Chapter 30

54 4 0
                                    

***

Aini berjalan menghampiri cermin. "Alhamdulillah selesai," ujarnya menatap dirinya di cermin.

Ia menggunakan gamis bewarna merah, dan jilbab besar segi empat panjang yang bewarna abu-abu. Tampak sederhana, tapi menawan.

Ia bergegas turun dari lantai atas kamarnya, menghampiri Abi-Nya yang sedang asyik menikmati secangkir kopi dan membaca kitab di depan rumah.

"Abi, Aini ingin keluar sebentar. Bertemu dengan Lensi dan Lidya," izinnya dengan tangan yang memegang tas kecil berwarna abu-abu.

"Baiklah, Nak. Mau Abi antar?" tawarnya kepada Aini.

"Tapi, Abi tidak keberatan?" tanya Aini memastikan. Ia tak ingin merepotkan Abi-Nya.

Abi tersenyum. "Tidak, Nak. Pekerjaan Abi juga sudah selesai. Kalau begitu, tunggu sebentar, Abi keluarkan motornya dulu." Abi Aini kemudian berjalan menuju garasi rumah, dan mengeluarkan motor N Max bewarna hitam.

Setelah motor dikeluarkan, ia menyuruh Aini naik di motor, dan Aini langsung menaiki motor itu sembari tersenyum. Lalu, mereka pun bergegas menuju ke cafe tempat biasa Aini dan dua sahabatnya itu bertemu.

Ketika sampai di tempat tujuan, Aini berpamitan kepada Abi-Nya, lalu mencium tangannya. Kemudian, ia masuk ke dalam cafe tersebut.

Ia melirik satu persatu meja, mencari keberadaan Lensi dan Lidya. Hingga pada akhirnya, ia menemukan Lensi dan Lidya yang sedang duduk di meja biasa mereka duduki.

Aini sengaja berjalan secara pelan-pelan, untuk memberikan kejutan kepada dua sahabatnya itu.

Ia kini berdiri tepat dibelakang Lensi dan Lidya. Kemudian, ia mengulurkan tangannya, memegang bahu Lensi dan Lidya. "Dor!" ucap Aini mengangetkan dua sahabatnya. Sontak, Lensi dan Lidya terkaget, dan langsung berbalik menatap Aini.

"Aini!" ujar mereka secara bersamaan sembari memeluk Aini.

Aini membalas pelukan mereka, lalu tersenyum. "Lensi, Lidya!" jawabnya.

Mereka kemudian melepas pelukannya. "Ya sudah, ayo duduk dulu," ajak Lidya. Mereka pun kemudian duduk.

"Aini, ayo diminum dulu. Kita sudah pesan minuman kesukaan kamu. Jus strawberry," kata Lensi sembari menggeser gelas yang berisi jus strawberry di hadapan Aini.

Aini tersenyum, lalu meminumnya. "Terima kasih, ya!" Kemudian ia menyimpan kembali gelasnya.

"Sumpah, aku senang banget akhirnya bisa bertemu kembali dengan kalian berdua," ungkap Lensi dengan perasaan yang terharu dan bahagia, karena akhirnya ia bisa berkumpul bersama lagi dengan sahabatnya.

"Iya, sama, aku juga. Lalu, bagaimana dengan sekolah baru kalian?" tanya Lidya. Mereka pun mulai bercerita tentang sekolah baru mereka masing-masing. Mulai dari pelajaran di sekolah, teman baru di sekolah, dan banyak hal lainnya.

Tak terasa, karena terlalu bersenang-senang melepas kerinduan, mereka pun tak menyadari, bahwa jarum jam sudah menunjukkan pukul 17:00.

Gadis-gadis itu kemudian pergi ke kasir, untuk membayar semua pesanan yang telah mereka pesan. Setelah itu, mereka menunggu taksi atau ojek yang lewat di depan cafe.

"Aini, Lidya, bagaimana jika malam ini kalian menginap di rumah aku saja?" tawar Lensi.

Aini membesarkan bola matanya. "Ah, tapi, Aini harus izin dulu sama Abi sama Ummi," jawabnya.

"Aku, sih, mau. Tapi, aku juga harus izin dulu sama orang tua aku," sambung Lidya.

Lensi kemudian mengangguk paham. "Kalau begitu, kita pergi dulu ke rumah Aini, kita minta izin sama ummi sama Abi Aini. Lalu, kita pergi ke rumah Lidya," jelas Lensi.

Aini Mengejar Impian✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang