Abbygael melepas sepatu yang terpasang pada kakinya. Rasanya benar-benar sangat lelah setelah berjalan jauh di pinggir pantai dengan mengenakan sepatu. Karena kecerobohannya Abbygael benar-benar tidak membawa sepatu atau sandal cadangan, selain yang sedang dikenakannya.
"Sakit tau." Gerutu Abbygael.
"Kan gue sudah bilang sama lo tadi pagi. 'Abby, sendal lo ada di ruang tamu sudah disiapin.' Lo malah asal tutup koper terus langsung masuk mobil. Sukurin, makanya lain kali dengarin kalau dikasih tau." Alan menyentil kening Abbygael dengan cukup keras, rasa gemasnya pada gadis yang ada di depannya ini memang sangat terlihat jelas. Ingin rasanya Alan melempar Abbygael ke tengah pantai lalu meninggalkannya.
"Kak Alan kenapa ga masukin ke dalam mobil ? Atau kenapa ga kakak masukin ke dalam tas kakak dulu ?" Dengan kesal Abbygael mengaduk-aduk makanan miliknya yang sudah dingin.
"Emang gue pembantu lo ? Enak aja main asal nyuruh. Lo tuh harus teliti sama barang lo sendiri. Masih mending cuma sepatu lo yang ketinggalan. Coba kalau nyawa lo yang ketinggalan ? Bahaya."
"Tau ah kakak nyebelin." Ujar Abbygael kesal.
"Dimakan. Nanti gue makan kalau lo ga mau makan." Ancam Alan.
Abbygael segara memasukkan makanan yang sudah tidak karuan itu ke dalam mulutnya. Mengunyahnya dengan kesal, lalu menelannya masuk ke dalam kerongkongan.
Alan segera membayar membayar semua makanan yang sudah mereka habiskan. Awalnya Abbygael dan Alan hanya memesan satu makanan untuk mereka masing-masing. Namun lama kelamaan, Abbygael memesan beberapa tambahan dan mengakibatkan membengkaknya tagihan makanan yang mereka makan.
"Kak." Panggil Abbygael pada Alan yang sedang konsentrasi menyetir.
"Kenapa ?"
"Belum mau pulang ke hotel. Mau ke pantai lagi." Pinta Abbygael dengan nada manja.
"Ini udah malam. Nanti yang ada gue yang kena omelan gara-gara nurutin lo." Alan sudah sangat paham dengan peraturan yang dibuat abangnya untuk mereka.
"Mumpung Om Adam lagi sibuk, Kak. Ayo ke pantai." Abbygael menggoyang-goyangkan lengan Alan. Meminta keinginannya dengan nada manja agar segera dikabulkan.
"Udah malam, By." Tolak Alan.
"Kakak..."
"Kalo diomein salah lo !" Ujar Alan.
Alan segera memutar balik mobil yang sedang dikemudikannya. Melajukan kembali ke arah pantai.
Mereka sama sama sedang menatap langit dengan suara deburan pantai dan berbaring di atas pasir pantai yang sedikit kasar.
"Lo ga bosan ngeliatin langit terus ?" Tanya Alan. Sudah hampir satu jam mereka hanya diam menatap langit, bulan dan awan.
"Engga. Langitnya lagi bagus, aku suka." Ujar Abbygael dengan cepat.
"Apa bagusnya ? Itu cuma langit kayak biasanya."
"Bagus kak. Liat deh, langitnya kelihatan jelas karena awannya lagi sedikit. Bulannya juga jadi kelihatan." Abbygael menunjuk bulan yang bersinar dengan indah di atas sana.
"Ga bagus. Ga ada bintang." Ucap Alan.
"Abby ga suka bintang." Ucap Abbygael dengan cepat.
"Kenapa ? Bintang kan cantik." Alan merubah posisinya, menghadap Abbygael.
"Bintang itu jahat. Bintang selalu ambil perhatian orang-orang dari bulan. Bintang juga sering menghilang. Bintang ga selalu ada, tapi bulan selalu ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Bygael
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE KAKAK KAKAK 🤟🏻 "Semua masalah itu ga ada yang berat, Abby. Tergantung cara kita menghadapi dan menyikapinya. Kalau kamu sudah ketakutan duluan, maka kamu akan menilai itu masalah berat. Itu menurut aku, gatau deh orang...