Jadi dugaannya benar. Moon Taeil pasti melakukan sesuatu di belakang Red Phoenix. Sangat mustahil Dragonaire tidak menganggap pria sepintar dirinya sebagai anggota penting untuk diculik. "Oke," Taeyong menghisap rokoknya dalam-dalam, menghembuskan asapnya lewat sudut bibirnya. "Aku melihatnya di gala. Kau tahu — gala tahunan yang diadakan Garnet."
"Apa yang kau lakukan di sana?" Rasa takut kembali muncul di wajahnya, juga gejala panik yang gagal ia sembunyikan.
"Kau pasti ingin tahu, aku hanya sedang bosan. Aku ingin merasakan apa yang Lee Namgyu nikmati dulu sewaktu masih hidup." Ia tidak akan berkata jujur tentang alasan kehadirannya di gala. Taeyong ingin misteri lainnya terungkap di sini, di depan matanya.
Risa meremas kursinya untuk menenangkan dirinya. Taeyong nyaris ingin tertawa. Wanita itu sama sekali tidak bisa berakting. "Apa... apa kau bicara dengannya? Apa dia bilang sesuatu tentangku?" Gugup keluar dari bibirnya dan Taeyong menyimpan kecurigaan yang ia rasakan di otaknya.
"Kenapa dia bicara tentangmu?" Menjentikkan abunya, Taeyong melanjutkan ucapannya dengan nada merendahkan. "Kau pikir kau siapa, Uehara? Dan tidak. Kami tidak bertemu. Dia sudah lenyap sebelum aku sempat mendekatinya."
Rokoknya habis akibat cepatnya ia menghisap batang itu, jadi Taeyong menyalakan sebatang lagi. Ia tidak peduli jika mereka menjadi perokok pasif dan mati. "Jadi kenapa kalian di sini? Jangan salah paham, kalian bisa tidur bersama kalau kalian mau, aku tidak mengharapkan apa-apa dari kalian berdua, aku hanya terkejut dengan kebetulan ini."
Jaejoong menegakkan tubuhnya. "Ri—"
"Kita ingin pergi." Wanita Jepang itu menyela, suaranya sedikit meninggi. "Dragonaire itu menakutkan, kau tahu. Dan Paris... indah, begitu, 'kan, Jaejoong?"
Taeyong melihat sisi wajah wanita yang sedang menoleh ke arah sang dokter yang tetap diam dengan wajah tak terbaca.
"Well, apa pun alasanmu, aku penasaran tentang mantan asisten itu. Kenapa dia tiba-tiba bekerja untuk Garnet."
Fakta mengenai Invictus yang sudah kalah bahkan sebelum sempat bicara dengan Fort terlintas di benak Taeyong. Ia hampir lupa tentang itu. Ekspresi horor di wajah Jung Jaehyun kala itu membuktikan kalau ia juga sama tidak tahunya — bahwa ada orang lain yang sudah memiliki proposal itu lebih dulu dibanding mereka.
"Kau punya komputer?"
"Ya. Kenapa?"
"Ambillah. Aku punya sesuatu untuk kalian lihat."
Risa mengambil sebuah tas di atas meja makan dan mengeluarkan laptop, dengan cepat menghidupkannya.
Taeyong memiringkan kepalanya, batang rokok terselip di bibirnya. "Buka surel Red Phoenix. Unduh surat-surat yang sudah dihapus."
"Untuk apa? Itu memerlukan kode..."
Taeyong merengut dibuatnya. "Kau pikir aku tidak tahu itu? Dasar jalang. Lakukan saja."
Butuh satu hingga dua menit bagi Risa untuk memutar otaknya, mencari kode untuk dimasukkan. Sebuah laman muncul di layar dan Taeyong menyuruhnya untuk menunjukkan padanya. "Sekarang apa?" Risa terlihat bingung.
"Cari akun penerima surat yang sudah dinonaktifkan. Unduh isinya."
Ia tidak langsung menjalankan perintah itu, ia memandang Taeyong untuk beberapa detik. Ia jelas bisa melihat bahwa Risa ingin membuat alibi untuk sesuatu, tapi ia belum bisa menebaknya. Ia ingin wanita itu yang keceplosan dan berbicara terus terang.
Ketika Taeyong tidak menghindar dari tatapan itu, Risa kembali bekerja, mencari akun yang dimaksud. Ekspresi kaget yang terlihat palsu menari di matanya saat proposal itu terunduh, membuat Taeyong jengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] What Lies Ahead: Downfall (JaeYong)
Mystery / ThrillerRed Phoenix sudah mati. Semua masalah ada di tangan anggota yang tersisa. Tiada pilihan lain, Jaehyun kembali ke Invictus untuk menggapai impiannya dan membuktikan pada yang lain bahwa ia mampu memimpin organisasi kelas dua - meski itu berarti ia ha...