Part 20

983 149 0
                                    

Ia mendorong si rambut merah ke kasur dan Jaehyun berdiri di antara kakinya, jari menekan sepasang bibir tipis itu. "Kau melakukan tic itu lagi."

"Apa pengaruhnya ticku padamu?" Taeyong berbicara dengan jari Jaehyun di bibirnya dan ia memiliki ide konyol, lidahnya menjilati jari telunjuk itu, memutar-mutar. Mata birunya terlihat sangat jail. "Ooh, apa ini yang sebenarnya ingin kau lakukan saat kau menyeretku ke sini? Aku tahu kau menganggapku..." Taeyong mendorong badannya naik dan menggigit cuping telinga Jaehyun dengan giginya, "... sangat menarik."

"Benar," Jaehyun tidak menyangkal, malah mengakuinya. Melelahkan — menyangkal kenyataan yang sudah ada di sana sedari awal. Itulah alasan utama mengapa ia tidak meninggalkan kantin saat si pelempar pisau membanting kepala anggota Red Phoenix yang malang itu di meja. Adalah alasan mengapa ia tetap datang ke gym meski ia melihat Taeyong ada di sana. Adalah alasan mengapa ia tidak meninggalkan pondok walau ia bisa, alasan mengapa ia takluk pada rayuan Taeyong untuk pertama kalinya dan juga alasan mengapa sekarang ia ada di ranjang bersamanya lagi.

Ia ingin menganggap ini semua hanyalah seksual semata — tapi apa ia akan membuat dirinya lelah dengan kebohongan lain lagi?

Jaehyun mencegah pikirannya menyimpulkan sesuatu yang tidak perlu dengan mencium bibir yang lebih tua. Ciumannya dimulai dengan kasar, tanpa ampun lalu semakin pelan, mencicipi rasa satu sama lain dengan penuh nafsu. Tangannya meremas tepi celana Taeyong dan Jaehyun dengan terampil membuka kancingnya dan menurunkan ritsletingnya hingga celana itu lepas dari kaki panjangnya. Sepatu yang masih dipakainya mengganggu pelepasan celana, Jaehyun melempar sepatu itu ke sembarang arah.

"Hei, pelan-pelan saja, kau hampir merobek pakaianku. Aku ingin meninggalkan kamar ini dengan berpakaian utuh, Bedebah." Taeyong memperingatinya sebelum melakukan hal yang sama pada celana Jaehyun. Kemudian mereka separuh telanjang, celana dalam juga telah ditanggalkan dan milik mereka kini bergesekan, menghasilkan desahan dari keduanya.

Kepala Taeyong bergerak ke belakang, leher jenjangnya terpampang untuk ditinggalkan tanda oleh Jaehyun. Menghisap sebuah titik, lidah Jaehyun memutar di nadi Taeyong yang berdenyut di balik kulit sebelum menggigitnya, merasakan denyutnya semakin cepat hingga si rambut merah mendesis dibuatnya. Ketika ia menarik diri, ia melihat memar kemerahan yang mulai mekar di area tadi dan Jaehyun memutar pinggulnya lebih kencang, menekan Taeyong dengan berat tubuhnya.

"Tuhan," Taeyong mengerang, mengimbangi gerakan pinggul Jaehyun. Mata birunya turun ke bawah untuk melihat pemandangan panas itu, menggesek lebih keras. Jaehyun menggeram, dan yang lebih muda meludah pada tangannya lalu menggenggam milik mereka, mengocok dengan cepat.

Sensasi familier dari klimaks mulai terasa mendidih di perut mereka namun Taeyong ingin memperpanjangnya, ia mengejutkan Jaehyun ketika ia membalik dan mengubah posisi mereka. Dengan ia berada di atas, Taeyong membuka laci nakas dan tersenyum miring mendapati apa yang ia cari, menarik sebuah botol kecil yang Jaehyun bisa duga itu apa.

Sang penembak jitu menegang saat Taeyong membuka tutupnya dan menumpahkan isinya di jari-jarinya. "Tunggu," Tangan Jaehyun bergerak panik. "Aku belum siap!"

"Apa maksudmu?" Si rambut merah kembali mengejutkannya seraya tangannya menjangkau bagian di antara kakinya dan jari-jari dingin menekan di lubang ketatnya, perlahan merabanya.

"Sialan," Jaehyun merasa dirinya semakin mengeras ketika Taeyong memasukkan dua jari sekaligus, memperlebar lubangnya sendiri. Tidak ada tanda-tanda tidak nyaman di wajahnya, ia menatap Jaehyun dengan sepasang mata biru yang dikabuti gairah, kemudian jari-jarinya melaju, dengan sengaja bergerak keluar-masuk.

Takjub dan sangat bernafsu, Jaehyun memperbaiki posisinya dan duduk dengan punggung bersandar di kepala ranjang, Taeyong masih menusuk lubangnya dengan jemari. Melihat lelaki itu tampak sangat indah seperti ini, pikiran Jaehyun menjadi kusut dan meledak menjadi berjuta kepingan.

[2] What Lies Ahead: Downfall (JaeYong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang