3 hari berlalu. Segala rangkaian perlombaan tahfidz pun sudah dilaksanakan. Dan malam ini adalah malam yang sangat ditunggu-tunggu oleh para santri, yaitu malam pengumuman juara 1, 2, dan 3 untuk setiap tingkatan juz.
"Cahaya, Kak Fitri!" sahut Aini ketika sedang asyik duduk di kamar sembari melipat bajunya bersama dengan Cahaya dan Fitri.
"Na'am, Aini!" jawab mereka.
"Nanti malam adalah pengumuman juara untuk lomba tahfidz. Apa kalian nggak deg-degan?" tanya Aini kepada Cahaya dan Fitri.
"Kalau dibilang deg-degan, sih, memang iya. Tapi dibawa santai aja," jelas Cahaya.
"Aini deg-degan banget. Huftt," ujarnya sembari menghela nafas.
"Ana yakin, pasti anti masuk 3 besar," kata Fitri.
"Anti juga, Cahaya." Fitri mengalihkan pandangannya ke cahaya dan tersenyum."Aamiin. Kakak juga!" ucap Aini dan Cahaya.
***
Malam yang dinanti-nantikan akhirnya datang juga. Ya, malam pengumuman juara untuk lomba tahfidz se-pondok pesantren.
Tok tok tok
"Ayo semuanya segera berkumpul ke mimbar!" ajak salah satu santriwati yang berdiri di depan pintu kamar Az-Zahra.
Aini, cahaya, Fitri, Rini, Suci pun mengiyakan perkataan santri itu, sembari berkaca melihat penampilannya.
Sekarang mereka telah sampai di mimbar perlombaan, tepatnya di aula Pondok Pesantren Darul Huffazh.
Aini, Cahaya, dan Fitri seperti biasa duduk berdekatan di bagian paling depan.
"Cahaya, coba pegang tangan Aini,", ujar Aini sembari memberikan tangannya kepada Cahaya.
Cahaya memegang tangan Aini. "Dingin banget, Aini."
"Aini deg-degan banget, Cay. Semoga Aini masuk 3 besar, Aamiin," ujarnya.
"Aamiin. Ana yakin, anti pasti masuk 3 besar." Cahaya tersenyum.
"Makasih, Cay. Semoga Cahaya masuk 3 besar juga, ya!"
"Aamiin."
Semua santri telah berkumpul di aula, termasuk ustadz dan ustadzah, serta umi dan abah.
Kak Ratih, selaku MC malam hari ini menaiki mimbar, dan memulai membuka acaranya.
"Sekarang, tibalah saatnya waktu yang kita tunggu, yaitu pengumuman juara untuk lomba tahfidz 1 juz, 5 juz, 10 juz, dan 30 juz," ucap Ratih.
"Baik, sekarang kita mulai dari tingkatan tahfidz 1 juz Ikhwan."
"Yang menduduki juara pertama yaitu Rofiqi. Juara ke 2, Muhammad Ainan, dan juara ke 3 Muhammad Zida. Wah, maasyaa Allah sekali, ya, juara 1 sampai 3 diraih oleh anak MTs semua."
"Baiklah, kita lanjut ke akhwat. Untuk yang akhwat, juara 1 diraih oleh Ratu Mustika, juara 2 diraih oleh Nur Aini, dan juara 3 diraih oleh Amelia Sari."
"Alhamdulillah ya Allah, Aini nggak nyangka bakal juara 2. Maasyaa Allah, Alhamdulillah," ujar Aini kepada Cahaya dan Fitri dengan raut wajah yang sangat bahagia.
"Maasyaa Allah. Selamat, ya, Aini. Ana kagum sama anti," kata Fitri.
"Selamat, Aini." Cahaya memeluk Aini.
Aini membalas pelukan cahaya sembari tersenyum.
"Baik, untuk yang disebutkan namanya, silakan menuju mimbar, untuk pembagian hadiah," ucap MC.
"Aini, ayo naik," ujar Fitri.
"Aini malu, Kak, nggak berani," jawab Aini.
Tiba-tiba, ada dua orang wanita yang menghampiri tempat duduk Aini.
"Aini, ayo kita ke mimbar," ajak Ratu.
Ternyata, 2 wanita yang menghampiri Aini adalah Ratu dan Amel. 2 santri yang juga mendapatkan juara.
"Itu Aini, naik sama mereka," ucap Cahaya.
Aini mengangguk, dan ia berjalan ke mimbar bersama Ratu dan Amel.
Badan Aini bergetar semua. Ia tak bisa menahan kegugupan ini.
"Amel, pegang tangan Aini!" bisik Aini kepada Amel yang berjalan disampingnya.
Amel tersenyum sembari mengambil tangan Aini. "Iya, Aini!" ucapnya.
Setelah selesai mengumumkan juara untuk bagian juz 1, Ratih melanjutkan pengumuman juara untuk tahfidz 5 juz, 10 juz, 20 juz, dan 30 juz.
Dan yang membahagiakan adalah, Fitri dan Cahaya juga mendapatkan juara. Fitri dinobatkan juara 1, dan Cahaya sebagai juara 2 ditingkat 5 juz akhwat.
Mereka pun berdiri berjejer di mimbar bersama dengan santri lain yang mendapatkan juara.
"Maasyaa Allah, inilah para santriwan dan santriwati yang luar biasa. Untuk yang belum mendapatkan juara, kalian juga hebat. Intinya, kalian semua harus rajin muroja'ah," pesan Ratih.
"Baik, kepada ustadz dan ustadzah, dipersilakan waktunya untuk memberikan hadiah kepada para santri."
Ustadz dan ustadzah pun naik ke mimbar, dan membagikan hadiah itu kepada para santri yang mendapat juara.
***
Tok tok tok
Fitri membuka pintu kamar Az-Zahra, dan mereka bertiga pun masuk ke dalam.
"Alhamdulillah, Aini dapat juara 2. Kak Fitri sama Cahaya juga dapat juara. Selamat, ya, buat kita." girang Aini.
Fitri dan Cahaya tersenyum. "Iya, Aini, Alhamdulillah."
Aini menatap bingkisan yang diberi oleh ustadzah tadi. "Isinya apa, ya?" tanya Aini sembari membuka bingkisan itu.
Aini membuka lebar bola matanya. "Maasyaa Allah, Al-Qur'an nya bagus banget, warna pink. Aini suka banget!"
"Kak Fitri, kita buka juga, ya?" ajak Cahaya.
"Na'am."
Cahaya dan Fitri pun ikut membuka hadiahnya.
"Maasyaa Allah, warna biru, warna kesukaan ana," ujar Fitri.
"Wah. Kamu warna apa, Cay?" tanya Aini penasaran.
"Ana warna pink, Aini." Cahaya tersenyum.
Aini kembali merobek-robek bingkisan itu. "Eh, ada uang 70 juga. Alhamdulillah." Aini mengeluarkan uang itu.
Cahaya kaget, dan penasaran. Ia juga merobek-robek bingkisannya. "Maasyaa Allah, Alhamdulillah!" ujar Cahaya bahagia ketika melihat uang yang ada dalam bungkisan.
"Kak Fitri dapat berapa?" tanya Aini.
"Bentar!" Fitri merobek lebih besar bingkisannya.
"Alhamdulillah, dapat 100 ribu," lanjutnya.
"Alhamdulillah!" ucap Aini dan Cahaya.
"Ya sudah, ayo kita tidur dulu. Kita lanjut bercerita besok," peringat Fitri.
"Na'am, Kak!" ucap Aini dan Cahaya sembari mengangguk.
Mereka pun menyimpan Al-Qur'an dan uang mereka ke dalam lemari. Setelah itu, mereka menarik selimut dan bantal yang ada di atas lemarinya, kemudian mereka tidur. Untung saja tadi setelah balik dari aula, mereka sudah berwudhu.
Mereka sengaja tidak mengunci pintu, karena merek tahu, Rini dan Suci akan balik nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aini Mengejar Impian✔️
DuchoweBlurb: Kisah seorang gadis remaja, pintar, baik, polos, lulusan terbaik pertama di MTs nya. Ketika ingin melanjutkan pendidikan menengah atasnya, ia sangat ingin melanjutkannya di pondok pesantren, dan memiliki impian menjadi hafidzoh Al-Qur'an. Den...