Mengenakan jaket tebal di atas dua lapis baju dan jeans robek-robek yang kontras dengan musim di luar, Taeyong duduk di kursi penumpang, tidak menggunakan sabuk pengaman.
Jaehyun memakai baju lengan panjang dan juga mantel, serta jeans ketat yang membalut kaki jenjangnya. Cukup nyaman bahwa di rumah persembunyian ini barang-barangnya jauh lebih lengkap dibanding pondok.
"Jadi," Penembak Gold menyalakan mesinnya dan melambaikan tangan ke arah Johnny yang berdiri di pintu depan sebelum keluar dari tempat parkir dan memasuki jalan raya, keluar dari pedesaan. Keluar dan masuk ke area ini bukan masalah karena kendaraan yang mereka curi dari Dragonaire sudah dibuang dan yang mereka gunakan sekarang adalah kendaraan Red Phoenix yang disediakan untuk keadaan genting. "Ke mana kita akan pergi?"
"Pantai." gumam Taeyong.
Jaehyun menghakiminya dengan mengerling lalu kembali memperhatikan jalanan. "Pantai...?"
"Apa kurang jelas?"
"Kau tidak tampak seperti jenis orang yang berenang di musim dingin."
"Kau tampak seperti orang sok pintar yang bertingkah seolah kau mengenal orang sepertiku." Si rambut merah melipat kakinya, menginjakkan sepatunya di kursi dengan tangan memeluk lutut. "Kau pikir aku gila, ya? Kenapa tiba-tiba kau mempertanyakan logikaku?"
Si rambut hitam menggeram, memukul pelan setir di hadapannya. "Oh, Tuhan, aku lebih suka kalau kau tidak bicara sama sekali."
"Benar."
Ia dapat merasakan tatapan membara dari sisinya dan itu mengganggu Jaehyun, membuatnya tidak fokus ke jalan. Di bawah tatapan si pelempar pisau, ia menggeliat sedikit di kursinya dan mengarahkan pandangannya ke depan, bertekad mengabaikan pria di sebelahnya. "Jadi... ada apa dengan pantai?"
"Diamlah, Jaehyun. Pertanyaanmu banyak sekali." Taeyong mengulik telinganya dengan kelingking, matanya tak berkedip seraya terus menatap pria yang sedang menyetir.
"Oke." Jaehyun menghela napas. "Maaf kalau aku tidak paham cara otakmu bekerja."
Setelahnya Taeyong berpaling dan melihat pemandangan. Tidak ada apa-apa selain gedung tinggi ketika mereka memasuki area kota. Perjalanan ke pantai terdekat memakan waktu kurang lebih satu jam mengingat adanya tumpukan salju di jalan.
Menit demi menit bergulir sebelum Jaehyun memutuskan untuk mencuri pandang ke sebelah kanannya. Ia bersyukur Taeyong sedang melamun melihat salju yang menempel di jendela dan bernapas di embunnya, menggambar bentuk-bentuk abstrak sehingga tidak menyadari tatapan Jaehyun. Pikirannya melayang ke saat-saat Lee Namgyu mengirimnya untuk menjaga putranya itu. Sekelebat memori muncul di kepalanya — warna karamel alami yang tergerai lembut hingga dadanya, rambutnya yang terkadang dikepang, sinar matahari yang jatuh di wajahnya dan membuatnya terlihat lebih tajam, dan bagaimana rambutnya menari ditiup angin ketika mereka pergi berbelanja membeli sendok plastik. Menyadari kalau ia masih memiliki obsesi yang aneh terhadap rambut karamel itu, Jaehyun berdeham dan menghapus pikiran itu.
Lee Taeyong tak lagi sama. Rambutnya merah terang, pendek dan dipangkas asal-asalan di bawahnya. Membuatnya terlihat lebih mengintimidasi. Jaehyun masih percaya kalau warna rambut itu cocok dengannya. Ia masih punya goresan di alisnya dan juga deretan anting di telinganya. Luka-luka baru menghiasi beberapa bagian wajahnya, yang akan membuat orang tak dikenal bertanya-tanya mengenai sejarahnya.
Tapi ia bukanlah misteri bagi Jaehyun, tidak seperti sebelumnya. Lee Taeyong tidak membuatnya tertarik seperti dulu lagi. Jika Jaehyun sempat berpikir kalau ia ingin memecahkan teka-teki ini, maka ia akan menarik kembali pikiran itu. Taeyong hanya menghambatnya untuk menggapai cita-cita. Terlibat dengan si rambut merah tidak ada dalam rencananya. Batu loncatannya untuk meraih kesempatan yang lebih besar sudah raib, karena pria di sebelahnya tidak bisa berfungsi selayaknya manusia normal.
Kalau ia tidak melarikan diri, ia akan semakin jatuh tanpa pernah mengukir prestasi dengan namanya.
Ia harus menyingkirkan Lee Taeyong secepat yang ia bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] What Lies Ahead: Downfall (JaeYong)
Mystery / ThrillerRed Phoenix sudah mati. Semua masalah ada di tangan anggota yang tersisa. Tiada pilihan lain, Jaehyun kembali ke Invictus untuk menggapai impiannya dan membuktikan pada yang lain bahwa ia mampu memimpin organisasi kelas dua - meski itu berarti ia ha...