Chapter 17

60 9 5
                                    

Acara pembukaan pun berakhir. Sekarang, tinggal MC mengumumkan jadwal penampilan semua santri yang akan tampil besok malam.

"Untuk tingkat satu juz akhwat yang akan tampil besok adalah, Nur Aini, Nur Fadhilah, Ratu Mistika. Dan satu juz ikhwan yaitu, Rendi Ramadhan, Muhammad Zidan, dan Rofiqil. Untuk tingkatan lima juz akhwat yaitu, Anjani. Dan lima juz Ikhwan yaitu, Andri Gunawan, dan Dzakwan.
Dan lusa yang akan datang yang tampil satu Juz akhwat, Lena Putri, Ayu Anggraini. Untuk Ikhwan satu Juz, Muhammad Raihan, Ainan. Dan lima Juz akhwat yaitu Cahaya Delia, Fitri Dewi. Yang ikhwan, Abdillah. Untuk yang disebutkan namanya, siapkan kepercayaan diri kalian besok dan lusa. Kita tutup acara pembukaan pada malam hari ini dengan sama-sama membaca do'a Kafaratul Majelis."

"Subhanakallahumma wabihamdik, asyhadu'allailahaillaanta, astagfiruka wa atubu'ilaik," ucap MC dan semua orang yang berada di ruangan.

Semua santri pun bubar, termasuk Ustadz dan Ustadzah. Mereka kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

Aini, Cahaya, dan Fitri berjalan bersama di tengah santriwati lain yang juga sedang berjalan kembali menuju asrama.

"Tuhkan, Kak Fitri pasti ikut lima juz. Berarti, kakak sama Cahaya saingan, dong," seloroh Aini.

"Saingan itu tidak penting, Aini. Yang terpenting itu, kita sudah berani mencoba," jelas Fitri.

"Nah, betul tuh, Aini. Jadi, jangan mengikuti lomba itu karena hanya ingin mendapatkan juara saja. Kita ikut lomba tahfidz, untuk mendapatkan ridho dari Allah subhanahu wa ta'ala," sambung Cahaya.

"Kan Aini cuman bercanda." Cemberut Aini.

Cahaya dan Fitri tersenyum melihat Aini. "Aini, Aini," ucapnya.

Mereka telah sampai di kamar sekarang. Terlihat Rini dan Suci sedang melipat selimutnya.

"Kalian mau ke mana?" tanya Fitri.

"Kita mau tidur di kamar Khodijah," jawab Rini.

"Kalian tidur di sana terus. Kasihan penghuni kamar Khodijah, pasti kesempitan. Lagian kan  kamar kalian di sini. Untuk apa menginap di kamar santriwati lain," tegas Cahaya.

"Terserah kita dong. Minggir," ujar Rini sembari membawa selimut di pelukannya, dan menabrak pelan bahu Aini dan Cahaya.

"Astagfirullahal adzim," kata Aini, Cahaya, dan Fitri sembari menggelengkan kepalanya.

Aini, Cahaya, dan Fitri kemudian duduk di tikar tempat mereka tidur.

"Kalian mau langsung tidur atau mau menghafal dulu?" tanya Fitri.

"Ana sendiri sih mau langsung tidur, Kak. Soalnya udah ngantuk banget. Hafalnya besok aja pas bangun tahajjud" jawab Cahaya.

"Kalau anti, Aini?"

"Emm, Aini mau muroja'ah dulu sejenak, Kak. Agar malam penampilan besok Aini bisa menjawab dengan lancar," jawab Aini.

"Ya sudah. Semangat, ya. Besok bangun tahajjud kita tilawah bareng di masjid," jelas Fitri.

"Iya, Kak. Terimakasih, ya." Aini tersenyum.

"Aini, anti itu rajin sekali. Ana sebenarnya iri sama anti. Anti begitu rajin menghafal tanpa mengenal lelah. Jujur, ketika ana melihat anti sedang menghafal sendiri di masjid, kelas, dan asrama, hati ana berbicara, semangat, kamu harus seperti Aini. Tapi badan ana malas sekali untuk diajak seperti Aini," jelas Cahaya.

"Hiks, Cahaya. Semangat, dong," kata Fitri.

"Na'am, Kak." Jawab Cahaya tersenyum.

"Ya sudah, Aini, kita berdua tidur dulu, ya," pamit Fitri.

Aini membalas dengan senyuman kecil. "Iya, Kak. Yang nyenyak, ya."

Fitri dan Cahaya membalas dengan senyuman. Kemudian mereka berdoa, dan setelah itu langsung tidur.

Sekarang tinggal Aini sendiri yang masih belum tidur. Ia masih fokus muroja'ah hafalannya dengan serius.

30 menit sudah Aini muroja'ah. Ia melihat jam tangannya, sekarang sudah menunjukkan pukul 23:00. Waktunya untuk istirahat. Agar nanti ia bisa bangun sholat tahajjud, dan belajar tilawah bersama dengan Cahaya dan Fitri di masjid.

Ia kemudian menyimpan Al-Qur'an nya di lemari, serta mengambil bantal dan selimutnya yang di simpan di atas lemari. Kemudian ia mematikan lampu kamar, setelah itu membaca do'a, dan langsung tidur.

***

Fitri terbangun dari tidurnya. Ia melihat jam tangannya, sekarang sudah menunjukkan pukul 02:00. Ia kemudian menyalakan lampu kamar dan membangunkan Aini dan Cahaya.

Ia menggoyangkan bahu Aini dan Cahaya, sampai pada akhirnya Aini dan Cahaya pun terbangun. Mereka berusaha mengumpulkan nyawanya sembari menguap.

"Aini, Cahaya, ayo kita ambil wudhu. Setelah itu kita ke masjid untuk sholat tahajjud dan belajar tilawah bersama," ajak Fitri.

"Na'am, Kak," jawab Aini dan Cahaya.

Kemudian mereka mengambil mukenah dan Al-Qur'an nya yang berada di lemari, dan berjalan menuju masjid untuk melaksanakan ibadah sholat tahajjud.

Setelah melaksanakan sholat tahajjud bersama, mereka bertiga duduk melingkar untuk mulai ber-tilawah.

Di masjid masih sepi, hanya ada mereka bertiga saja. Santri lain mungkin belum pada bangun. Karena biasanya mereka bangun untuk melaksanakan sholat tahajjud itu jam 03:00.

"Ya sudah, kita mulai sekarang, ya. Dengarkan ana baik-baik," ujar Fitri.

Aini dan Cahaya mengangguk. "Siap, Kak," kata mereka.

Fitri pun mulai mulai membaca Ta'awudz dan Bismillah dengan lantunan bacaan yang begitu merdu. Setelah itu diikuti oleh Aini dan Cahaya.

Mereka membaca surah Al-'imron ayat 144.

"Kalian dengarkan baik-baik dan perhatikan dengan baik," pinta Fitri.

"Tahajjud ini kita belajar irama Bayyati dulu. Terus, nanti siang setelah sholat, lanjut irama berikutnya," jelas Fitri.

Aini dan Cahaya mengangguk serius.

Fitri mulai melantunkan ayatnya dengan merdu sekali. Begitupun Aini dan Cahaya. Mereka begitu khusuk sekali membacanya.

Setelah selesai belajar tilawah, Aini, Cahaya, dan Fitri menyempatkan waktu untuk muroja'ah hafalan, sembari menunggu santri lain datang ke masjid. Jam sudah menunjukkan pukul 02:50. tandanya, sebentar lagi santri lain akan bangun dan melaksanakan sholat tahajjud.

Sampai sini dulu, ya, part 17 nya. Semoga kalian semua suka, dan nggak bosan baca cerita Aini.

Syukron wa jazakallahu khoiro.

Wassallam.
@amalianur._

Aini Mengejar Impian✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang