"Aku berharap ini hal baik, Jaehyun. Aku tidak menyangka akan kedatangan orang sebanyak ini. Aku bahkan tidak bermimpi untuk melihatmu lagi dalam waktu dekat. Apa ini ada hubungannya dengan hilangnya Red Phoenix yang sangat mendadak? Aku menyuruh beberapa orangku ke Markas Besarmu, hanya untuk melihat lebih dari setengah gedungnya habis terbakar."
Kingpin dari Invictus, Jung Heejun berbicara dengan tenang namun kata-katanya menyambar kepala mereka dengan ancaman. Jaehyun sudah memberitahu anggota lainnya bahwa ayahnya sangat menentang kepulangannya setelah ia memohon untuk keluar dari organisasi. Ia masih belum punya nama yang bisa dibanggakan, tidak punya prestasi untuk dipamerkan, dan dia sudah kembali secepat ini.
Sebuah kegagalan sejati.
Jaehyun mendekati ayahnya, mengabaikan tatapan teman-temannya yang penuh kegelisahan. "Ayah, Red Phoenix berperang dengan Dragonaire. Salah satu dari anggotanya membunuh pewaris mereka. Kisahnya panjang, tapi kedua organisasi itu sudah mati. Benar-benar tak bersisa. Sekarang, semua klien, pelanggan besar dan kecil meminta barang. Markas Besar hancur; Garnet tidak mau bicara dengan kami untuk alasan yang belum diketahui. Kita tidak bisa mengizinkan hal itu terjadi. Mereka akan segera mencari kami."
"Lalu kenapa kau tidak jujur saja?" Pria tua itu menghardik, menakuti seluruh anggota yang ada. Tatapannya masih tajam meski sudah berusia lanjut dan rambutnya disisir ke belakang dengan rapi. Ia tidak mengenakan jas formal akibat kedatangan mereka yang sangat tiba-tiba, namun baju polo dan celana abu-abu yang disetrika licin masih membuatnya terlihat berkarisma.
Jaehyun menghela napas. "Meski kita jujur, masih banyak sekali uang yang ditanamkan di Red Phoenix. Bukankah Invictus masih bergantung pada Lee Namgyu? Apa kau tidak khawatir?"
"Kita sudah menemukan pemasok baru untuk barang elektronik, Jaehyun. Aku tidak mengerti kenapa kau sangat keras kepala ingin mempertahankan organisasi gaib."
Anggota squad lainnya murung, merasakan usaha mereka meyakinkan Kingpin Invictus untuk mengizinkan mereka bergabung sia-sia. Melihat tampang-tampang kecewa itu, Jaehyun menegakkan tubuhnya, menghadap ayahnya.
"Apa Ayah ingat yang Ayah pernah bilang padaku dulu? Bahwa aku tidak boleh menginjakkan kaki di sini sebelum aku berhasil membuktikan diriku layak. Batu loncatan bagiku untuk menggapai cita-cita itu sudah hilang — begitu saja. Aku punya penawaran."
Skeptis, sang Kingpin mengangguk. "Apa itu?"
"Proposalnya," Jaehyun menoleh pada Doyoung yang tampak bingung dengan rencananya. "Kita bisa menggunakan proposal ekspansi Red Phoenix untuk meningkatkan status Invictus. Dengan itu kita bisa memasuki pasar Eropa dan juga mengambil saham sebesar 34% milik Red Phoenix. Lalu kita bisa menjadi pemasok bagi klien-klien itu. Mereka tidak peduli barangnya datang dari Red Phoenix atau bukan, selama produsen utamanya adalah Garnet. Sekarang ini, Red Phoenix adalah satu-satunya kelompok Korea yang bekerja sama dengannya. Klien-klien ini tidak punya pemasok barang lain."
Anggota squad lainnya memasang ekspresi yang sama: kagum. Mereka belum berpikir sejauh itu. Mereka masih punya dokumen Red Phoenix di laptop. Red Phoenix sudah merencanakan ini bahkan sebelum kedatangan para anggota baru, jadi apabila mereka terkejut karena Jaehyun mengetahui proposal itu, maka itu hal yang wajar. Sepertinya sang penembak jitu telah mempelajari proposalnya dan menyimpan siasatnya hingga diperlukan. Seharusnya ini cukup untuk meyakinkan Jung Heejun menerima mereka bergabung.
Mereka menahan napas saat sang Kingpin memandang Jaehyun, meneliti wajah putranya.
"Apa kau yakin ini akan berjalan lancar?"
Sebuah harapan membuncah di dada Jaehyun. "Tidak. Tapi ini patut dicoba. Kita harus pergi ke Prancis sesegera mungkin. Ayah, aku tidak mau tetap menjadi kelas dua. Aku butuh bantuanmu."
Pria tua itu memberikan jawabannya dengan cepat. "Mari bicarakan ini besok. Sudah sangat larut. Katakan saja yang kau perlukan, kita akan pesan pesawat pribadi secepatnya." Ia akhirnya menyadari kehadiran anggota lain, memandang mereka dengan kritis. "Ada tempat tidur kosong. Ajak mereka ke sana."
Jaehyun ingin sekali berteriak riang. Ia tidak menyangka akan semudah ini. Sepertinya ayahnya juga ingin meningkatkan status lokal mereka.
"Jangan buat aku kecewa, Jaehyun."
"Tidak akan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] What Lies Ahead: Downfall (JaeYong)
Mystery / ThrillerRed Phoenix sudah mati. Semua masalah ada di tangan anggota yang tersisa. Tiada pilihan lain, Jaehyun kembali ke Invictus untuk menggapai impiannya dan membuktikan pada yang lain bahwa ia mampu memimpin organisasi kelas dua - meski itu berarti ia ha...