Chapter 24

52 5 2
                                    

Angin yang begitu kencang, bulan dan bintang sedikit demi sedikit tak terlihat lagi, karena ditutupi oleh awan. Suara petir yang melanda dan gerimis hujan yang membasahi lingkungan, disertai kilat, membuat para santri ketakutan, dan merasa kedinginan.

"Tumben, ya, hujan lagi. Emm dingin banget!" ucap Rini sembari mengangkat selimutnya, dan memeluk Suci.

"Ingat, jangan lupa baca do'a," peringat Fitri dengan mata menatap satu persatu penghuni kamar Az-Zahra.

"Yuk, baca bersama," sambungnya.

Mereka kemudian mengangkat tangan mereka, dan langsung membaca do'a. "Allahumma Shoyyiban Naafi'an." Kemudian mereka mengusap wajah mereka.

"Rini, Suci!" lirih Aini menatap kedua sahabat itu yang sedang berpelukan di tengah dinginnya hujan.

"Hm?" Mereka berdua hanya berdehem.

"Aini minta maaf, ya, soal kemarin-kemarin," ujarnya.

Rini dan Suci saling menatap, dan memasang wajah tak enak hati. "Sans aja, Aini," jawab Rini dan dibalas anggukan sama Suci.

"Seharusnya kita yang minta maaf sama lo," sambung Suci.

Aini mengesot menuju tempat duduknya mereka berdua, kemudian memeluknya. "Terima kasih, ya!" ucapnya tersenyum.

Mereka membalas pelukan Aini. "Hahaha sip lah. Kita, kan, teman sekamar!" kata Rini, kemudian mereka melepas pelukannya.

"Aini kira, kalian orang jahat," seloroh Aini.

Mereka terkaget mendengarkan ucapan Aini. "Apa, Lo, bilang?" tanya Rini dan Suci bersamaan, dengan mata yang terbuka lebar  menatap Aini. Mereka berdua menatap Aini, seolah-olah ingin menerkam Aini.

Aini tersenyum lugu. "Maaf, Aini cuman bercanda saja, kok. Maaf, ya!"

Rini dan Suci memalingkan wajahnya. "Kirain beneran," ucap mereka.

"Ah, gitu, dong, Rini, Suci. Kalian tidak boleh nakal lagi. Dan, seharusnya itu yang minta maaf duluan itu kalian, bukan Aini," jelas Fitri sembari menggerakkan tangannya.

Cahaya mengangguk setuju. "Na'am, Kak. Betul!" ucap Cahaya dengan mengangkat jempolnya.

"Ya, ya, terserah!" jawab Rini dan Suci dengan wajah datar.

"Kak, hujan-hujan gini, enaknya kita goreng jagung. Tadi pas menyimpan nampan di dapur, ana ada lihat jagung di dapur," jelas Cahaya sembari menatap Fitri.

Fitri kaget dengan memasang wajah tersenyum. "Boleh juga. Nanti kita minta izin ke Kak Aisyah, Kak Ratih, sama Kak Rodiah," ucapnya.

Fitri mengalihkan pandangannya kearah Aini, Rini, dan Suci. "Kalian mau ikut, nggak?" tanyanya.

Mereka mengangguk. "Boleh juga," jawab Rini.

"Ya sudah, ayo kita ke kamar kakak pembina dulu," ajak Fitri. Mereka semua pun berdiri, lalu berjalan kearah kamar kakak pembina, untuk meminta izin kepada mereka.

***

Mereka kini telah sampai di depan kamar Aisyah, Ratih, dan Rodiah. Tak lupa, mereka mengucapkan salam, lalu membuka pintu kamar, terlihat di dalam kamar ada beberapa santri lain juga yang sedang asyik bercerita bersama 3 kakak pembina itu.

"Kak, jadi begini! Kita mau minta izin. Boleh, tidak, kita menggoreng jagung yang ada di dapur?" tanya Fitri dengan lembut.

Rodiah menatap Ratih dan Aisyah. "Mungkin jagung yang dimaksud mereka itu, jagung anti, Asiyah. Yang dibawakan oleh ummi anti kemarin,"kata Rodiah sembari menatap Aisyah.

Aini Mengejar Impian✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang