Alhamdulillah akhirnya bisa up lagi hehe.
Doain saya ya, semoga bisa terus berkarya, Aamiin.***
Ahad, 17 Oktober 2025
Pagi yang sangat cerah, terlihat para santri sedang membersihkan lingkungan pondok. Santriwati membersihkan asrama putri, dan santriwan membersihkan asrama putra.
Semuanya sibuk dengan tugas masing-masing. Ada yang menyapu halaman, memungut sampah, menyapu asrama, membersihkan dan merapikan kamar, ada juga yang menyiram halaman.
Sebagian santriwati dan santriwan ditugaskan membersihkan masjid dan halaman rumah Abah.
Aini, ia ditugaskan untuk menyapu halaman santriwati dengan teman-temannya yang lain.
Hari ini sangat ramai di pondok, penuh dengan kebersamaan dan gelak tawa para santri yang sedang bergotong royong.
Tiga kakak pembina, Aisyah, Rodiah, dan Ratih sibuk mengarahkan para santri dengan kayu yang selalu setia menemaninya.
Disisi lain, Rini, Suci, dan Cici bersembunyi di Hamam santriwati.
Aisyah yang memperhatikan para santri heran dan kebingungan, karena tidak melihat tiga santri jahil itu.
"Di mana Rini, Suci, dan Cici? Mereka bertugas untuk membersihkan setiap kamar," tanya Asiyah kepada para santri yang sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing.
Sontak para santri pun menghadap ke arah Asiyah.
"Mungkin mereka bersembunyi, Kak. Mereka kan kalau setiap hari Ahad ada gotong royong, pasti selalu bersembunyi," jawab salah satu santri yang memegang sapu.
"Astagfirullahal adzim. Kalau begitu kalian lanjutkan kerjanya. Kakak akan mencari dulu tiga santri itu," jelas Aisyah sembari berjalan membawa kayu andalannya dan meninggalkan para santri yang bergotong royong.
Aisyah berjalan dan memeriksa setiap kamar yang ia lewati, tapi tak ia tak menemukan keberadaan Rini, Suci, dan Cici.
Sampai pada akhirnya di ujung ruangan kamar Khodijah, ia membuka pintu Hamam dan menemukan keberadaan tiga santri nakal itu.
"Apa yang kalian lakukan di sini? Seharusnya kalian melakukan gotong royong bersama santri lain," jelas Aisyah sembari menatap tiga santri itu, dengan tangan yang terlipat di perut.
Rini, Suci, dan Cici berdiri, dan menatap Aisyah dengan senyum sok lugunya." Hehe, maaf, Kak?! Tadi ana mau mengantar Cici ke hamam, katanya lagi sakit perut, dan dia nggak berani datang sendiri," jelas Suci.
"Nah, betul, Kak. Perut ana sakit banget. Ana nggak berani sendiri. Jadi, ana ajak aja Rini sama Suci," ucap Cici sembari memegang perutnya yang pura-pura sakit.
"Alasan saja kalian ini. Keluar, ikut kerja bakti sama santri lain," jelas Asiyah sembari memukul kayunya ke arah tembok.
"Na'am, Kak," jawab Rini, Suci, dan Cici dengan memasang wajah cemberutnya.
***
"Aini, keluar pondok, yuk? Kita jalan-jalan diluar, menghirup udara segar di luar pondok. Kapan lagi kita diizinkan keluar main," ajak Cahaya.
"Ya sudah ayo, Aini juga ingin membeli perlengkapan mandi Aini. Soalnya sudah pada habis hehe," jelas Aini sembari tertawa kecil.
Para santri hari ini diizinkan untuk berjalan-jalan diluar pondok. Waktu ini sangat berharga bagi mereka, karena hanya 1 kali dalam 1 bulan mereka diizinkan keluar pondok.
Semua santri telah keluar lingkungan pondok, ada juga santriwan yang masih di pondok, mereka lebih memilih bermain di lapangan sekolah.
Aini, Cahaya, dan Fitri berjalan bersama. Dan santri lain juga terbagi menjadi beberapa kelompok. Mereka masing-masing berjalan bersama dengan teman dekatnya.
"Jadi begini lingkungan diluar pondok Darul Huffazh, Aini baru merasakannya. Orang-orang disini ramah-ramah sekali," jelas Aini sembari menjalankan kakinya.
"Iya Aini, ana juga suka dengan orang-orang disekitar pondok, semuanya pada ramah dan baik," jelas Cahaya, dan dibalas senyuman oleh Aini dan Fitri.
"Kita sekarang mau ke warung dulu, nih? Beli perlengkapan mandi," tanya Fitri.
"Iya, Kak. Kita ke warung dulu," jawab Cahaya.
Mereka bertiga berjalan sembari berbincang-bincang.
"Weh weh, ada bidadari santriwati Darul Huffazh yang keluar tuh. Putih banget," genit salah satu laki-laki yang sedang duduk di motornya.
"Siul siul," sambung satu laki-laki itu dengan bersiul.
Aini, Cahaya, dan Cici tak menghiraukannya. Mereka tetap berjalan dengan pandangan yang menunduk.
"Astagfirullahal adzim, genit banget sih. Mereka itu siapa?" tanya Aini sembari menghadapkan kembali pandangannya ke depan.
"Biasa lah, mereka itu anak SMA. Ya begitulah kalau santri Darul Huffazh keluar pondok, selalu saja mereka seperti itu," ujar Fitri.
Setelah selesai membeli kebutuhannya, Aini, Cahaya, dan Fitri berjalan kembali menuju pondok. Karena sebentar lagi mau memasuki waktu Dzuhur.
Sesampainya di pondok, sejenak mereka beristirahat terlebih dahulu dan menyandarkan badannya di tembok kamar.
"Seru juga ya keluar pondok tadi," ujar Aini sembari mengipas badannya yang berkeringat dengan kardus yang sudah dipotong.
"Ya begitulah Aini. Momen seperti ini yang ditunggu para santri," jelas Cahaya.
Hari Ahad adalah hari yang sangat membahagiakan bagi para santri. Karena, hari Ahad kegiatan pondok diliburkan. Kegiatan hari Ahad hanya pada pagi saja, yaitu melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan pondok pesantren.
"Ya sudah, ayo kita berwudhu. Siap-siap waktu Dzuhur sebentar lagi tiba." Fitri mengingatkan Aini dan Cahaya.
Mereka pun berdiri dari tembak duduknya, dan berjalan menuju tempat berwudhu.
Setelah melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah, para santri kembali ke kamar, untuk beristirahat dan tidur.
Aini dan Fitri berbincang bersama di masjid sebelum kembali ke asrama.
"Kak, bagaiman dengan persiapan lomba tahfidz. Apakah kakak ikut?," tanya Aini.
"Insyaa Allah, Kakak akan mengikuti lomba tahfidz untuk tingkat 5 juz," jawab Fitri.
"Maasyaa Allah, Aini salut sama kakak. Aini sebenarnya juga ingin ikut yang 1 juz. Doain Aini, ya, Kak."
"Iya, Aini. Kamu harus semangat hafalnya." Fitri menyemangati Aini.
"Aamiin. Kakak juga."
"Kalau boleh tau, lombanya berapa hari lagi?" tanya Aini.
"Kalau nggak salah, satu Minggu lagi lombanya akan diadakan," jawab Fitri.
"Bismillah Ya Allah, semoga Aini bisa," ucap Aini menyemangati dirinya sendiri.
"Aamiin."
Setelah berbincang, Aini dan Fitri tidak langsung kembali ke asrama, mereka melanjutkan hafalnya di masjid. Ada juga sebagian santriwati dan santriwan lain di masjid yang juga sedang fokus menghafal.
Bagaimana dengan part ini? Seru tidak?
Jika suka, jangan lupa vote dan komen, Ya! Ditunggu juga saran dan kritiknya.
Terimakasih telah membaca kelanjutan cerita Aini.
Jazakallahu khoiro,
Wassallam.
@amalianur._
KAMU SEDANG MEMBACA
Aini Mengejar Impian✔️
SpiritualBlurb: Kisah seorang gadis remaja, pintar, baik, polos, lulusan terbaik pertama di MTs nya. Ketika ingin melanjutkan pendidikan menengah atasnya, ia sangat ingin melanjutkannya di pondok pesantren, dan memiliki impian menjadi hafidzoh Al-Qur'an. Den...