Chapter 18

95 7 0
                                    

Satu-persatu santri datang ke masjid untuk melaksanakan sholat tahajjud.

Seperti biasa, Aini, Cahaya, dan Fitri duduk di shaf paling depan.

Kini masjid telah ramai. Para santri terlihat sangat sibuk dengan Al-Qur'an masing-masing. Mereka sibuk menghafal dan muroja'ah.

Setelah menghafal beberapa menit, akhirnya lantunan adzan pun berkumandang di masjid. Dan mereka pun berjalan di tempat penyimpanan Al-Qur'an, untuk menyimpan Al-Qur'an nya.

***

Setelah selesai melaksanakan kegiatan ba'da subhu, Aini, Cahaya, Fitri, dan santriwati lain berjalan bersama menuju kembali ke asrama.

"Semangat, ya, buat kalian yang mau tampil nanti malam," ucap Ayu, perempuan yang jalan di samping Aini.

"Terimakasih, ya, semangatnya," kata Aini, dan santriwati lain.

Mereka berjalan kembali ke asrama sembari berbincang-bincang.

***

Sekarang Aini, Cahaya, dan sebagian santriwati kelas sepuluh sedang asik duduk di teman.

"Aini, kasih ana tiga soal di juz lima, dong?" tanya Cahaya.

"Oh boleh, tentu saja," jawab Aini.

Aini mulai membuka Al-Qur'an nya dan memberikan Cahaya soal untuk ia lanjutkan.

Cahaya melanjutkan ayatnya begitu lancar dan fasih membuat Aini begitu kagum mendengarkan sambungan ayat yang dijawab oleh Cahaya.

"Maasyaa Allah, Cahaya, bacaan Cahaya begitu fasih sekali, kagum Aini dengarnya. Hafalan Cahaya juga udah lancar banget, nggak ada kesalahan sama sekali. Cahaya sudah menghafal lima juz diluar kepala. Lah, Aini, baru juz tiga puluh sama juz satu saja," kata Aini.

Cahaya memegang pundak Aini. "Aini, anti kan baru mondok. Baru mulai menghafal satu bulan lebih, dan anti sudah hafal satu juz diluar kepala sejak mondok di sini. Itu kemampuan yang luar bisa, Aini. Ana yakin, anti mampu menghafal tiga puluh juz selama mondok. Anti kan rajin," kata Cahaya sembari melepaskan pegangannya.

"Aamiin, ya, Rabb. Aini juga yakin, Cahaya bisa."

Cahaya membalas perkataan Aini dengan senyuman. Aini berharap, semoga saja apa yang dikatakan oleh Cahaya benar. Dan begitupun Cahaya.

***

Malam ini, semua santri terlihat sudah begitu rapih dengan pakaian ala santri. Santriwan nampak terlihat maasyaa Allah ganteng ketika memakai jubah dan sarung. Begitupun santriwati, nampak terlihat mempesona dengan gamis yang bagus.

"Baiklah, acara akan kita mulai dengan membaca basmallah, bismillahirrahmanirrahim," kata MC, kak Ratih.

"Kita mulai dengan penampilan santriwan tingkat satu juz, atas nama Rendi Ramadhan, akan membacakan surah Al-Baqarah, ayat 30, dan seterusnya. Kepada peserta, dipersilakan untuk naik ke atas mimbar."

Rendi pun mulai melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Setelah itu, dilanjutkan dengan pemberian soal oleh juri yang harus ia lanjutkan.

Beberapa santri dan santriwan telah tampil dengan lancar. Aini merasa sangat gugup sekali. Ini adalah pertama kalinya Aini ikut lomba tahfidz seperti ini.

"Aini, takut, Aini grogi. Mereka semua menjawab soal dengan lancar. Aini takut salah," kata Aini kepada Cahaya dan Fitri yang duduk di sampingnya.

"Tenang, Aini, jangan grogi. Anggap saja, hanya ada ana dan Cahaya di sini. Masalah saingan, nggak usah khawatir," jelas Fitri.

"Betul, Aini," sambung Cahaya.

Aini mengangguk. "Bismillah," katanya.

"Baiklah, kita ke peserta terakhir untuk tingkat satu juz. Atas nama Nur Aini. Akan membacakan surah Al-'imron ayat 144, dan seterusnya. Kepadanya, dipersilakan," kata Ratih, sebagai MC acara malam hari ini.

"Semangat, Aini." Cahaya, Fitri, dan santriwati lain yang duduk di dekat Aini, berusaha menyemangati Aini.

"Jangan lupa irama yang kita pelajari tadi," pesan Fitri.

Aini mengangguk, dan berjalan menuju mimbar.

Aini duduk dengan rasa gugup di atas mimbar. Bagaimana tidak, acara ini disaksikan oleh Abah, ustadzah dan ustadzah, seluruh santriwati, dan apalagi santriwan. Detak jantungnya sekarang tak teratur.

Ia mulai membaca lantunan tilawah pada surah Al-'imron ayat 144. Suaranya begitu merdu. Dan ia begitu bagus membawa irama pada lantunan ayat suci Al-Qur'an yang ia bawakan.

Tentu saja Cahaya dan Fitri kagum terhadap Aini. Bagaimana tidak. Ia baru berjalan Maqom itu tadi saat tahajjud, dan dia sudah lancar membawakannya.

"Maasyaa Allah, Aini begitu lancar melantunkannya," kata Cahaya kagum ketika memandang Aini.

"Betul sekali. Sudah pintar ilmu pengetahuan, rajin, gampang faham, hafalan cepat masuk. Idaman santriwan sekali," sambung Fitri.

Aini sekarang sudah selesai melantunkan Al-Qur'an surah Al-Baqarah tersebut. Saatnya ia menyambung soal yang akan diberi oleh Ustadz dan Ustadzah sebagai juri lomba.

Ustadz Andi, itulah yang akan memberikan Aini soal sekarang.

"Dengarkan baik-baik, dan fokus," pesan Ustadz Andi dengan menggunakan mic.

"Ya Allah, semoga Aini bisa menjawabnya dengan lancar, Aamiin," gumamnya.

Ustadz Andi mulai memberikan Aini soal, dan Aini mulai menjawab soalnya satu-persatu.

Alhamdulillah, Aini menyambung soal yang diberi oleh Ustadz Andi dengan lancar.

"Shadaqallahul adzim."

Aini kembali berjalan menuju tempat duduknya. Sungguh, seluruh badannya begitu dingin.

Cahaya, Fitri, dan santriwati lain yang duduk di dekat Aini, menyambut kembali Aini.

"Maasyaa Allah, Aini, anti menjawab soal dengan lancar sekali," kata Lena kepada Aini yang baru saja menduduki tempat duduknya.

"Alhamdulillah, Aini juga kaget sendiri. Senang banget, akhirnya Aini bisa menjawab tanpa ada kendala," jawab Aini.

"Selamat, ya." Lena kemudian membalikkan badannya, dan menghadap lagi ke depan.

Aini membalas dengan senyuman.

"Cahaya, Kak Fitri, coba pegang tangan Aini," ujar Aini sembari memberikan tangannya ke Cahaya dan Fitri.

"Tangan anti dingin sekali, Aini," kata Fitri.

"Iya, betul. Pasti grogi banget, ya," sambung Cahaya.

Aini kemudian melepaskan tangannya yang digenggam oleh Cahaya dan Fitri. "Banget, Aini grogi sekali. Tapi Alhamdulillah, walaupun grogi, Aini bisa menjawab. Lega deh rasanya kalau sudah selesai tampil."

"Ya begitulah, Aini. Selamat, ya. Semoga masuk final," ujar Cahaya.

"Aamiin," kata Aini dan Fitri.

Mereka kemudian kembali menghadap ke mimbar, dan menyaksikan penampilan peserta berikutnya.

Sekian dulu, ya, part 18 nya. Semoga kalian suka dan nggak bosan.

Terimakasih sudah membaca cerita Aini.

Wassallam.
@amalianur._

Aini Mengejar Impian✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang