusnya ia tak berharap banyak tadinya. Tak lama, Yuri lantas mundur dan membiarkan Bima mengambil alih tempatnya di samping Adelia.

Tak sengaja, Yuri malah bersitatap dengan Darka yang saat ini juga sedang melihatnya. Merasa tak nyaman, Yuri memutuskan kontak mata lebih dulu.

***

Di jam istirahat kali ini, Yuri sengaja beranjak keluar kelas, sebab teman-teman kelasnya sedang sibuk berselfie. Mengabadikan moment menjelang kelulusan katanya. Yuri si anti sosial tentu saja merasa tak nyaman, dan keluar kelas adalah jalan ninjanya.

Kakinya melangkah ke satu tujuan. Lagipula Yuri tak punya tempat khusus selain di kelas untuk beristirahat dengan tenang. Setidaknya Yuri masih punya pacar, dan kelas Dewa adalah tujuannya saat ini.

Begitu tiba di pintu kelas Dewa yang Yuri lakukan pertama kali adalah mengintip sekilas apakah Dewa ada di dalam atau tidak. Beruntungnya Dewa masuk hari ini. Langkah selanjutnya, Yuri membuka ponsel dan mencari kontak Dewa di sana. Terdengar gelak tawa teman-teman Dewa, menandakan bahwa lelaki itu sedang sibuk dengan teman-temannya seperti Adelia.

Chasing of the Sun (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang