Chapter 20

62 7 3
                                    

***

Seperti biasa, Fitri bangun pertama di kamar. Ia beranjak dari tempat tidur, dan melihat jam tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 03:05.

Kemudian Fitri membangunkan Aini, Cahaya, Rini, dan Suci yang sedang nyenyak nya tidur.

"Bangun, bangun!" ucap Fitri sembari memukul pelan badan mereka satu persatu.

Tak butuh waktu lama, mereka semua pun terbangun dari tidurnya, dan berusaha mengumpulkan nyawanya.

"Jam berapa, Kak?" tanya Aini.

Fitri melihat jam tangannyanya. "Jam 03:07," jawabnya.

"Ya, sudah, ambil mukenah dan Al-Qur'an kalian, kita segera menuju masjid," perintah Fitri.

Mereka semua pun beranjak dari tempat tidurnya, dan mengambil mukenah serta Al-Qur'an mereka masing-masing.

Mereka keluar dari kamar, dan berjalan bersama dengan santriwati lain menuju tempat berwudhu.

Sesampainya di tempat wudhu, para santriwati menggantung mukenahnya, dan menyimpan Al-Qur'an di tempat yang sudah disediakan.

Setelah selesai, mereka langsung bergegas menuju masjid untuk melaksanakan ibadah sholat tahajjud.

Para santri dengan khusuk melaksanan sholat. Setelah sholat tahajjud, seperti biasa, mereka fokus dengan Al-Qur'an nya.

Aini menghampiri Fitri, dan kemudian duduk di sampingnya. "Kak, Aini boleh stor, nggak?" tanya Aini kepada Fitri.

Fitri mengalihkan pandangannya ke Aini. "Maasyaa Allah, anti cepat sekali stor nya, Aini."

Aini tersenyum tipis. "Iya, Kak, ini sisa hafalan kemarin. Karena kemarin Aini hafal nya lebih dari target."

"Maasyaa Allah. Ya sudah, juz berapa?"

"Juz 3, Kak, halaman 52."

"Baiklah!" Fitri membuka halaman yang disebutkan oleh Aini.

Ia begitu fashih melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an. Walupun masih ada beberapa kalimat yang masih salah ia sebut. Tapi, dengan cepat Fitri memberitahu Aini.

***

Waktu demi waktu berlalu. Tak terasa, sudah 7 bulan sudah Aini hidup di pondok pesantren.

Tok tok tok

Santriwati itu membuka pintu kamar Az-Zahra. "Assalamu'alaykum, ada yang ingin makan rujak? Kalau iya, silakan menuju ke kamar Aisyah!" jelasnya.

Aini, Fitri, Cahaya melihat ke arah suara berasal. "Wa'alaykumussalam warrahmatullahi wabarakatuh," jawab mereka.

"Ayo, Aini, Cay, Kak Fit, kita makan rujak!', bujuknya, dengan badan yang masih berdiri di depan pintu.

Aini mengalihkan pandangan ke arah Cahaya dan Fitri. "Kalian mau makan rujak, nggak? tanya Aini.

"Nggak dulu, deh, Aini. Anti saja!" jawab Cahaya, dan di iyakan oleh Fitri.

"Ya, sudah. Aini ikut dia, ya!"

"Na'am."

Aini berdiri dari tempat duduknya, dan menghampiri santriwati yang sedang menunggunya di depan pintu. "Ayo! Aini ikut!"

Santriwati tadi tersenyum, dan langsung menggandeng tangan Aini. "Ayo!"

"Kak, kita pergi dulu, ya!" pamit santriwati itu kepada Cahaya dan Fitri. Dibalas senyuman dan anggukan oleh mereka.

Kemudian Aini dan gadis itu berjalan bersama menuju kama Aisyah.

***

Sekarang, Aini bersama 4 santriwati lain sedang asyik bercerita sembari memakan rujak di kamar Aisyah.

"Sebentar lagi kita libur, yey!" ucap salah satu santriwati yang memakai jilbab pink dan gamis biru. Nama dia Annisa.

Aini dan beberapa santriwati lain terkaget. "Kata siapa, Nis?" tanya Aini dengan mata yang serius menatap Annisa.

Annisa menelan terlebih dahulu mangga yang ada di dalam mulutnya. "Kata ana!" jawab dia.

"Anti dikasih tahu sama siapa?" tanya santri yang memakai jilbab hitam. Namanya Anggun.

"Biasanya, sih, kita memang liburan setiap akhir tahun. Liburan semester!" jelas Annisa.

"Eh, ngomong-ngomong, kita ulangannya kapan?" tanya Ratu, santri yang duduk di sebelah kanan Aini.

"Seminggu lagi, awal bulan desember," jawab Aini.

Semua mata menatap Aini. "Kok anti tahu, Aini?" tanya Anggun.

Aini balik menatap mereka dengan kaget. "Bisanya, kan, memang gitu. Ulangan ganjil dimulai awal bulan desember."

"Aini, anti pintar!" puji Annisa, dan dijawab anggukan oleh santriwati lain.

Aini kaget. "Ih ya Allah, aamiin. Padahal cuman jawab itu doang haha!" Aini tertawa. Begitupun dengan yang lain.

"Kan, kamu memang pintar. Nilai UN kamu tertinggi di sekolah waktu Mts," puji Anggun.

"Nah, betul!" jawab santri lain.

Aini tersenyum malu. "Ya Allah!"

Mereka semua tertawa melihat ekspresi wajah Aini, dan mereka semua pun lanjut memakan rujak.

***

"Subhanakallahumma wabihamdik, asyhadualla illahaillallahu, asyhaduanna muhammadarrasulullah." Semua santri kembali ke shaf masing-masing.

Setelah program magrib selesai, Aini, Cahaya, dan Fitri duduk berlingkar, dan berbincang sejenak.

"Kak, apa benar, setelah ulangan semester kita libur?" tanya Aini kepada Fitri dan Cahaya.

"Biasanya, sih, gitu, Aini," jawab Fitri, dan dibalas anggukan oleh Cahaya.

"Aini nggak sabar mau ketemu ummi, abi sama Humairah!" kata Aini sembari tersenyum bahagia.

"Sama, Aini. Kita pun juga begitu!" balas Cahaya.

Fitri melirik jam dinding. "Adzan isya' masih tersisa 10 menit lagi. Yuk, kita menghafal!" ajak Fitri.

Mereka mengangguk. "Na'am, Kak! Bener!" jawab Cahaya, dan Aini.

Mereka kemudian membubarkan lingkarannya, dan kembali duduk rapih di shaf masing-masing untuk menghafal dan muroja'ah.

Aini Mengejar Impian✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang