"Jika kita ikhlas berusaha untuk kebahagiaan kehidupan keluarga, Allah pasti akan memudahkan dan memberikan jalan"
***
"Ya sudah, Nak, siapkan segala kebutuhan yang akan kamu bawa ke Pondok besok," perintah Abi Aini. Karena, tepat pada hari esok, Aini akan mulai aktif di pondoknya.
"Iya, Bi, Aini rapikan dulu meja makan, sama cuci dulu piring. Jika sudah selesai, Aini akan menyiapkan kebutuhan Aini untuk dibawa ke Pondok besok." Gadis itu kemudian menyusun satu persatu persatu piring kotor yang ada di meja makan.
Melihat sang anak yang sedang merapihkan piring kotor, ummi pun berniat ingin membantunya. "Umi bantu, ya, Nak?!" tawar umi Aini, kemudian ikut merapihkan piring-piring kotor tersebut.
Aini dengan cepat menepis pelan tangan ummi-nya, dan mengambil piring kotor yang berada di tangan sang ibu. "Nggak usah, Mi. Umi istirahat saja, biar Aini yang melakukannya sendiri." Gadis itu tersenyum.
Ummi tersenyum kecil sembari menggelengkan kepala melihat kelakuan Aini. "Kalau begitu, Umi bantu untuk merapikan segala macam kebutuhan yang akan kakak bawa ke Pondok besok."
Humaira dengan cepat menjawab. "Humaira ikut ya, Mi?"
"Iya, Nak." Ummi kemudian mengelus pelan anak terakhirnya itu.
Mendengar sang ibu ingat membantu merapihkan pakaiannya, Aini sebenarnya merasa sedikit tidak enak hati. "Maaf, Mi, Aini merepotkan." Gadis itu tersenyum kikuk.
Ummi menggelengkan kepala. Merasa apa yang dikatain Aini tidak benar. Hanya membantu merapihkan pakian saja adalah bukan hal yang merepotkan. Lagi pula, mernurutnya hal itu adalah kewajiban dia sebagia orang tua. "Tidak sama sekali, Nak."
"Ya sudah, Aini cuci piring dulu ya, Abi, Umi." Gadis itu kemudian melangkan kakinya menuju ke tempat pencucian piring.
Setelah membereskan meja makan, dan mencuci piring, Aini berjalan menuju kamarnya untuk mempersiapkan segala kebutuhan yang akan dia bawa ke Pondok besok.
Toktoktok
Ceklek
Gadis itu membuka pintu kamarnya. Terlihat di sana sudah ada Abi, Umi, dan Humaira yang sudah selesai merapihkan pakian yang akan dibawa Aini besok.
"Assalamualaykum," salam Aini.
"Waalaykumussalam" jawab Abi, Umi, Humaira serempak, dengan mata yang menetap ke arah suara berasal.
Aini berjalan menuju kasurnya. Karena, Ayah, ibu, dan adiknya sedang duduk di atas kasur miliknya.
Mata Aini sejenak tertuju kepada koper hitam yang berada di bawah lantai kamarnya. Sepertinya, mereka telah selesai merapihkan semuanya. Kemudian, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya dan menatap ayah, ibu, dan sang adik. "Abi, Umi, dan Humaira sudah merapikan semuanya?"
"Iya, Nak, Sudah kita bereskan. Dibantu sama adik cantik kamu ini." Ummi mencubit gemas wajah Humaira.
Sebenarnya, Aini merasa tidak enak. Walaupun ia tahu, itu mungkin bukan hal yang berat bagi abi dan ummi-nya. Tetapi, gadis itu merasa telah menganggu waktu istirahat orang tuanya. "Maaf ya, Bi, Umi, Aini telat masuk kamar, Dan nggak sempat membantu Abi, Umi, dan Humaira untuk membereskan ini," ujarnya dengan wajah yang sayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aini Mengejar Impian✔️
SpiritualBlurb: Kisah seorang gadis remaja, pintar, baik, polos, lulusan terbaik pertama di MTs nya. Ketika ingin melanjutkan pendidikan menengah atasnya, ia sangat ingin melanjutkannya di pondok pesantren, dan memiliki impian menjadi hafidzoh Al-Qur'an. Den...