Chapter 12

94 11 2
                                    

Alhamdulillah, akhirnya bisa up lagi. Doakan saya, ya. Semoga bisa terus berkarya, Aamiin.

***

Semua santriwati kelas sepuluh sedang sibuk mencatat pelajaran bahasa Arab.

Di sa'at sedang sibuk dengan masing-masing buku, datanglah Ustadzah Ayu yang memasuki ruangan kelas.

"Assalamu'alaykum," salam Ustadzah Ayu kepada para santri dan Ustadzah Astrid yang mengajar.

"Wa'alaykumussalam," jawab serentak santriwati kelas sepuluh.

Ustadzah Ayu pun kemudian menghampiri Ustadzah Astrid, dan berbincang sejenak.

Setelah itu, Ustadzah Ayu berdiri tepat di tengah para santriwati kelas sepuluh.

"Selamat pagi menjelang siang, anak-anak. Izinkan Ibu untuk memberitahu suatu hal mengenai perlombaan tahfidz yang akan diadakan di pondok pesantren. Di perlombaan nanti, ada tingkatan satu juz, lima juz, sepuluh juz, lima belas juz, dua puluh juz, dan tiga puluh juz. Untuk santri yang ingin mendaftarkan diri, silahkan daftar ke bendahara kelas, ya. Perlombaan akan dilaksanakan satu minggu lagi," jelasnya.

"Bendahara kelas di kelas sepuluh siapa?" tanya Ustadzah Ayu.

Para santri pun menjawab serentak. "Cahaya Adelia, Ustadzah."

Ustadzah Ayu menatap Cahaya. "Baiklah. Untuk Cahaya, nanti jangan lupa catat teman-temannya yang ingin mengikuti lomba tahfidz per kelas, ya," peringat ustadzah Ayu.

Cahaya pun menjawab dengan anggukan pelan. "Na'am, Ustadzah."

"Baiklah kalau begitu, Ustadzah pamit dulu, ya. Mau mengabarkan hal ini juga ke kelas sebelas dan dua belas. Ustadzah pamit, Assalamu'alaykum," Pamit Ustadzah Ayu kepada Ustadzah Astrid dan santriwati di dalam kelas. Kemudian beliau keluar dari dalam kelas.

"Waalaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

Setelah itu, Ustadzah Astrid mengambil alih, dan melanjutkan pelajaran bahasa Arab.

***

Kring kring kring

Bel istirahat pun berbunyi. Sebagian santri keluar kelas untuk menghirup udara segar, setelah beberapa jam merasa sangat hampa di dalam kelas.

Ada yang ke kantin, ada yang tetap duduk di kelas sembari membaca buku, dan ada juga yang duduk di taman.

Cahaya sedang duduk di dalam kelas  dengan beberapa santriwati lain.

"Kalian ada yang ingin ikut lomba tahfidz tidak?" tanya Cahaya sembari melirik ke arah dua santri yang sedang duduk membaca.

Para santri yang sedang membaca buku itu pun menghadap ke arah Cahaya. "Ana kan baru mondok satu bulan, jadi belum berani ikut," jawab salah satu santri yang sedang memegang buku fiqih dengan kacamata hitam bulat yang ia pakai.

"Iya, ana juga," sambung santri yang duduk di sampingnya.

"Tidak apa-apa. Jadikan ini pengalaman pertama kalian ikut lomba tahfidz. Jika bukan sekarang, mau coba kapan lagi," ungkap Cahaya.

"Tapi kan, hafalan kita belum lancar, belum sampai satu juz juga," jawab santri yang memegang buku fiqih.

"Tidak apa-apa. Perlombaannya kan satu minggu lagi. Jadi kan masih ada waktu buat kita muroja'ah."

Dua santri tadi saling berhadapan dan berbisik. "Anti ikut tidak?" tanya santri yang memegang buku.

"Insyaa Allah ana mau ikut. Anti ikut juga?" tanya baliknya.

"Na'am. Ayo kita ikut. Ini kita jadikan pelajaran dan pengalaman untuk ke depannya. Kalau pun kita tidak masuk 3 besar, tidak apa-apa," ujar santri yang di sebelahnya.

Kedua santri tadi menghadap ke arah Cahaya. "Na'am, kita berdua ingin ikut yang tingkat satu juz."

Cahaya tersenyum senang. "Alhamdulillah, baiklah. Nama kalian berdua ana isi di list satu juz, ya. Barakallahu. Semangat muroja'ah juz satunya," pesan Cahaya.

Kedua santriwati tadi mengangguk sembari tersenyum manis.

"Kalau begitu, ana keluar dulu, ya." Cahaya kemudian keluar kelas, dan mencari santri kelas sepuluh yang lain.

Ia kemudian menghampiri para santriwati yang sedang duduk di taman sembari bercerita.

"Assalamu'alaykum. Kalian ada yang mau ikut lomba tahfidz, tidak?" tanya Cahaya.

Para santri itu pun menghadapkan  pandangannya ke Cahaya. "Waalaykumussalam," jawabnya.

"Sebenarnya sih pengen. Tapi, bagaimana, ya, hafalan ana belum lancar. Juz pertama saja masih belum selesai," jawab santri yang duduk di tengah. Namanya, Anggun.

"Na'am, ana juga begitu," sambung santri yang duduk di samping kiri. Dia adalah.

"Ayo lah, jadikan ini pengalaman dan pelajaran buat kalian," pinta Cahaya.

"Afwan, ana ikutnya tahun depan saja. Afwan sekali. Soalnya ana mau melancarkan hafalan ana dulu," kata santri yang di tengah..

"Ana juga," sambung dua santri yang duduk di sampingnya.

"Baiklah, kalau begitu ana pergi dulu, ya, Assalamu'alaykum," pamit Cahaya.

"Waalaykumussalam," jawab tiga santri itu.

Cahaya kemudian berjalan di koridor sekolah, dengan buku dan pulpen yang ia pegang.

Seketika, ada seseorang yang memanggil nama Cahaya, dan membuat Cahaya kaget mendengarnya.

"Cahaya, Cahaya," teriak gadis itu.

Cahaya kemudian memberhentikan langkahnya, dan menghadap ke arah suara berasal. "Eh, Ratu."

"Afwan ana memanggil nama anti begitu keras," ujar Ratu.

"Na'am, tidak apa-apa. Untung tidak ada santriwan yang lewat," jelas Cahaya.

"Oh iya, ana mau daftar lomba tahfidz yang tingkat satu juz."

"Maasyaa Allah, barakallahu, Aamiin. Baiklah, nama anti saya isi di list juz satu, ya."

"Na'am, Cahaya," jawabnya.

Kring kring kring

Suara bel pun berbunyi. Tandanya, semua santri harus kembali ke kelas untuk melanjutkan kegiatan belajar mengajar.

"Ayo, Rat, kita balik ke kelas," ajak Cahaya.

"Ayo," jawabnya.

Cahaya dan Ratu pun berjalan kembali menuju kelasnya.

Part 12 nya sampai sini saja, ya.

Terimakasih untuk kalian semua pembaca setia cerita Aini Mengejar Impian.

Sekian, wassalam.

Salam literasi.

Instagram: @amalianur._

Aini Mengejar Impian✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang