Chapter 10

157 15 2
                                    

Alhamdulillah akhirnya bisa up lagi hehe.
Doain saya ya! Semoga bisa terus berkarya, Aamiin.

***

Pukul 03: 00, Aisyah, Rodiah, dan Ratih berjalan menghampiri satu persatu kamar para santriwati, untuk membangunkan mereka, dan melaksanakan sholat tahajjud.

Toktoktok

"Bangun, sholat, sholat!" ujar Rodiah sembari mengetuk pintu kamar Az-Zahra.

Fitri yang sudah terbiasa seperti ini, dengan sekejap langsung terbangun, dan terlebih dahulu ia membaca doa, lalu menyalakan lampu kamar.

Setelah menyalakan lampu kamar, gadis itu membangunkan satu persatu penghuni kamar Az-Zahra.

Ia menghampiri tempat Cahaya tidur. "Cahaya, bangun," ujarnya dengan tangan kanan yang menggerakkan badan Cahaya.

Cahaya kemudian terbangun, dan menguap sejenak. Na'am, Kak," kata Cahaya sembari mengucek matanya. Gadis itu kemudian mengambil mukenah dan Al-Qur'an nya, dan langsung bergegas menuju masjid.

Fitri kemudian bergeser di bagian Rini dan Suci tidur. "Suci, Rini, bangun."

Tak lama, dua gadis itupun terbangun dari tidur nyenyak nya. "Hoaammm." Mereka berdua menguap, lalu mengambil perlengkapan sholatnya, dan langsung menyusul Cahaya.

Fitri kemudian bergeser lagi ke tempat Aini tidur. "Aini, bangun, kita akan melaksanakan sholat tahajjud," ujar Fitri sembari memukul pelan bahu Aini yang sedang tidur.

"Iya, Kak, bentar lagi," jawabnya, lalu ia mengganti posisi tidurnya.

Fitri menggelengkan kepala dan berusaha membangunkan kembali Aini. "Bangun Aini, nanti anti dihukum," pinta Fitri.

"Iya, Kak." Aini terbangun dari tempat tidurnya dengan mata yang masih terpejam.

Setelah membangunkan Aini, Fitri tanpa berpikir panjang langsung keluar dari kamar, dan akan menuju ke masjid.

Tinggal Aini sendiri sekarang di kamar. Para penghuni kamar Az-Zahra telah keluar dan melaksanakan sholat tahajjud.

Aini masih duduk dengan mata yang terpejam, rasanya sangat ngantuk. Ia tak kuat untuk berjalan.

"5 menit lagi Aini ke masjid," gumamnya. Kemudian ia kembali membaringkan badannya di tikar.

Allahuakbar Allahuakbar

Suara adzan itu lantas membuat Aini terbangun dari tidurnya dengan perasaan kaget.

"Astagfirullahal adzim, Aini tidak melaksanakan sholat tahajjud. Aini telat." Gadis itu dengan cepat mengambil peralatan sholatnya, dan dengan cepat langsung menuju masjid.

Ketika Aini sampai di masjid, Aini berjalan dengan mata yang tertunduk. Ia tak berani melihat sekitaran. Karena ia takut, dan malu kepada santri lain.

Gadis itu kemudian mengambil shaf paling belakang di pojok kanan. Karena shaf yang biasa ia tempati, telah ditempati oleh santriwati lain.

***

"Aini, siap-siap loh, bentar lagi anti dihukum sama kakak pembina." Cahaya menakut-nakuti Aini.

Aini menatap Cahaya dengan perasaan gelisah. "Aini nggak mau dihukum."

"Itu sudah menjadi aturan, Aini. Makanya, siapa suruh tadi malam tidak melaksanakan sholat tahajjud," ujarnya dengan wajah tersenyum melihat ekspresi Aini yang ketakutan.

"Yah kan Aini ngantuk," jawab Aini dengan badan yang berjalan menuju lemarinya, untuk menyimpan mukenah.

Toktoktok

"Assalamu'alaykum," salam santri yang memakai jilbab hitam, dan baju merah. santriwati itu nampak asing di mata Aini, mungkin dia anak MTs.

Aini dan Cahaya menatap ke arah pintu. "Waalaykumussalam," jawab mereka berdua.

"Seluruh santriwati diminta sama kakak pembina untuk kumpul di luar," jelas orang itu.

Cahaya dan Aini mengangguk dan tersenyum ramah. "Oh iya. Kami segera ke sana," jawab Cahaya, lalu berdiri dari tempat duduknya.

"Kalau begitu ana permisi dulu. Assalamu'alaykum." Orang itu kembali menutup pintu kamar Az-Zahra dan berjalan meninggalkan Aini dan Cahaya.

Cahaya mendekati Aini yang sedang berdiri di dekat lemarinya, dan menakut-nakuti Aini. "Ayo, Aini, siap-siap saja."

"Astagfirullah, Cahaya."

"Bercanda bercanda. Paling hukumannya di pukul saja. Ayo kita keluar," ajak Cahaya. Mereka berdua pun keluar dari kamar dengan tangan yang bergandengan.

Semua santri telah berkumpul di ruang asrama. Aisyah, Rodiah, dan Ratih memulainya dengan muqaddimah terlebih dahulu, yang disampaikan oleh Ratih.

"Kalian pasti tahu tujuan kakak mengumpulkan kalian disini," tanya Aisyah dengan tangan yang memegang kayu kesayangannya.

"Na'am, Kak," teriak para santriwati serentak.

"Kalau begitu, langsung saja ke intinya," jelas Aisyah.

"Siapa tadi yang tidak melaksanakan sholat tahajjud? Tidak mengikuti kegiatan menghafal subhu? Tidak mengikuti kegiatan menghafal ashar? Dan tidak mengikuti kajian kitab kuning setelah Maghrib? Yang merasa diri bisa maju ke depan," pungkas  Rodiah.

Beberapa santriwati yang tidak melaksanakan program pun langsung masuk ke depan, dengan wajah yang menunduk. Salah satu dari santriwati itu ada Aini.

Setidaknya ada empat santriwati yang tidak mengikuti kegiatan, termasuk Aini.

Tiga kakak pembina itu menatap tajam lima santri yang ada di depannya. "Alasan kalian tidak mengikuti kegiatan apa?" tanya Asiyah sembari menggerakkan kayu kesayangannya.

"Kalian semua," tegasnya, dan menunjukkan kayu itu kearah Aini dan santri lain yang tidak mengikuti program. "Program apa yang tidak kamu ikuti? Dan apa alasan kalian tidak mengikuti program?" sambung Aisyah.

Satu persatu para santri yang berada di depan itu menjawab pertanyaan dari Aisyah. Jawaban mereka sama, yaitu, ngantuk dan merasa lelah.

Aisyah kemudian menghadapkan badannya ke arah para santriwati yang sedang duduk menyaksikan. "Apakah kalian merasa lelah dan ngantuk ketika kegiatan?" tanya Aisyah dengan nada bicara yang tegas.

Para santri menjawab dengan serentak. "Na'am, Kak."

Kemudian Aisyah menatap kembali lima santriwati yang berada di hadapannya ini. "Semua santri memang merasa seperti itu. Kalian harus memaksakan diri kalian, dari terpaksa menjadi kebiasaan. Santri yang lain juga merasakan apa yang kalian rasakan. Tapi mereka berusaha untuk terus mengikuti program," jelas Aisyah.

Santri yang tidak mengikuti program termasuk Aini, mereka hanya bisa tertunduk dan mendengarkan kata kakak pembinanya itu.

"Kalian akan saya hukum. Sini kan tangan kalian," perintah Asiyah.

Empat santri tadi termasuk Aini menyodorkan tangannya ke depan. Satu persatu mereka dipukul dengan kayu andalan kakak pembinanya itu.

Sakit rasanya, sangat sakit. Tapi mau bagaimana lagi, itu adalah resiko. Berani berbuat, ya harus berani bertanggung jawab.

Aisyah membalikkan pandangannya, dan menghadap ke para santri yang yang menyaksikan. "Untuk kalian, silahkan kembali ke kamar masing-masing." Aisyah meminta para santri untuk kembali ke kamar. Kemudian ia kembali menolehkan pandangannya kepada lima santri yang sedang dihukum itu.

"Kalian, tetap di sini!" perintahnya.

Bagaimana dengan part ini? Seru tidak?

Jika suka, jangan lupa vote dan komen, Ya! Ditunggu juga saran dan kritiknya.

Hukuman apa yang akan didapatkan oleh Aini karena tidak melaksanakan sholat tahajjud? Nantikan di part selanjutnya, ya!

Terimakasih sudah membaca.
Jazakallahu khoiro,

Wassallam.
@amalianur._

Aini Mengejar Impian✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang