Pagi ini, setelah melakukan gotong royong bersama di pondok, para santriwati di kumpulkan di aula oleh kakak pembina. Sepertinya, ada info yang ingin mereka sampaikan.
Setelah semua santriwati telah kumpul, kakak pembina terlebih dahulu mengabsen satu persatu semua nama santri. Lalu, ia memberitahukan santri, bahwasanya, hari ini ada simak hafalan kubra. Yakni, salah satu santriwati akan menyetor hafalan sekali duduk yaitu, 10 juz.
Setelah semua santri duduk bershaf dengan rapih, santriwati yang akan melakukan hafalan kubra tersebut pun masuk ke depan dengan memegang mic.
Aini menyolek pelan tangan salah satu santri yang duduk di samping kirinya. "Afwan, Ukhty. Kalau boleh tahu, kakak di depan itu, namanya siapa, ya? tanya Aini sembari menunjuk kearah santri yang akan melakukan hafalan kubra.
"Namanya, Rinal. Dia kelas 10," jawab gadis itu.
Aini kegat mendengar jawaban tersebut. Apa? Kelas 10? Baru kelas 10, sudah menyetor hafalan kubra 10 juz? Pertanyaan, dan perasaan iri muncul di hati Aini. Keren sekali, ia yang baru kelas 10 saja, bisa seperti itu. Bagaimana dengan Aini?
"Syukron, Ukh!" ujar Aini.
Gadis di samping Aini itu hanya mengangguk dan tersenyum.
***
Simak hafalan kubra tersebut berjalan begitu lancar. Santriwati yang bernama Rinal yang berumur 15 tahun itu melantunkan hafalannya dengan lancar. Membuat santriwati lain terkagum-kagum.
Kegiatan ini baru selesai ketika jam sudah menunjukkan pukul 16:35. Jadi, sedari tadi, semua santri hanya menikmati waktu liburnya dengan menyimak hafalan salah satu santri.
Walaupun hal ini cukup melelahkan bagi Aini. Tapi, ia juga merasa senang dengan simak hafalan kubra ini. Dengan ini, ia juga bisa sekalian muroja'ah hafalannya.
"Lelah juga, ya, duduk sedari pagi, sampai sore. Kaki sampai kesemutan berulang kali," ujar Aini sembari memijit kakinya.
"Aini harap, semoga Aini bisa duduk di depan situ, dan menyetor hafalan qubra 30 juz," gumamnya dalam hati. Ia sangat berharap, sebelum waktunya ia lulus dari pondok pesantren ini, ia bisa menyelesaikan 30 juz, seperti apa yang telah ia impikan.
***
Dua tahun tujuh bulan telah Aini lewatkan di Pondok Pesantren El-Huffazh ini. Susah, senang, suka, dan duka tentunya telah ia rasakan selama mondok."Teman-teman, tak terasa, ya, sebentar lagi kita akan lulus," kata Khadijah memecah keheningan di dalam kamar Khadijah.
Aini mengangguk dan tersenyum,"Na'am. Aini benar-benar bahagia bisa mondok di sini," jelas Aini.
"Cie, Aini minggu depan bakalan stor hafalan kubro 30 juz," ujar santri yang duduk di samping Aini.
Perkataan santriwati tersebut membuat santriwati lain yang berada di kamar kaget. "Ha? Anti tahu dari mana?" tanya salah satu santriwati yang duduk di samping kanan Aini.
"Anti tidak tahu? Di mading sudah terpampang nama-nama santriwati yang akan melakukan hafalan kubro. Ana lihatnya tadi pas ana balik dari hamam."
Lantas, ucapan dari salah satu santriwati tersebut pun, membuat santriwati lain yang berada di dalam kamar Khadijah bergegas keluar dari kamar untuk melihat mading. Dan sekarang, hanya tersisa Aini, dan gadis tersebut yang benama Ruby, dan Khadijah.
Aini menatap dua teman kamarnya itu. "Memangnya, harus, ya, nama-nama orang yang akan menyetor hafalan kubro diumumkan di mading?" Tanya Aini bingung. Karena, ia mondok di sini ketika ia sudah menginjakkan kakinya di kelas dua SMA.
Ruby dan Khadijak mengangguk bersamaan. "Iya, Aini. Setiap tahunnya itu, ketika sudah mendekati kelulusan anak kelas tiga, akan ada setoran hafalan kubro masa di pondok ini. Jadi, setiap santriwati yang sudah menyelesaikan hafalannya 30 juz diluar kepala, maka namanya akan dipampang di mading pondok," jelas Khadijah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aini Mengejar Impian✔️
SpiritualBlurb: Kisah seorang gadis remaja, pintar, baik, polos, lulusan terbaik pertama di MTs nya. Ketika ingin melanjutkan pendidikan menengah atasnya, ia sangat ingin melanjutkannya di pondok pesantren, dan memiliki impian menjadi hafidzoh Al-Qur'an. Den...