Chapter 16

72 10 2
                                    

Alhamdulillah, akhirnya bisa up lagi. Doakan saya, ya, semoga bisa terus berkarya, Aamiin.

***

Hari Senin yang sangat cerah. Para santri sudah terlihat begitu rapih dengan menggunakan baju seragam sekolah berwana putih, rok hitam, dan juga sepatu berwarna hitam. Mereka semua berkeliaran di halaman pondok. Ada yang di taman depan kelas, taman depan asrama, lapangan yang di penuhi santriwan, di masjid, dan ada juga yang masih di dalam asrama.

Aini dan Cahaya sekarang masih di asrama. Mereka sudah selesai berpakaian rapih, tinggal memakai sepatu saja.

"Aini, sudah siap? Ayo kita ke kelas," ajak Cahaya yang baru saja selesai memakai sepatu, dan berdiri di depan pintu untuk menunggu Aini.

"Iya, bentar, Aini ambil buku Sejarah Islam dulu," jawabnya sembari membuka lemari dan mengambil buku.

Setelah selesai mempersiapkan semua perlengkapan sekolahnya, Aini pun keluar dengan membawa segala kebutuhannya.

"Cepatan, Aini," desak Cahaya.

"Iya, bentar, ini lagi pakai sepatu," ucap Aini sembari mengikat sepatunya.

Setelah menunggu Aini selesai memakai sepatu. Mereka pun bergegas menuju kelas. Mereka berdua takut akan telat. Tapi, untung saja bel belum berbunyi.

***

Kring kring kring

Akhirnya bel istirahat pertama berbunyi.

"Ihtiram," ucap ketua kelas sepuluh santriwati yang bernama Anggi.

Semua santri berdiri dari tempat duduknya. " Assalamu'alaykum warrahmatullahi wabarakatuh," salam semua santri yang berada di dalam kelas dengan nada yang bagus.

"Waalaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Ustdzah yang mengajar Sejarah Islam sembari tersenyum dan keluar dari kelas.

Semua santri telah keluar kelas untuk menikmati jajan di kantin, dan menghirup udara segar di taman depan kelas. Sekarang, tinggal tersisa Aini dan Cahaya di dalam kelas, yang sedang duduk berdua.

"Cahaya, Aini boleh minta tolong, nggak? tanya Aini.

"Tentu saja boleh, Aini. Memangnya kamu mau minta tolong apa?" tanya balik Cahaya.

"Tolong simak hafalan Aini, ya, juz satu."

"Tentu saja boleh, Aini. Tapi nanti gantian, ya. Setelah ana menyimak hafalan anti, anti kasih ana tiga soal dari juz satu sampai lima."

"Oke, Cahaya, siap."

Cahaya membalas dengan senyuman. "Kita mulai sekarang?" tanya Cahaya.

"Ya sudah, kita mulai sekarang, ya. Nanti kalau simak juz satunya belum selesai sampai pergantian jam, kita lanjut setelah sholat dzuhur saja, ya," jelas Aini.

"Oke," balas Cahaya.

Aini mulai muroja'ah hafalannya, dan Cahaya membuka Al-Qur'an untuk menyimak hafalan Aini pada juz satu.

***

Setelah melaksanakan sholat ashar, seperti biasa, para santri duduk rapih untuk melakukan kegiatan menghafal setelah ashar.

"Cahaya, kan simak hafalan juz satunya sudah selesai, nih. Sekarang Cahaya kasih Aini soal, ya, tiga soal saja," kata Aini sembari duduk di hadapan Cahaya.

"Maasyaa Allah, Aini, hafalan anti sudah lancar sekali. Tinggal di akhir ayat saja, yang kadang anti suka terbalik menyebutnya," jelas Cahaya.

"Hehe iya," jawab Aini malu.

"Ya sudah, ya, siap-siap, ana kasih soal."

Aini membalas dengan senyuman. "Oke, Ustadzah muda," seloroh Aini.

Cahaya mulai memberikan Aini soal. Dimulai dari halaman awal terlebih dahulu, dilanjutkan dengan halaman berikutnya. Aini menjawab lanjutan ayat dari Cahaya dengan lancar. Walaupun ada satu soal yang ia jawab masih terbata-bata.

"Maasyaa Allah, Aini, anti sudah lancar. Nanti, ketika anti tampil, jangan sampai anti grogi, ya. Soalnya, pernah ana mengalami hal ini waktu perlombaan kabupaten. Karena grogi, hanya dua soal saja yang ana jawab," jelas Cahaya, ketika mengingat masa ia waktu MTs mengikuti lomba tahfidz tingkat satu juz di Cianjur.

"Bismillah saja, ya, Cay. Semoga Aini nggak grogi. Ini pengalaman Aini yang pertama kalinya ikut lomba tahfidz. Walaupun ini masih lomba se-Pondok pesantren. Tapi, ini adalah hal yang baru bagi Aini. Semoga Aini, bisa, ya," jelas Aini.

"Aamiin. Semangat, Aini."

"Cahaya juga semangat, ya. Oh iya, Cahaya mau Aini kasih soal sekarang?" tanya Aini.

"Baiklah. Sekarang saja, ya. Kasih soalnya terserah Aini yang mana. Asalkan di mulai dari juz satu, ya."

"Oke, siap," jawab Aini.

Aini mulai memberikan soal untuk Cahaya. Ia memulainya dari juz satu, dan dilanjutkan ke juz seterusnya, sampai ke juz lima.

***

"Kak Fitri, Cahaya, ayo kita ke aula. Acaranya sudah mau mulai," ajak Aini.

"Na'am, Aini," jawab Cahaya dan Fitri sembari merapihkan jilbabnya dan keluar dari kamar.

Sekarang mereka berjalan bersama dengan santriwati yang lain untuk menuju aula pondok pesantren, dan menonton acara pembukaan perlombaan. Mereka duduk di kursi paling depan, di bagian santriwati.

MC acara pada lomba tahfidz ini adalah Rodiah. Acara dimulai dengan ucapan rasa syukur atas nikmat Allah Subhanahu wa ta'ala, dan dilanjutkan dengan hadroh penampilan dari santriwan yang begitu bagus.

Setelah tim hadroh membawakan beberapa sholawat. Acara selanjutnya yaitu pembacaan Qalam Ilahi yang akan di lafadz kan oleh Santria Putri, santriwati kelas dua belas yang menjadi Qori'ah Nasional.

"Aini, pengen punya nafas panjang dan suara yang bagus seperti Kak Santria," kata Aini kepada Cahaya dan Fitri yang duduk di sampingnya.

"Sering-sering saja latihan subhu, Aini. Agar nafas kamu panjang ketika ber- tilawah," jelas Fitri.

"Siap-siap, Aini, yang mengikuti perlombaan tahfidz satu juz, sebelum soal diberikan, peserta harus ber-tilawah terlebih dahulu," jelas Fitri.

"Nah, betul, Aini," sambung Cahaya.

"Ha? Apa harus ber-tilawah juga? Kenapa baru dikasih tahu sekarang? Ta-tapi, kan, Aini tak pandai tilawah," kata Aini.

"Nanti kita belajar bareng di kamar, ya," ajak Fitri.

"Serius, Kak. Makasih, ya," ucap Aini bahagia.

"Na'am. Kita lanjutkan mendengar lantunan ayat suci Al-Qur'an. Biar dapet pahala juga. Pernah dengar, kan? Orang yang menyimak dan mendengarkan dengan baik bacaan Al-Qur'an, maka pahalanya setimpal dengan yang membaca," pesan Fitri.

Mereka kemudian memperhatikan dengan baik acara berlangsung. Aini memandang dengan rasa kagum acara ini. Ia sangat-sangat senang bisa mondok. Karena mondok, ia mendapatkan banyak pengalaman baru dalam kehidupan ia. Susah, senang, semua ia rasakan ketika ia mondok. Kehidupan di pondok adalah yang paling seru menurut Aini.

Sampai sini dulu, ya, part 16 nya. Semoga kalian suka, dan nggak bisa baca cerita Aini.

Syukron wa jazakallahu untuk yang sudah baca.

Wassallam.
@amalianur._

Aini Mengejar Impian✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang