Chapter 23

47 6 0
                                    

Aini bersama dengan teman sekelasnya, berjalan dengan bahagia menuju kelasnya. Mereka terlihat begitu rapih dan mempesona. Jalan bergandengan tangan, dan tertawa ria.

Hari ini adalah hari pertama Pondok Pesantren Darul Huffazh melaksanakan ulangan semester 1.

Sesampainya mereka di dalam kelas, mereka duduk saling bertatapan dengan teman sebangkunya, dan belajar bersama sebelum mata pelajaran pertama masuk.

Jam 07:15. Bel sekolah pun berbunyi. Dengan cepat mereka merapihkan buku yang ada di mejanya, dan menyimpannya di bawah kolom meja. Para ustadzah juga pun berjalan menuju ke ruangan masing-masing yang telah ditetapkan.

Ustadzah Nurul masuk ke ruangan kelas 10 PI. Beliau yang akan mengawasi kelas Aini sekarang.

Setelah membagikan kertas soal, para santriwati berdoa bersama terlebih dahulu, sebelum mengerjakan soalnya.

Setelah selesai berdoa, sejenak Ustadzah Nurul menjelaskan kepada para santri aturan selama mengerjakan soalnya, dan para santri memahami itu.

Mereka semua dengan fokus mengisi jawabannya, tanpa adanya pergerakan yang mencurigakan, sepeti menyontek. Mungkin karena mereka semua telah belajar dengan giat. Itu sebabnya di dalam kelas tidak ada yang melirik sana-sini.

Kalian masih ingat 3 santriwati nakal yang dulu pernah mencari masalah dengan Aini? Ya, Rini, Suci, dan Cuci. Mereka duduk di pojok kiri paling belakang. Ternyata mereka juga begitu khusu' mengerjakan soalnya. Seperti yang kalian pernah baca di part sebelumnya. Sebenarnya mereka pintar di ilmu pengetahuan. Tapi sayang, mereka telah terpengaruh dengan lingkungan luar pondok, yang mengakibatkan mereka berbeda dengan santri lain.

Detik demi detik telah berlalu. Aini, ia berdiri dari tempat duduknya, membawa selembar kertas yang ada ditangannya, dan berjalan menuju kursi guru. "Ini, Ustadzah. Aini mau mengumpulkan jawabannya," katanya sembari menyodorkan kertas jawabannya.

Ustadzah Nurul mengambil kertas itu, dan melihat jawabannya. "Ambil soal PKN ini, dan kembali duduk di tempat!" perintah Ustadzah Nurul dengan mata yang fokus memeriksa kertas jawaban Aini.

Aini mengambil soal PKN. "Baik, Ustadzah." Ia kemudian kembali ke tempat duduknya.

Aini adalah murid pertama yang mengumpulkan jawaban. Wah, hebat sekali.

Para santriwati menghadap kearah Aini sejenak, karena kaget melihat Aini yang sudah selesai mengerjakan soalnya.

2 santriwati yang duduk di belakang Aini dan Cahaya langsung mencolek pelan bahu Aini. "Aini, anti cepat sekali selesainya. Ana masih tersisa 2 nomor," ucap Anggun. Santriwati yang duduk dibelakang Aini adalah Anggun, dan Ratu.

Aini terkaget, dan ia langsung menghadap ke belakang. "Ya, sudah, kerjakan dulu sampai selesai. Semangat, Anggun, Ratu!" Aini tersenyum, dan dijawab senyuman juga oleh mereka berdua. Kemudian mereka kembali fokus dengan kertas ulangan mereka.

***

Kring kring kring

Jam sudah menunjukkan pukul 10:00, itu berarti, bel pertanda bahwa ulangan untuk hari ini telah berakhir.

Semua murid berdoa terlebih dahulu sebelum kembali ke asrama. Setelah selesai berdoa dan mencium tangan ustadzah, mereka semua langsung keluar kelas dan menuju asrama, ada juga yang ke masjid, dan masih duduk di dalam kelas.

Aini, Cahaya, Anggun, Ratu, dan beberapa siswi kelas 10 masih duduk di dalam kelas. Mereka berempat duduk berhadapan dan saling berbincang mengenai soal ulangan tadi.

"Menurut kalian, soal Bahasa Arab dan PKN tadi mudah, tidak?" tanya Anggun.

Aini dan yang lainnya mengangguk. "Alhamdulillah, mudah! Kan soal yang keluar tadi, sudah kita pelajari semua!" jawab Cahaya.

"Na'am, betul!" sahut Ratu.

"Huft. Untung, saja, ana belajar bareng kalian," ucap Anggun sembari menghembuskan nafasnya pelan.

"Iya, Aini juga senang belajar bareng kalian semua." Aini tersenyum.

"Nanti malam kita belajar bareng lagi, ya! Seperti biasanya," ajak Anggun.

Aini, Cahaya, dan Ratu mengangguk. "Baiklah!" jawab mereka bertiga.

"Oh, iya, kalian mau ke kantin, tidak? Ana traktir, deh. Kemarin ana baru di transfer sama ayah dan bunda uang," jelasnya sembari melirik satu persatu teman duduknya itu.

Aini menggelengkan kepalanya. "Aini mau ke kantin. Tapi Aini pakai uang Aini saja," jelas Aini, dan dijawab anggukan oleh Cahaya dan Ratu.

"Ana juga!" sahut Cahaya dan Ratu.

"Baiklah! Ayo, kita pergi sekarang. Ana sudah lapar!" ajak Anggun.

Mereka kemudian bangun dari tempat duduknya, dengan membawa pulpen dan buku yang dipeluknya, lalu berjalan bersama menuju ke kantin pondok.

Aini Mengejar Impian✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang